NAHWU SHOROF
kalimat
Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:
kalimat isim
yaitu
kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan
tidak mempunyai
waktu/masa
seperti زيد/ناصر
(zaid/penolong)
kalimat fi’il
yaitu
kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai masa seperti نصر (telah menolong)
kalimat huruf
yaitu
kalimat yang hanya bisa bermakna
apa bila disambungkan dengan kalimat lain
seperti هل, إنْ
(apakah, apa bila)
pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap
bisa dilihat di kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf
dalam Tashrif istilâhî
sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping adalah sebagai berikut:
tashrif lughawi
Fi’il madly
ialah
kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau (past tense),
hukumnya adalah
mabnî fathah
(tercetak dalam bentuk berharkat fathah
huruf akhirnya)
kecuali apa bila bersambung dengan
dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36)
maka harus disukunkan huruf akhirnya
seperti نصرَ mejadi نصرْنَ,
atau
bila bertemu dengan
wau jama’
maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَ menjadi نصرُوا
Fi’il mudlôri’
ialah
kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau
mustaqbal/saat ini atau akan datang (present continues tense),
hukumnya adalah
mabni dlommah
kecuali apa bila kemasukan âmil nashob
(kalimat yang menuntut nashob)
maka harus dibaca fathah huruf akhirnya
seperti ينصرُ menjadi أنْ ينصرَ atau
âmil jazm
(kalimat yang menuntut jazm)
maka harus dibaca sukun huruf akhirnya
seperti ينصرُ menjadi لم ينصرْ
Mashdar ghoiru mîm
ialah
kalimat isim
yang terletak pada urutan ketiga
dalam tashrifan fi’il
yang tidak diawali dengan huruf mîm
dan bermakna kejadian, hukumnya adalah
mu’rob
(harkat huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya),
dan
samâ’î
(bentuk lafadznya
tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof,
akan tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab)
seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
Mashdar mîm atau
Isim mashdar
ialah
isim mu’rob
yang diawali dengan
huruf mîm
dan beermakna kejadian, hukumnya adalah
mu’rob dan qiyasî
(bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof)
seperti مقام, منصر dari fi’il madly قام, نصر
Isim dlomîr
ialah
isim yang tidak dapat dijadikan awalan
dan
tidak dapat terletak setelah إلا secara ikhtiyar
(bila jatuh setelah illâ
maka dikategorikan jarang) seperti contoh أحب الناس إلاك
hukumnya adalah
mabnî
Isim fâ’il
ialah
isim yang dibaca rofa’
yang disebut setelah fi’ilnya,
isim fâ’il ada dua:
fâ’il isim dhohir
seperti جاء زيد dan
fâ’il isim dlomîr
seperti جاء هو ,
hukumnya adalah
mabnî dlommah,
isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut dengan subjek
Isim isyâroh
ialah
isim yang dipakai sebagai makna isyarat,
hukumnya adalah mabnî seperti هذا زيد
Isim maf’ûl
ialah
isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il,
isim maf’ûl
juga ada dua sebagaimana
isim fâ’il seperti ضربت زيدا dan ضربته,
hukumnya adalah
mabnî fathah,
isim maf’ûl ini
menunjukkan pada
makna kejadian dan orang/
sesuatu yang menjadi
objek kejadian tersebut.
Fi’il amar
ialah
fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya,
seperti ينصُرُ menjadi انصُرْ ْ hukumnya adalah
mabnî sukun
Fi’il nahî
ialah
fi’il yang menunjukkan makna larangan
yang harkat ‘ain fi’ilnya
sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا تنصُرْ
dari mudlôri’ ينصُرُ , hukumnya adalah
mabnî sukun
Isim zamân
dan
Isim makân
ialah
isim yang menunjukkan makna masa/waktu
atau
makna tempat,
dua isim ini bentuk wazannya sama
akan tetapi
maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob,
seperti contoh جرى المآء مجراه (air mengalir ditempat mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر (aku memukul zaid pada waktu dzuhur)
Isim âlat
ialah
isim yang menunjukkan makna alat
seperti مفتاح (kunci), hukumnya adalah mu’rob.
Keterangan;
perbedaan antara
isim fa’il
dan
isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î
dan seterusnya
adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya,
isim fa’il
dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan
isim maf’ul
dibaca fathah ‘ain fi’ilnya.
pemakaian
isim zaman,
isim makan dan
isim alat
tidak semuanya berlaku dalam percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ada
13 macam,
berikut keterangannya:
binâ’/bentuk kalimat shohîh,
adalah
bentuk kalimat
yang fa’ fi’il/huruf pertama, ‘ain fi’il/huruf kedua dan
lam fi’il/huruf ketiganya
(dengan menjadikan
lafadz فعل sebagai wazan/contoh perbandingan)
tidak terdiri dari
huruf ‘illat/penyakit yaitu
alif, wau dan yâ’
seperti نصر
binâ’ mudlo’âf
adalah kalimat yang
‘ain fi’il dan lam fi’ilnya
terdiri dari dua jenis huruf yang sama
seperti مد asalnya مدد
binâ’ mitsâl wâwî
adalah
kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau,
seperti وعد
binâ’ mitsâl yâ-î
adalah
kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti يسر
binâ’ ajwâf wawî
adalah
kalimat yang
‘ain fi’ilnya
terdiri dari huruf wau
seperti صان asalnya صون
binâ’ ajwâf yâ-î
adalah
kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari
huruf yâ’
seperti سار asalnya سير
binâ’ nâqish wawî
adalah
kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf wau
seperti غزا asalnya غزو
binâ’ nâqish yâ-î
adalah
kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti سرى asalnya سري
9, 10 dan 11.
binâ’ mahmûz
fa’, ‘ain dan lâm
adalah kalimat
yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il
atau
lâm fi’ilnya
terdiri dari huruf hamzah seperti أدم, وأد, فآء
12.
binâ’ lafîf maqrûn
adalah
kalimat yang terdiri dari
dua huruf ‘illat
yang berkumpul/
tidak terpisah
seperti شوى
13.
binâ’ lafîf mafrûq
adalah
kalimat yang terdiri dari
dua huruf ‘illat
yang terpisah
seperti وقى
Tashrîf Istilâhî
(Kalimat yang sebangsa
3 huruf dan
sepi dari tambahan)
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat
baik fi’il ataupun isim
dalam bahasa arab
paling sedikinya terdiri dari
3 huruf
dan
paling banyak adalah
7 huruf,
sedangkan bentuk
kalimat fi’il madly
dan mudlori’
dari fi’il tsulâtsî
(kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf)
bila ditinjau
dari harkat ‘ain fi’ilnya
ada 6 bab
dan tidak ada yang selain yang 6 ini,
yaitu;
a. fathah-dlommah seperti نصَر-ينصُر
b. fathah-kasroh seperti ضرَب-يضرِب
c. fathah-fathah seperti فتَح-يفتَح
d. kasroh-fathah seperti علِم-يعلَم
e. dlommah-dlommah seperti حسُن-يحسُن
f. kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî
dalam bentuk tabel
kedalam bahasa Indonesia yang diambilkan dari
fi’il madly,
sedangkan selain fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.
Bab 1;
نصر
Menolong
مد
memanjangkan
صان
Menjaga
غزا
memerangi
أمل
Berangan
Bab 2;
ضرب
Memukul
فر
melarikan diri
وعد
Berjanji
يسر
Gampang
سار
Berjalan
سرى
berjalan dimalam hari
وقى
Menjaga
شوى
memanggang
أدم
membumbui
وأد
mengubur hidup-hidup
فآء
Kembali
Bab 3;
فعل
mengerjakan
فتح
Membuka
وضع
meletakkan
يفع
mendekati baligh
نأى
Jauh
نشأ
Tumbuh
رأى
Melihat
Bab 4;
علم
mengetahui
عض
menggigit
وجل
merasa takut
يبس
Kering
خاف
Takut
هاب
takut pada/menghormati
رضي
Rela
خشي
takut/malu
وجي
berjalan dg telanjang kaki
قوي
Kuat
روي
puas dg minum
أثم
Berdosa
بئس
Celaka
برئ
Bebas
Bab 5;
حسن
Baik
ضخم
besar (bentuk/tubuh)
جنب
keluar air maninya
شجع
Berani
جبن
lemah hatinya
وجه
menjadi orang kaya
يمن
Beruntung
طال
Panjang
سرو
mulia serta dermawan
أدب
Sopan
لؤم
rendah/hina
بطؤ
Lambat
وقر
Tenang
نجس
Najis
Bab 6;
حسب
menyangka
ومق
Mencintai
(kalimat yang sebangsa
4 huruf yang sepi dari tambahan)
Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya
memang tersusun dari
4 huruf tanpa tambahan
dan pengurangan
kecuali
setelah dikiyas tashrif,
fi’il ruba’î mujarrod
hanya ada satu bentuk
yakni satu bab,
dibawah ini adalah
fi’il-fi’il ruba’î mujarrod
dalam bentuk
fi’il madly :
دحرج
menggelincirkan
طأطأ
menundukkan/menganggukkan kepala
ترجم
menterjemahkan
وسوس
menggoda/mewaswaskan
قلقل
menggerakkan
فلفل
membubuhi lada
بسمل
mengucapkan "bismillah"
سبحل
mengucapkan "subhanallah"
حمدل
mengucapkan "alhamdulillah"
هيلل
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
حوقل
mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"
(kalimat yang sebangsa
4 huruf yang sepi
dari tambahan
yang disamakan dengan
fi’il rubâ’î mujarrod)
Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli
seperti bab sebelumnya dihalaman 8,
dan ada yang dikategorikan sama dengan
fi’il rubâ’î mujarrod
meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan)
yaitu
yang biasa disebut
fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan),
demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk
fi’il rubâ’î mulhaq
adalah
dari suku kata mashdar
fi’il tsulâtsî
atau
isim jâmid
(menurut ulama’ kufah
semua mashdar
adalah
jamid
yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf,
karena ia adalah
bentuk asli suku tiap kata, sedangkan
yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya,
seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب (berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب (menarik/tarik)
حوقل (bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل (ladang)
بيطر (menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر (sombong)
جهور (mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر (keras suaranya), شريَف (memulyakan) dari mashdar tsulâtsî شَرَف (mulya)
سلقى (merebus) dari mashdar tsulâtsî سلْق (merebus)
dan قلنس (memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat dikiyas tashrîf) قلنسوة (songkok)
(bab pertama dari
fi’il tsulâtsî
yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فعَّل" dengan menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:
transitif, seperti : فرّح زيد عمرا (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
menunjukkan makna banyak, sepeerti: قطّع زيد الحبل (yakni, zaid memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti: كفّر زيد عمرا (yakni, zaid memposisikan kafir/mengkafirkan si umar)
mencabut/merusak asal pekerjaan dari objek, seperti: قشّر زيد الرمان (yakni, zaid mengupas kulit delima)
pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: خيّم القوم (yakni, kaum mendirikan tenda).
Perlu diketahui juga
bahwa macam-macam
huruf tambahan
yang bisa ditambahan pada kalimat baik fi’il
maupun isim itu
ada 10 macam,
yaitu
terangkum dalam kata singkat أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ" , perinciannya sebagai berikut:
hamzah
wau
yâ’
sîn
âlif
hâ’
lâm
tâ’
nûn
mîm
dibawah ini adalah contoh-contoh
fi’il tsulâtsî mazîd :
فرح
menggembirakan
كرر
mengulang-ulangi
وكل
mewakilkan
يسر
memudahkan
نور
menerangi
بين
menjelaskan
زكى
membersihkan/menyucikan
لقى
mempertemukan/menemui
ولى
mengangkat (jabatannya)
قوى
menguatkan
أدب
mengadabkan/mendidiknya adab
شأم
menyialkan
هنأ
mengucapkan tahniah (selamat)
(bab fi’il tsulâtsî mazid/
yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فاعل" dengan
penambahan alif
setelah fâ’,
berfaidah sebagai berikut:
1.musyârokah (persekutuan/gabungan) diantara dua orang/sesuatu, (musyârokah
ialah
maksud dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh
dua subjek
sehingga kedua-duanya menjadi
fa’il (subjek) sekaligus maf’ûl (objek),
seperti contoh: ضارب زيد عمرا (zaid dan umar saling pukul)
2.bermakna fâ’ala
yang berfaidah bermakna
banyak,
seperti contoh: ضاعف الله memakai makna lafadz ضعّف الله (semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3.bermakna af’ala
yang berfaidah ta’diyyah
(melampaui/
butuh pada maf’ul),
seperti contoh: عافاك الله (artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4.bermakna fa’ala
yang mujarrod
(sepi dari tambahan),
seperti contoh: سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك (zaid melakukan safar, semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)
dibawah ini adalah
bentuk kiyasannya :
قاتل
membunuh/memerangi
ماس
menyentuhkan
واعد
menjanjikan
ياسر
menggampangkan
عاون
menolong
باين
meninggalkan
عاطى
memberikan (tanpa ucapan)
لاقى
menemui
والى
menolong/mengasihi
داوى
mengobati
آخذ
menindak dengan siksaan (menyiksa)
لآءم
mencocoki
ناسأ
berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "أفعل"
dengan menambahkan hamzah qoth’
(huruf hamzah
yang tetap dibaca
baik dalam keadaan tersambung
atau terpisah)
diakhirnya,
berfaidah sebagai berikut:
ta’diyyah
(melampaui pada maf’ul/mebutuhkan objek)
seperti: أكرمت زيدا (aku memulyakan zaid)
masuk/melebur dalam sesuatu/masa, seperti: أمسى المسافر (si musafir memasuki waktu sore)
bermakna
menuju pada sesuatu/tempat,
seperti: أحجز زيد و أعرق عمرو (zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
menunjukkan
adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il,
seperti contoh: أثمر الطلح و أورق الشجر (pohon pisang berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
makna mubâlaghoh (sangat),
seperti contoh: أشغلت عمرا (aku sangat menyibukkan umar)
menemukan sesuatu
berada dalam suatu sifat, seperti: أعظمته و أحمدته (aku menemukannya dalam
keadaan agung dan terpuji)
bermakna “jadi”, seperti: أقفر البلد (negeri itu menjadi fakir)
bermakna “menawarkan/menyediakan”,
seperti: عرض الثوب (dia menyediakan baju untuk dijual)
bermakna “tiada/sirna”, seperti: أشفى المريض (si sakit hilang sembuhnya)
bermakna
“sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع (sudah tiba waktunya memanen tanaman)
dibawah ini adalah tabel
bentuk-bentuk wazannya :
أكرم
memulyakan
أمد
menolong/memanjangkan tangan
أوعد
menjanjikan
أيسر
memudahkan
أجاب
menjawab
أبان
menjelaskan
أعطى
memberikan
أدرى
memberitahukan
أودى
membayar (diyat)
أروى
menyegarkan (dengan air)
آمن
mengamankan
أجأر
memaksa berdoa sepenuh hati pada
أبرأ
membebaskan
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل" dengan
menambahkan “tâ’” diawalnya
dan
“âlif” setelah fâ’,
berfaidah:
persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و تضارب زيد وعمرو (saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)
menampakkan sesuatu
yang bukan dalam kenyataan,
seperti: تمارض زيد
(pura-pura sakit si zaid), yakni
menampakkan sakit
padahal tidak sakit
menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد القوم (saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi sedikit
menunjukkan makna
tsulâtsî mujarrod,
seperti: تعالى وسما (tinggi si dia dalam pangkatnya)
muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”,
seperti: باعدته فتباعد
(aku menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)
yang dimaksud muthôwa’ah ialah
hasil sesuatu ketika
suatu kalimat berhubungan dengan fi’il muta’addî
(fi’il yang membutuhkan maf’ûl),
dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
تباعد
saling menjauhi
تماس
saling bersentuhan
تواعد
saling berjanji
تيامن
mendahulukan yang kanan
تلاوم
saling menyalahkan
تباين
saling menjuhi/menyalahi
تعاطى
saling memberi tanpa ucap
تلاقى
saling bertemu
توارى
bersembunyi
تداوى
berobat
تآنف
saling memandang rendah
تساءل
saling bertanya
تمالأ
saling berkomplot
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "تفعّل" dengan
menambahkan tâ’ diawalnya dan
menggandakan ‘ain,
berfaida:
Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda,
seperti: كسّرت الزجاج فتكسّر (aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
makna takalluf
yaitu
persekongkolan/pertolongan fâ’il/
subjek
yang diberikan pada fi’il/predikat
agar
predikat tersebut hasil/terwujud,
seperti: تشجع زيد (zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya
fâ’il (si subjek)
menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja)
dari
kalimat yang pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت يوسف
(aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata إبن
menjadi تبنّى
menunjukkan makna menjauhi sesuatu,
seperti تذمم زيد
(zaid menjauhi celaan)
menunjukkan makna “menjadi”
seperti تأيمت المرأة
(menjadi janda si perempuan)
yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع زيد
(yakni zaid minum teguk demi teguk)
makna “tuntutan”
seperti تعجل الشيء
(dia terburu-buru terhadap sesuatu yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat),
dan تبينه (yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)
dibawah ini adalah contoh wazannya :
تكسر
menjadi pecah
تكرر
berulang-ulang
توعد
mengancam
تيسر
menjadi mudah
تنور
menjadi terang
تبين
menjadi jelas
تعدى
melampaui batas
تلقى
mendapat/menerima
تولى
menjadi pejabat
تروى
minum/berfikir
تأدب
berakal budi
ترأد
berayun/bergoyang
تصدأ
melihat dalam keadaan berdiri
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل" dengan
menambahkan “hamzah” diawalnya
dan
“tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya
berfaidah sebagai berikut:
1.muthôwa’ahnya
wazan “fa’ala”
seperti جمعت الإبل فـ اجتمع (aku mengumpulkan unta maka berkumpullah si unta)
2.makna “menjadikan/membuat”
seperti اختبز زيد
(zaid membuat/menjadikan roti)
3.menambahkan makna mubaghoh (sangat) dalam makna kalimat,
seperti اكتسب زيد
(si zaid bekerja dengan sangat)
4.bermakna wazan “fa’ala”
(fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti اجتذب
(dia jadzab/mabuk dalam bermunajat)
5.bermakna wazan “tafâ’ala” (saling),
seperti اختصم bermakna تخاصم (saling berseteru)
6.bermakna “tuntutan” seperti اكتدّ
(fi’il amar
yakni dia menuntut darinya kesungguh-sungguhan)
berikut ini contoh wazannya :
اجتمع
berkumpul
امتد
memanjang
اتصل
menghubungi
اتسر
menjadi mudah
اعتاد
membiasakan
اشترى
membeli
اتقى
bertakwa
ارتوى
menjadi segar/puas (dengan minum)
ايتمن
mempercayakan kepada/melakuakan dengan tangan kanan
ابتأس
bersedih hati
اجترأ
berani
اختار
memilih
اعتدى
melampaui batas/menyalahi peraturan
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ" dengan
menambahkan hamzah
dan
nûn diawalnya,
berfaidah:
muthôwa’ahnya wazan “fa’ala”
seperti كسرت الزجاج فـ انكسر (aku memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
muthôwa’ahnya wazan “af’ala”
tapi sedikit berlakunya, seperti أزعجه فـ انزعج
(aku mengagetkannya maka kagetlah dia)
keterangan;
wazan “infa’ala”
tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya :
انفعل
terjadi pekerjaannya
انكسر
menjadi pecah
انفض
menjdi pecah (terputus/berakhir)
انقاد
menjadi tunduk/patuh
انماع
menjadi cair
انجلى
menjadi jelas
انبرى
menjadi terkendali
انطفأ
menjadi padam
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî dipindah
pada wazan "افْعَلَّ"
dengan menambahkan hamzah washol
dan
penggandaan lâm fi’il,
berfaidah:
menunjukkan berada/memasuki dalam suatu sifat,
seperti احمرَّ البُسْرُ
(air baru itu memerah)
yakni masuk dalam warna merah
makna “sangat”
seperti اسودّ الليل
(malam menjadi sangat hitam)
dibawah ini contoh wazannya :
احمر
memerah
اسود
menghitam
ابيض
memutih
اصفر
menguning
اخضر
menghijau
اشهب
menjadi kelabu
اسمر
menjadi coklat
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ"
dengan menambahkan hamzah washol
(hamzah yang dibaca
pada saat tidak tersambung seperti
istaf’ala
dan tidak dibaca
saat tersambung dengan kalimat lain
seperti إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’,
berfaidah:
menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر الله
(dia meminta ampun pada Allah)
yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
menemukan sesuatu tampak/
berada dalam suatu sifat, seperti استعظمته واستحسنته (aku nampak ia agung dan bagus)
makna beralih/pindah, seperti استحجر الطين
(Lumpur beralih menjadi batu)
makna terpaksa/menanggung beban,
seperti استجرأ
(dia memaksakan untuk berani)
bermakna seperti
fi’il tsulâtsî mujarrod,
seperti استقرّ
bermakna قرّّ
(menetap/tetap)
muthôwa’ah
seperti أراحه فـ استراح
(dia A mengistirahatkannya B maka beristirahatlah dia B)
Bahasa Arab Pemula 14 :
Tabel
Tashrif Lughawi
Fi'il Madhi dan Mudhari'
Pada pembahasan
Tashrif Lughawi
Fi'il Madhi
dan
Tashrif Lughawi
Fi'il Mudhari'
kita sudah belajar tentang tashrif atau perubahan bentuk fi'il
berdasarkan ke 14 Dhomir atau
kata gantinya.
Pada kali ini saya hanya akan memberikan sebuah tabel tashrif lughawi
fi'il madhi dan mudhari.
Semoga bisa mempermudah kita dalam memahami Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'.
Berikut ini tabelnya: