13. MAF’UL MA’AH
A. Pengertiannya.
Ialah isim yang dinasabkan, yang jatuh setelah
Wawu Ma’iyyah
( Wawu yang berarti ‘serta’)
B. Syarat-syarat Maf’ul Ma’ah
1. Maf’ul Ma’ah itu hanya
sebagai tambahan.
2. Sebelum Maf’ul Ma’ah
harus sudah merupakan
jumlah yang telah
sempurna.
3. Wawu harus bermakna
‘serta’.
Contoh-contoh :
(سَارَ) Wus mlaku, sopo (عَلِيّ)‘Ali, (وَالْجَبَلَ) sartane gunung. (Ali telah berjalan bersama Gunung) سَارَ عَلِيّ وَالْجَبَلَ
(اِسْتَوَى) Wus madhani, opo (الْمَاءُ) banyu, (وَالْخَشْبَةَ) sartane kayu. (Air itu telah menyamai kayu) اِسْتَوَى الْمَاءُ وَالْخَشْبَةَ
أنَا سَائِرٌ وَالنِّيلَ
فأجْمِعُوا أَمْرَكم وشُرَكاءَكم
14. Matbu'at
( yaitu isim-isim yang
diikutkan pada isim-isim
yang sebelumnya)
Penjelasan tentang
al matbu'at, telah disebutkan di depan.
Matbu'at ada 4,
yaitu :
Shifat Maushuf,
Athaf Ma'thuf,
Taukid Muakkad, dan
Badal Mubdal.