KONSEP NAKIROH DAN MA’RIFAT

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang telah menjadikan umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad yang telah diutus untuk mengajarkan manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.
Isim dalam bahasa Arab jika dilihat dari cakupan maknanya terbagi menjadi dua, yaitu: isim nakiroh (yang cakupannya non-spesifik) dan isim ma’rifat (yang cakupannya spesifik). Misalnya dalam bahasa indonesia, ketika seseorang berkata: “berikan saya sebuah pulpen”. Pendengarnya akan mengambil pulpen apa saja, yang penting pulpen. Bisa saja dia mengambilnya dari tempat pensilnya sendiri, memungutnya di lantai, atau bahkan meminjamnya dari orang lain. Berbeda dengan seseorang yang berkata: “berikan saya pulpen yang diatas meja”. Pendengarnya akan mengambilkan pulpen sesuai dengan spesifikasi yang diminta (diucapkan).
Isim Nakiroh
Yaitu isim yang menunjukkan sesuatu yang tidak spesifik. Maksudnya: isim ini menunjukkan makna satu (mufrad). Misalnya kata رَجـُلٌ bermakna seorang (satu) laki-laki dalam konteks umum. Artinya mencakup semua laki-laki yang ada di dunia sampai ada petunjuk spesifikasinya. Isim ini bisa dimasuki alif dan lam yang kemudian mengubahnya menjadi isim ma’rifat.
Termasuk juga dalam kategori ini, isim yang memiliki makna serupa dengan isim lain yang menerima alif dan lam. Misalnya kata ذُو pada kalimat جَاءَ ذُو عِلْمٍ (telah datang seseorang yang berilmu). Pada kalimat ini, (ذُو) bermakna (صَاحِبُ). Kata ذُو memang tidak bisa dimasuki alif dan lam, tapi dia memiliki makna serupa isim yang bisa dimasuki alif dan lam yaitu صَاحِب, maka dia juga bisa disebut isim nakiroh.
Isim Ma’rifat
Yaitu isim yang menunjukkan sesuatu yang spesifik. Misalnya: أَنْتَ مُخْلِصٌ (kamu orang yang ikhlas). Kata ‘kamu’ merupakan kata ganti orang kedua, yang merujuk kepada orang yang sedang diajak bicara. Maknanya spesifik, merujuk kepada orang tertentu, bukan orang mana pun yang hidup di dunia ini.
Contoh lain ketika kita memuji teman kita, misalnya. Lalu kita mengatakan: أَنْتِ جَمِيْلَةٌ (kamu cantik). Kita tidak sedang memuji resepsionis hotel yang kita temui kemarin atau petugas kasir toko yang melayani kita tadi pagi, misalnya. Setiap kata yang kita ucapkan punya makna spesifik atau tertentu.
Seperti yang kita bahas sebelumnya dalam subbab nakiroh, isim yang dimasuki alif dan lam bisa berubah menjadi ma’rifat. Contohnya kata رجل adalah nakiroh, tapi kata الرجل adalah ma’rifat.
Diantara isim juga ada yang memang sudah asalnya ma’rifat. Dia tidak perlu ditambahkan alif dan lam untuk menjadi ma’rifat. Dan dia dibagi dua:
- Yang tidak menerima alif dan lam, juga tidak bermakna isim lain yang menerima Alif dan lam (seperti kasus ذُو). Contohnya seperti kata عَلِيٌّ.
- Yang menerima alif dan lam, tapi tidak memberi pengaruh dalam kema’rifatannya (hanya sebagai tambahan). Intinya tidak ada pengaruhnya baik dimasuki alif lam atau tidak. Mislanya kata عَبَّاسٌ menjadi العَبَّاسُ.
Golongan-Golongan yang Termasuk Isim Ma’rifat
Ada tujuh, yaitu:
- Dhamir (الضمير)
Contoh: أنا ، هو ، إياها
- ‘Alam (العلم)
Contoh: فلسطين ، فاطمة ، رياض
- Isim Isyarah (اسم الإشارة)
Contoh: هذا ، هذه ، هناك
- Isim Maushul (اسم الموصول)
Contoh: الذي ، التي ، الذين
- Isim nakiroh yang dimasuki alif dan lam
Contoh: السيارة ، البيت ، القول
- Mudhaf kepada isim ma’rifat
Contoh: سيارة الأستاذ
- Nakiroh Maqshudah (النكرة المقصودة) dari bab munada
Contoh: يا طالعا جبلا
Masing-masing golongan mempunyai penjelasannya masing-masing yang lebih mendalam, yang tidak akan cukup untuk dijelaskan semuanya disini.
Wallahu a’lam.
Referensi:
- Dalilus Salik ila Alfiyat Ibnu Malik, Abdullah bin Shalih Al-Fauzan
- Mulakhos Qawa’idil Lughah Al-’Arabiyah, Fuad Ni’mah