Rabu, 23 Maret 2022

K A L I M A T

NAHWU SHOROF



kalimat

Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:

kalimat isim 
yaitu 
kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan 
tidak mempunyai 
waktu/masa 
seperti زيد/ناصر 
(zaid/penolong)


kalimat fi’il 
yaitu 
kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai masa seperti نصر (telah menolong)


kalimat huruf 
yaitu 
kalimat yang hanya bisa bermakna 
apa bila disambungkan dengan kalimat lain 
seperti هل, إنْ 
(apakah, apa bila)

pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap 
bisa dilihat di kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.

Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf 
dalam Tashrif istilâhî 
sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping adalah sebagai berikut:

tashrif lughawi

Fi’il madly 
ialah 
kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau (past tense), 
hukumnya adalah 
mabnî fathah 
(tercetak dalam bentuk berharkat fathah 
huruf akhirnya) 

kecuali apa bila bersambung dengan 
dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36) 

maka harus disukunkan huruf akhirnya 
seperti نصرَ mejadi نصرْنَ, 
atau 
bila bertemu dengan 
wau jama’ 
maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَ menjadi نصرُوا

Fi’il mudlôri’ 
ialah 
kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau 
mustaqbal/saat ini atau akan datang (present continues tense), 

hukumnya adalah 
mabni dlommah 
kecuali apa bila kemasukan âmil nashob 
(kalimat yang menuntut nashob) 
maka harus dibaca fathah huruf akhirnya 
seperti ينصرُ menjadi أنْ ينصرَ atau 
âmil jazm 
(kalimat yang menuntut jazm) 
maka harus dibaca sukun huruf akhirnya 
seperti ينصرُ menjadi لم ينصرْ

Mashdar ghoiru mîm 
ialah 
kalimat isim 
yang terletak pada urutan ketiga 
dalam tashrifan fi’il 
yang tidak diawali dengan huruf mîm 
dan bermakna kejadian, hukumnya adalah 
mu’rob 
(harkat huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya), 
dan 
samâ’î 
(bentuk lafadznya 
tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, 
akan tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab) 

seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
 
Mashdar mîm atau 
Isim mashdar 
ialah 

isim mu’rob 
yang diawali dengan 
huruf mîm 
dan beermakna kejadian, hukumnya adalah 
mu’rob dan qiyasî 
(bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof) 

seperti مقام, منصر dari fi’il madly قام, نصر

Isim dlomîr 
ialah 
isim yang tidak dapat dijadikan awalan 
dan 
tidak dapat terletak setelah إلا secara ikhtiyar 
(bila jatuh setelah illâ 
maka dikategorikan jarang) seperti contoh أحب الناس إلاك 

hukumnya adalah 
mabnî

Isim fâ’il 
ialah 
isim yang dibaca rofa’ 
yang disebut setelah fi’ilnya, 

isim fâ’il ada dua: 

fâ’il isim dhohir 
seperti  جاء زيد dan 

fâ’il isim dlomîr 
seperti جاء هو , 

hukumnya adalah 
mabnî dlommah, 

isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut dengan subjek


Isim isyâroh 
ialah 
isim yang dipakai sebagai makna isyarat, 

hukumnya adalah mabnî seperti هذا زيد


Isim maf’ûl 
ialah 
isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il, 

isim maf’ûl 
juga ada dua sebagaimana 

isim fâ’il seperti ضربت زيدا dan ضربته, 

hukumnya adalah 
mabnî fathah, 

isim maf’ûl ini 
menunjukkan pada 
makna kejadian dan orang/

sesuatu yang menjadi 
objek kejadian tersebut.

Fi’il amar 
ialah 
fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan 
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya, 
seperti ينصُرُ menjadi انصُرْ ْ hukumnya adalah 
mabnî sukun

Fi’il nahî 
ialah 
fi’il yang menunjukkan makna larangan 
yang harkat ‘ain fi’ilnya 
sama dengan 
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا تنصُرْ 
dari mudlôri’ ينصُرُ , hukumnya adalah 
mabnî sukun

Isim zamân 
dan 
Isim makân 
ialah 
isim yang menunjukkan makna masa/waktu 
atau 
makna tempat, 

dua isim ini bentuk wazannya sama 
akan tetapi 
maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob, 

seperti contoh جرى المآء مجراه (air mengalir ditempat mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر (aku memukul zaid pada waktu dzuhur)

Isim âlat 
ialah 
isim yang menunjukkan makna alat 
seperti مفتاح (kunci), hukumnya adalah mu’rob.

Keterangan; 

perbedaan antara 
isim fa’il 
dan 
isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î 

dan seterusnya 
adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, 
isim fa’il 
dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan 

isim maf’ul 
dibaca fathah ‘ain fi’ilnya. 

pemakaian 
isim zaman, 
isim makan dan 
isim alat 

tidak semuanya berlaku dalam percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ada 
13 macam, 
berikut keterangannya:

binâ’/bentuk kalimat shohîh, 

adalah 
bentuk kalimat 
yang fa’ fi’il/huruf pertama, ‘ain fi’il/huruf kedua dan 
lam fi’il/huruf ketiganya 

(dengan menjadikan 
lafadz فعل sebagai wazan/contoh perbandingan) 

tidak terdiri dari 
huruf ‘illat/penyakit yaitu 
alif, wau dan yâ’ 
seperti نصر
binâ’ mudlo’âf 
adalah kalimat yang 
‘ain fi’il dan lam fi’ilnya 
terdiri dari dua jenis huruf yang sama 
seperti مد asalnya مدد

binâ’ mitsâl wâwî 
adalah 
kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau, 
seperti وعد

binâ’ mitsâl yâ-î 
adalah 
kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ 
seperti يسر

binâ’ ajwâf wawî 
adalah 
kalimat yang 
‘ain fi’ilnya 
terdiri dari huruf wau 
seperti صان asalnya صون

binâ’ ajwâf yâ-î 
adalah 
kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari 
huruf yâ’ 
seperti سار asalnya سير

binâ’ nâqish wawî 
adalah 
kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf wau 
seperti غزا asalnya غزو

binâ’ nâqish yâ-î 
adalah 
kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ 
seperti سرى asalnya سري

9, 10 dan 11. 

binâ’ mahmûz 
fa’, ‘ain dan lâm 

adalah kalimat 
yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il 
atau 
lâm fi’ilnya 
terdiri dari huruf hamzah seperti أدم, وأد, فآء

12. 
binâ’ lafîf maqrûn 
adalah 
kalimat yang terdiri dari 
dua huruf ‘illat 
yang    berkumpul/
tidak terpisah 
seperti شوى

13. 
binâ’ lafîf mafrûq 
adalah 
kalimat yang terdiri dari 
dua huruf ‘illat 
yang terpisah 
seperti وقى

Tashrîf Istilâhî

(Kalimat yang sebangsa 
 3 huruf dan 
 sepi dari tambahan)

Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat 
baik fi’il ataupun isim 
dalam bahasa arab 
paling sedikinya terdiri dari 
3 huruf 
dan 
paling banyak adalah 
7 huruf, 

sedangkan bentuk 
kalimat fi’il madly 
dan mudlori’ 
dari fi’il tsulâtsî 
(kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) 
bila ditinjau 
dari harkat ‘ain fi’ilnya 
ada 6 bab 
dan tidak ada yang selain yang 6 ini, 

yaitu;
a.    fathah-dlommah seperti نصَر-ينصُر
b.    fathah-kasroh seperti ضرَب-يضرِب
c.     fathah-fathah seperti فتَح-يفتَح
d.    kasroh-fathah seperti علِم-يعلَم
e.    dlommah-dlommah seperti حسُن-يحسُن
f.     kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب


dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî 
dalam bentuk tabel  
kedalam bahasa Indonesia yang diambilkan dari 
fi’il madly, 
sedangkan selain fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.

Bab 1;
نصر
Menolong
مد
memanjangkan
صان
Menjaga
غزا
memerangi
أمل
Berangan
Bab 2;
ضرب
Memukul
فر
melarikan diri
وعد
Berjanji
يسر
Gampang
سار
Berjalan
سرى
berjalan dimalam hari
وقى
Menjaga
شوى
memanggang
أدم
membumbui
وأد
mengubur hidup-hidup
فآء
Kembali
Bab 3;
فعل
mengerjakan
فتح
Membuka
وضع
meletakkan
يفع
mendekati baligh
نأى
Jauh
نشأ
Tumbuh
رأى
Melihat
Bab 4;
علم
mengetahui
عض
menggigit
وجل
merasa takut
يبس
Kering
خاف
Takut
هاب
takut pada/menghormati
رضي
Rela
خشي
takut/malu
وجي
berjalan dg telanjang kaki
قوي
Kuat
روي
puas dg minum
أثم
Berdosa
بئس
Celaka
برئ
Bebas
Bab 5;
حسن
Baik
ضخم
besar (bentuk/tubuh)
جنب
keluar air maninya
شجع
Berani
جبن
lemah hatinya
وجه
menjadi orang kaya
يمن
Beruntung
طال
Panjang
سرو
mulia serta dermawan
أدب
Sopan
لؤم
rendah/hina
بطؤ
Lambat
وقر
Tenang
نجس
Najis
Bab 6;
حسب
menyangka
ومق
Mencintai

(kalimat yang sebangsa 
4 huruf yang sepi dari tambahan)

            Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya 
memang tersusun dari 
4 huruf tanpa tambahan 
dan pengurangan 
kecuali  
setelah dikiyas tashrif, 
fi’il ruba’î mujarrod 
hanya ada satu bentuk 
yakni satu bab, 
dibawah ini adalah 
fi’il-fi’il ruba’î mujarrod 
dalam bentuk 
fi’il madly :

دحرج
menggelincirkan
طأطأ
menundukkan/menganggukkan kepala
ترجم
menterjemahkan
وسوس
menggoda/mewaswaskan
قلقل
menggerakkan
فلفل
membubuhi lada
بسمل
mengucapkan "bismillah"
سبحل
mengucapkan "subhanallah"
حمدل
mengucapkan "alhamdulillah"
هيلل
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
حوقل
mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"

(kalimat yang sebangsa 
4 huruf yang sepi 
dari tambahan 
yang disamakan dengan 
fi’il rubâ’î mujarrod)

            Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli 
seperti bab sebelumnya dihalaman 8, 
dan ada yang dikategorikan sama dengan 
fi’il rubâ’î mujarrod  
meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan) 
yaitu 
yang biasa disebut 
fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan), 
demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk 
fi’il rubâ’î mulhaq 
adalah 
dari suku kata mashdar 
fi’il tsulâtsî 
atau 
isim jâmid 
(menurut ulama’ kufah 

semua mashdar 
adalah 
jamid 
yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, 
karena ia adalah 
bentuk asli suku tiap kata, sedangkan 
yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya, 
seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب (berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب (menarik/tarik)
حوقل (bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل (ladang)
بيطر (menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر (sombong)
جهور (mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر (keras suaranya), شريَف (memulyakan) dari mashdar tsulâtsî شَرَف (mulya)
سلقى (merebus) dari mashdar tsulâtsî سلْق (merebus)
dan قلنس (memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat dikiyas tashrîf) قلنسوة (songkok)

(bab pertama dari 
fi’il tsulâtsî 
yang diberi tambahan)

            fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فعَّل" dengan menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:
transitif, seperti : فرّح زيد عمرا (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
menunjukkan makna banyak, sepeerti: قطّع زيد الحبل (yakni, zaid memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti: كفّر زيد عمرا (yakni, zaid memposisikan kafir/mengkafirkan si umar)
mencabut/merusak asal pekerjaan dari objek, seperti: قشّر زيد الرمان (yakni, zaid mengupas kulit delima)
pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: خيّم القوم (yakni, kaum mendirikan tenda).

Perlu diketahui juga 
bahwa macam-macam 
huruf tambahan 
yang bisa ditambahan pada kalimat baik fi’il 
maupun isim itu 
ada 10 macam, 
yaitu 
terangkum dalam kata singkat أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ" , perinciannya sebagai berikut:

hamzah
wau
yâ’
sîn
âlif
hâ’
lâm
tâ’
nûn
mîm

dibawah ini adalah contoh-contoh 
fi’il tsulâtsî mazîd :
فرح
menggembirakan
كرر
mengulang-ulangi
وكل
mewakilkan
يسر
memudahkan
نور
menerangi
بين
menjelaskan
زكى
membersihkan/menyucikan
لقى
mempertemukan/menemui
ولى
mengangkat (jabatannya)
قوى
menguatkan
أدب
mengadabkan/mendidiknya adab
شأم
menyialkan
هنأ
mengucapkan tahniah (selamat)

(bab fi’il tsulâtsî mazid/
yang diberi tambahan)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فاعل" dengan 
penambahan alif 
setelah fâ’, 
berfaidah sebagai berikut:

1.musyârokah (persekutuan/gabungan) diantara dua orang/sesuatu, (musyârokah 
ialah 
maksud dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh 
dua subjek 
sehingga kedua-duanya menjadi 
fa’il (subjek) sekaligus maf’ûl (objek), 
seperti contoh: ضارب زيد عمرا (zaid dan umar saling pukul)

2.bermakna fâ’ala 
   yang berfaidah bermakna 
   banyak, 
seperti contoh: ضاعف الله memakai makna lafadz ضعّف الله (semoga Allah melipatkan, pahalanya)

3.bermakna af’ala 
   yang berfaidah ta’diyyah 

(melampaui/
butuh pada maf’ul), 
seperti contoh: عافاك الله (artinya semoga Allah menyehatkanmu)

4.bermakna fa’ala 
   yang mujarrod 

(sepi dari tambahan), 
seperti contoh: سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك (zaid melakukan safar, semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)

dibawah ini adalah 
bentuk kiyasannya :
قاتل
membunuh/memerangi
ماس
menyentuhkan
واعد
menjanjikan
ياسر
menggampangkan
عاون
menolong
باين
meninggalkan
عاطى
memberikan (tanpa ucapan)
لاقى
menemui
والى
menolong/mengasihi
داوى
mengobati
آخذ
menindak dengan siksaan (menyiksa)
لآءم
mencocoki
ناسأ
berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)

(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "أفعل" 

dengan menambahkan hamzah qoth’ 
(huruf hamzah 
yang tetap dibaca 
baik dalam keadaan tersambung 
atau terpisah) 
diakhirnya, 

berfaidah sebagai berikut:

ta’diyyah 
(melampaui pada maf’ul/mebutuhkan objek) 

seperti: أكرمت زيدا (aku memulyakan zaid)
masuk/melebur dalam sesuatu/masa, seperti: أمسى المسافر (si musafir memasuki waktu sore)

bermakna 
menuju pada sesuatu/tempat, 

seperti: أحجز زيد و أعرق عمرو (zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)

menunjukkan 
adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il, 

seperti contoh: أثمر الطلح و أورق الشجر (pohon pisang berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon

makna mubâlaghoh (sangat), 

seperti contoh: أشغلت عمرا (aku sangat menyibukkan umar)

menemukan sesuatu 
berada dalam suatu sifat, seperti: أعظمته و أحمدته (aku menemukannya dalam 

keadaan agung dan terpuji)
bermakna “jadi”, seperti: أقفر البلد (negeri itu menjadi fakir)

bermakna “menawarkan/menyediakan”, 
seperti: عرض الثوب (dia menyediakan baju untuk dijual)

bermakna “tiada/sirna”, seperti: أشفى المريض (si sakit hilang sembuhnya)

bermakna 
“sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع (sudah tiba waktunya memanen tanaman)

dibawah ini adalah tabel 

bentuk-bentuk wazannya :
أكرم
memulyakan
أمد
menolong/memanjangkan tangan
أوعد
menjanjikan
أيسر
memudahkan
أجاب
menjawab
أبان
menjelaskan
أعطى
memberikan
أدرى
memberitahukan
أودى
membayar (diyat)
أروى
menyegarkan (dengan air)
آمن
mengamankan
أجأر
memaksa berdoa sepenuh hati pada
أبرأ
membebaskan

(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل" dengan 
menambahkan “tâ’” diawalnya 
dan 
“âlif” setelah fâ’, 

berfaidah:
persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و تضارب زيد وعمرو (saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)

menampakkan sesuatu 
yang bukan dalam kenyataan, 
seperti: تمارض زيد 
(pura-pura sakit si zaid), yakni 
menampakkan sakit 
padahal tidak sakit

menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد القوم (saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi sedikit

menunjukkan makna 
tsulâtsî mujarrod, 
seperti: تعالى وسما (tinggi si dia dalam pangkatnya)

muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, 
seperti: باعدته فتباعد 
(aku menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)

yang dimaksud muthôwa’ah ialah 
hasil sesuatu ketika 
suatu kalimat berhubungan dengan fi’il muta’addî 
(fi’il yang membutuhkan maf’ûl), 

dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
تباعد
saling menjauhi
تماس
saling bersentuhan
تواعد
saling berjanji
تيامن
mendahulukan yang kanan
تلاوم
saling menyalahkan
تباين
saling menjuhi/menyalahi
تعاطى
saling memberi tanpa ucap
تلاقى
saling bertemu
توارى
bersembunyi
تداوى
berobat
تآنف
saling memandang rendah
تساءل
saling bertanya
تمالأ
saling berkomplot

(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "تفعّل" dengan 
menambahkan tâ’ diawalnya dan 
menggandakan ‘ain, 

berfaida:
Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, 

seperti: كسّرت الزجاج فتكسّر (aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)

makna takalluf 
yaitu 
persekongkolan/pertolongan fâ’il/
subjek 
yang diberikan pada fi’il/predikat 
agar 
predikat tersebut hasil/terwujud, 

seperti: تشجع زيد (zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya

fâ’il (si subjek) 
menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja) 
dari 
kalimat yang pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت يوسف 
(aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata إبن 
menjadi  تبنّى

menunjukkan makna menjauhi sesuatu, 
seperti تذمم زيد 
(zaid menjauhi celaan)

menunjukkan makna “menjadi” 
seperti تأيمت المرأة 
(menjadi janda si perempuan) 
yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع زيد 
(yakni zaid minum teguk demi teguk)

makna “tuntutan” 
seperti تعجل الشيء 
(dia terburu-buru terhadap sesuatu yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat), 
dan تبينه (yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)

dibawah ini adalah contoh wazannya :
تكسر
menjadi pecah
تكرر
berulang-ulang
توعد
mengancam
تيسر
menjadi mudah
تنور
menjadi terang
تبين
menjadi jelas
تعدى
melampaui batas
تلقى
mendapat/menerima
تولى
menjadi pejabat
تروى
minum/berfikir
تأدب
berakal budi
ترأد
berayun/bergoyang
تصدأ
melihat dalam keadaan berdiri

(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل" dengan 
menambahkan “hamzah” diawalnya 
dan 
“tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya 

berfaidah sebagai berikut:

1.muthôwa’ahnya 
   wazan “fa’ala” 
seperti جمعت الإبل فـ اجتمع (aku mengumpulkan unta maka berkumpullah si unta)

2.makna “menjadikan/membuat” 
seperti اختبز زيد 
(zaid membuat/menjadikan roti)

3.menambahkan makna mubaghoh (sangat) dalam makna kalimat, 
seperti اكتسب زيد 
(si zaid bekerja dengan sangat)

4.bermakna wazan “fa’ala” 
(fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti اجتذب 
(dia jadzab/mabuk dalam bermunajat)

5.bermakna wazan “tafâ’ala” (saling), 
seperti اختصم bermakna تخاصم (saling berseteru)

6.bermakna “tuntutan” seperti اكتدّ 
(fi’il amar 
yakni dia menuntut darinya kesungguh-sungguhan)

berikut ini contoh wazannya :
اجتمع
berkumpul
امتد
memanjang
اتصل
menghubungi
اتسر
menjadi mudah
اعتاد
membiasakan
اشترى
membeli
اتقى
bertakwa
ارتوى
menjadi segar/puas (dengan minum)
ايتمن
mempercayakan kepada/melakuakan dengan tangan kanan
ابتأس
bersedih hati
اجترأ
berani
اختار
memilih
اعتدى
melampaui batas/menyalahi peraturan

(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ" dengan 
menambahkan hamzah 
dan 
nûn diawalnya, 

berfaidah:
muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” 
seperti كسرت الزجاج فـ انكسر (aku memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)

muthôwa’ahnya wazan “af’ala” 
tapi sedikit berlakunya, seperti أزعجه فـ انزعج 
(aku mengagetkannya maka kagetlah dia)

keterangan; 

wazan “infa’ala” 
tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya :
انفعل
terjadi pekerjaannya
انكسر
menjadi pecah
انفض
menjdi pecah (terputus/berakhir)
انقاد
menjadi tunduk/patuh
انماع
menjadi cair
انجلى
menjadi jelas
انبرى
menjadi terkendali
انطفأ
menjadi padam


(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî dipindah 
pada wazan "افْعَلَّ" 
dengan menambahkan hamzah washol 
dan 
penggandaan lâm fi’il, 

berfaidah:
menunjukkan berada/memasuki dalam suatu sifat, 
seperti احمرَّ البُسْرُ 
(air baru itu memerah) 
yakni masuk dalam warna merah

makna “sangat” 
seperti اسودّ الليل 
(malam menjadi sangat hitam)

dibawah ini contoh wazannya :
احمر
memerah
اسود
menghitam
ابيض
memutih
اصفر
menguning
اخضر
menghijau
اشهب
menjadi kelabu
اسمر
menjadi coklat

(bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ" 
dengan menambahkan hamzah washol 
(hamzah yang dibaca 
pada saat tidak tersambung seperti 
istaf’ala 
dan tidak dibaca 
saat tersambung dengan kalimat lain 
seperti إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’, 

berfaidah:
menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر الله 
(dia meminta ampun pada Allah) 
yakni dia menuntut pengampunan dari Allah

menemukan sesuatu tampak/
berada dalam suatu sifat, seperti استعظمته واستحسنته (aku nampak ia agung dan bagus)

makna beralih/pindah, seperti استحجر الطين 
(Lumpur beralih menjadi batu)

makna terpaksa/menanggung beban, 
seperti استجرأ 
(dia memaksakan untuk berani)

bermakna seperti 
fi’il tsulâtsî mujarrod, 
seperti استقرّ 
bermakna قرّّ 
(menetap/tetap)

muthôwa’ah 
seperti أراحه فـ استراح 
(dia A mengistirahatkannya B maka beristirahatlah dia B)
 
Bahasa Arab Pemula 14 : 

Tabel 
Tashrif Lughawi 
Fi'il Madhi dan Mudhari'

Pada pembahasan 
Tashrif Lughawi 
Fi'il Madhi 
dan 
Tashrif Lughawi 
Fi'il Mudhari' 
kita sudah belajar tentang tashrif atau perubahan bentuk fi'il 
berdasarkan ke 14 Dhomir atau 
kata gantinya. 

Pada kali ini saya hanya akan memberikan sebuah tabel tashrif lughawi 
fi'il madhi dan mudhari. 

Semoga bisa mempermudah kita dalam memahami Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'. 

Berikut ini tabelnya:


tashrif lughawi