[20/3 21:11] Aing: BAB
ISIM-ISIM
YANG HARUS
DIJARKAN
[20/3 21:15] Aing: Isim harus beri'rob Jar hanya pada 3 tempat,
yaitu :
1. Apabila di dahului oleh
salah satu kharf Jar
2. Apabila menjadi
Mudhof ilaih, dan
3. At Tabi'at
( Isim-isim yang I'rob dan
hukumnya mengikuti
isim-isim
yang sebelumnya).
Yaitu :
(1) Shifat i'robnya
mengikuti maushufnya
(2) Athaf, i'robnya
mengikuti isim yang
di ngathafi.
(3) Badal, i'robnya mengikuti
isim ysng dibadali, dan
(4) Taukid, i'robnya
mengikuti yang ditaukidi.
[20/3 22:04] Aing: NAHWU SHOROF
Penjelasan
Fi'il Mujarrad dan
Fi'il Mazid
A. Fi’il Tsulatsi Mujarrod
Kalimah yang fi’il madzinya terdiri dari 3 huruf
dan bebas dari
huruf tambahan.
contoh:
نصر , فتح
Adapun
fi’il tsulatsi mujarrod itu seluruhnya ada 6 bab.
Dan diantara tiap-tiap bab dapat dibedakan
dengan harokat ‘ain fi’il
yang ada pada
fi’il madzi dan
fi’il mudlori .
1. (يَفْعُلُ فَعَلَ)
Satu ditandai
dengan ‘ain fi’il
yang dibaca fathah
pada fi’il madzi
dan
dibaca dlomah
pada
fi’il mudlorinya.
wazanya adalah :يَفْعُلُ فَعَلَ.
Pada bab satu ini kebanyakan berupa
fi’il muta’adzi
(kalimah
yang membutuhkan
maf’ul bih
[sasaran pekerjaan/ obyek])
contohnya نصر ز يد ا حمد
dan
fi’il lazim
(kalimah yang tidak membutuhkan maf’ul bih)
namun sedikit contohnya : خر ج ز يد
2. (يَفْعِلُ فَعَلَ)
Dua ini ditandai dengan
‘ain fi’il
yang dibaca fathah
pada fi’il madzi
dan
dibaca kasroh
pada fi’il mudlori’nya.
dan wazannya adalah
يَفْعِلُ فَعَلَ
Pada bab dua ini kebanyakan berupa
fi’il muta’adzi
(kalimah
yang membutuhkan
maf’ul bih
[sasaran pekerjaan/ obyek])
contohnya: ضر بت زيدا
Dan terkadang berupa
fi’il lazim
namun sedikit contohnya: جلس زيد
3. (يَفْعَلُ فَعَلَ)
Tiga ditandai dengan
‘ain fi’il
yang dibaca fathah
pada fi’il madzi
dan
pada fi’il mudlori’.
wazannya adalah يَفْعَلُ فَعَلَ
Pada bab tiga ini
ke banyakan berupa
fi’il muta’adzi
(kalimah
yang membutuhkan
maf’ul bih
[sasaran pekerjaan/ obyek])
Contohnya: فتح ز يد البا ب
Dan terkadang berupa
fi’il lazim
namun sedikit contohnya : نبت البذ ر
4. (يَفْعَلُ فَعِلَ).
Empat ditandai dengan
‘ain fi’il
yang dibaca kasroh
pada fi’il madzi
dan
dibaca fathah
pada fi’il mudlori’.
wazannya adalah: يَفْعَلُ فَعِلَ
Pada bab empat ini kebanyakan berupa
fi’il muta’adzi
(kalimah
yang membutuhkan
maf’ul bih
[sasaran pekerjaan/ obyek])
contohnya :علم ز يد المسا لة
Dan terkadang berupa
fi’il lazim,
namun sedikit
Contohnya: و جل ز يد
5.
(يَفْعُلُ فَعُلَ).
Lima ditandai dengan
‘ain fi’il yang dibaca dlomah pada fi’il madzi
dan
fi’il mudlori.
wazannya adalah: يَفْعُلُ فَعُلَ.
Adapun lafadz-lafadz
yang termasuk bab lima semuanya
fi’il lazim
karena bab lima ini
khusus diikuti fi’il-fi’il
yang menunjukkan
arti watak
atau
tabi’at
dan
sifat-sifat pembawa
yang melekat
(tidak mudah luntur)
seperti:
bagus,jelek, pemberani, penakut dan lain-lain.
sedangkan lafadz-lafadz yang menunjukkan arti demikian ini
tidak membutuhkan
maf’ul
(tidak berhubungan dengan maf’ul)
namun
hanya membutuhkan /hubungan dengan fi’il saja,
maka dari itu
hukumnya lazim
yang akhirnya bab lima
tidak ada isim mafu’ul
contoh nya: طا ل الخطا ب
6.
(يَفْعِلُ فَعِلَ).
Enam ditandai dengan
‘ain fi’il
yang dibaca kasroh
pada fi’il madzi dan
fi’il mudlori’nya.
wazannya adalah: : يَفْعِلُ فَعِلَ
Pada bab enam ini kebanyakan berupa
fi’il muta’adzi
(kalimah
yang membutuhkan
maf’ul bih
[sasaran pekerjaan/ obyek])
Contohnya : حسب ز يد عمروا الفا ضل
Dan terkadang berupa
fi’il lazim,
namu sedikit
contohnya : و مق ز يد
B. Fi’il Ruba’i Mujarrad
Kalimah yang fi’il madzinya memuat 4 huruf asal
dan
bebas dari
huruf tambahan.
contohnya :د خر ج- يد خر ج- د خر جة
Lafadz-lafadz yang termasuk bab
ruba’I mujarrod
kebanyakan berupa
fi’il muta’adi.
Contohnya :د خر ج ز يد الحجر
Dan terkadang berupa
fi’il lazim tapi sedikit. Cotohnyaد ر بخ ز يد
C. Fi’il Tsulatsi Mazid
kalimat yang
fi’il madzinya memuat lebih dari 3 huruf
dengan perincian yang tiga berupa huruf asal
dan
yang lain
berupa huruf tambahan,
contoh: ا جتمع
dan lain-lain.
Secara garis besarnya
fi’il tsulatsi
terbagi menjadi 3 macam:
1. Ruba’i
2. Khumasi
3. sudasi
D. Fi’il Tsulatsi Mazid
Ruba’i
Kalimah yang
fi’il madzinya
terdiri dari 4 huruf,
yang 3 berupa
huruf asal
dan
yang satu berupa
huruf tambahan.
1. Fi’il tsulatsi mujarrod
di pindah
pada wazan فعل
dengan
menambahkan
tasydid(mendobel)
pada ‘ain fi’il.contohnya : فر ح ز يد عمرا
2. Fi’il tsulatsi mujarrod
di pindah ikut wazan فا عل
dengan menambahkan
alif setelah fa’fi’il. contohnya : ضا رب ز يد عمرا
3. Fi’il tsulatsi mujarrod
di pindah ikut wazan ا فعل
dengan menambahkan
huruf hamzah qotho’
di permulaan contohnya ا كر مت ز يد ا
E. Fi’il Tsulatsi Mazid
Khumasi
Fi’il Tsulatsi Mazid khumasi Adalah :
kalimah yang fi’il madzinya terdiri dari 5 huruf
yang 3 huruf asal
dan
yang 2 huruf tambahan .
Dinamakan khumasi (sebangsa 5 huruf)
karena
asalnya 3 huruf
kemudian ditambah 2 huruf sehingga menjadi 5 huruf.
Adapun huruf tambahan tersebut adakalanya berupa :
1.Huruf ta’
yang ada di permulaan
beserta alif
yang ada diantara
fa’ dan ‘ain fi’il (تفا عل)
contohnya : تضا رب زيد و عمر
2.Huruf ta’
yang ada di permulaan dan mendobel atau mentasydid ‘ain fi’il (تفعل)contohnya :كسرت الزجاج
3.Huruf hamzah washol
di permulaan
beserta ta’ yang ada diantara fa’
dan
‘ain fi’il (ا فتعل)
contohnya : جمعت الا بل
4.Huruf hamzah washol
dan nun
yang ada di permulaan (انفعل)
contohnya : ازعج فا نزجع
5.Huruf hamzah washol dan tadl’if/tasydid
pada lam fi’il (افعل)
contohnya : احما لبسر
F. Fi’il Tsulatsi Mazid
Tsudusi
Fi’il Tsulatsi Mazid Tsudusi Adalah :
kalimah yang fi’il madzinya terdiri dari 6 huruf
yang 3 huruf asal
dan yang 3 huruf tambahan .
Dinamakan khumasi (sebangsa 6 huruf)
karena jumlah huruf nya
ada 6 huruf.
Huruf-huruf tambahan
pada bab ini adalah :
1.Hamzah washol sin dan ta’
yang ada dipermulaan
(ا ستفعل)
Contohnya ز يد الله
2. Hamzah washol
di permulaan,
tadl’if
pada ‘ain dan wawu diantara dua’ain fi’il (ا فعو عل) contohnya : اجد ودب ز يد
3. Hamzah washol
di permulaan alif
setelah ‘ain fi’il
dan tasydid lam fi’ilnya
(افعا ل) contohnya
:ا صفار الموز
4. Hamzah washol
di permulaan dan 2 wawu diantara
‘ain fi’il dam lam fi’il (ا فعو ل) contohnya : اخروط شعاع الشمس
5. Hamzah washol
di permulaan nun setelah ‘ain fi’il dan tadl’if
pada lam fi’il (افعنلل) contohnya :
6. Hamzah washol
di permulaan nun setelah ‘ain fi’il dan ya’ diakhir (افعلي) contohnya :
G.Fi’il Ruba’I Mazid
Fi’il Ruba’I Mazid
adalah:
kalimah yang fi’il madzinya memuat huruf lebih
dari 4
dengan perincian
yang 4 huruf asal
dan yang lain
huruf tambahan .
contonya:تجلبب
Secara garis besarnya
fi’il ruba’I itu
menjadi 2,
yaitu:
a. Khumasi
b. Sudusi
H.Ruba’I Mazid khumasi
kalimah yang
fi’il madzinya
memuat huruf
lebih dari 4
dengan perincian
yang 4 huruf asal
dan yang lain
huruf tambahan .
contonya:تجلبب
di antara khumasi
(sebagian 5 huruf)
karena
jumlah huruf ada 5.
Adapun huruf khumasi tambahan
yang terdapat pada
ruba’I mazid khumasi ini hanya ada 1
yang bertempat dipermulaan yaitu
huruf ta’
yang faidah mutowa’ah.
Maka dari itu babnya hanya ada satu
yaitu(باب التفعلل )
Fi’il ruba’I mujarrod
diikuti wazan dengan menambah huruf ta’
contohnya:دخرجت الحجر
I. Ruba’I Mazid Sudasi
kalimah yang
fi’il madzinya
memuat 6 huruf
yang berupa huruf asal
dan
yang 2 huruf tambahan .
contohnya:اخرنجم
dinamakan sudusi
(sebangsa 6 huruf)
karena jumlah hurufnya
ada 6.
Adapun huruf tambahan pada bab ini adalah:
a. Hamzah washol,
yang ada dipermulaan beserta huruf nun
setelah ‘ain fi’il (افعنلل ) contohnya: خرجمت الابل
b. Hamzah washol
beserta
tadl’if lam fi’ilnya (افعلل)
contohnya: اقشعر الجلد
[20/3 23:18] Aing: NAHWU SHOROF
ISTILAH-ISTILAH
ILMU SHOROF
A. ISTILAH-ISTILAH
ILMU SHOROF
a. Shorof :
ilmu usul (kaidah-kaidah) untuk mengetahui bentuk-bentuk kalimat bahasa arab
(Sighat, Bina, Waqi’, dll) tanpa memandang kalimat tersebut
mabni atau mu’rob.
Seperti bentuk
Tatsniyah,
Jama’,
Tasghir,
Nasab dan
I’lal.
Bisa masuk dalam
kalimat Isim Mutamakkin dan
kalimat Fi’il
tidak dalam kalimat huruf.([1])
b. Tasrif :
perpindahan satu bentuk kebentuk yang lain
untuk menghasilkan
makna yang diinginkan.
Seperti perpindahan
bentuk Masdar
kebentuk Fi’il Madhi,
Fi’il Mudhori’,
Fi’il Amr,
Isim Fa’il,
Isim Maf’ul,
dan lain-lain.
c. Wazan :
sesuatu (lafadz)
yang di jadikan perbandingan,
yang berharakat
dengan huruf
yang berharakat,
yang sukun
dengan yang sukun
serta
memandang huruf asal
dari
fa’, ‘ain
dan
lam fi’il.
Kemudian ulam ahli shorof membuat suatu tolok ukur dalam
fi’il Tsulatsi
dengan
lafadz فعل
dan
dalam Fi’il Ruba’i
dengan
lafadz فعلل .
sehingga setiap lafadz
yang tempatnya sejajar dengan
huruf fa’
disebut
fa’ fi’il,
yang tempatnya
sejajar dengan
huruf ‘ain
disebut
‘ain fi’il
dan yang sejajar
dengan huruf lam
disebut
lam fi’il.
Dan dalam fi’ilruba’I
huruf yang sejajar
dengan huruf lam
yang kedua
disebut
lam fi’il yang kedua.
d. Muthobaqoh :
lafadz yang disebutkan dalam
kitab Amtsilah Tasrifiyah yang disesuaikan terhadap lafadz yang ditanyakan wazan,
bina’,
bab dan
sighatnya.
contoh seperti
lafadz فعل
namanya wazan,
lafadz ضرب
namanya mauzun (muthobaqoh) dan
lafadz جلس
yang disesuaikan dengan lafadz ضرب
yang disebutkan dalam
kitab Amtislah Tasrifiyah.
e. Bina’ :
bentuk kalimat yang ditinjau dari segi
huruf,
harakat dan
sukunnya.
Adapun bagian-bagiannya silahkan dirujuk dalam
kitab Qowa’idul I’lal.
f. Sighat :
bentuk kalimat ditinjau
dari segi
maknanya, dan
jumlahnya
ada 10 macam:
1. Fi’il Madhi :
lafadz yang menunjukan arti (dalam asal cetaknya) hasilnya(selesainya)
suatu pekerjaan
sebelum di kabarkan,
seperti contoh kalimat
: قرأ زيد الكتاب artinya pekerjaan membaca kitab.
telah selesai
sebelum kalimat tersebut diucapkan.
Adapun yang dimaksud dalam asal cetaknya
yaitu;
membuat lafadz tersebut sebagai suatu yang kongkrit dari suatu makna (abstrak).
2. Fi’il Mudhori’ :
lafadz yang menunjukan arti (dalam asal cetaknya) hasilnya (selesainya)
suatu pekerjaan
ketika di kabarkan atau setelahnya,
seperti contoh
kalimat : يتعلّم زيد الآن
artinya
pekerjaan belajar sedang dilakukan,
dan kalimat : يعلّم زيد غدا artinya
pekerjaan mengjar akan dilakukan besok.
3. Masdar :
lafadz yang menunjukan arti hadats tanpa disertai dengan zaman,
dan ada 2 macam;
masdar mim
yaitu masdar yang diawali dengan huruf mim ziyadah (tambahan)
selain wazan مفاعلة ,
seperti lafadz منصرا
dan berbentuk qiyasi.
Dan
masdar ghoiru mim
yaitu
masdar yang tidak diawali dengan huruf min ziyadah, seperti lafadz نصرا
dan berbentuk sima’I
tidak ada kaidahnya
kalau dari
fi’il tsulatsi.
Adapun yang dimaksud dengan arti hadats
yaitu
arti yang menetap
pada yang lain.
4. Isim Fa’il :
lafadz yang menunjukan arti subjek suatu pekerjaan, seperti lafadz كاتب
artinya
yang melakukan pekerjaan.
5. Isim Maf’ul :
lafadz yang menunjukan arti objek suatu pekerjaan, seperti lafadz مكتوب
artinya
yang tertulis.
6. Fi’il Amr :
lafadz yang menunjukan arti tuntutan melakukan pekerjaan,
sepertilafadz اقرأ بسم ربك artinya
tututan membaca dengan menyebut nama tuhanmu.
7. Fi’il Nahi :
lafadz yang menunjukan arti tuntutan meninggalkan pekerjaan,
seperti lafadz لا تنم
artinya
tuntutan untuk tidak tidur.
8. Isim Zaman :
lafad yang menunjukan arti waktu hasilnya pekerjaan, seperti lafadz مرمى
artinya
waktu melakukan pelemparan.
9. Isim Makan :
lafad yang menunjukan arti tempat hasilnya pekerjaan, seperti lafadz مرمى
artinya
tempat melakukan pelemparan.
10. Isim Alat :
lafadz yang menunjukan arti perangkat (alat) suatu pekerjaan,
seperti lafadz مفتاح
artinya
perangkat (alat) pembuka.
g. Asal-usul kalimat :
dalam masalah ini
terjadi perbedaan pendapat antara ulama Bashrah
dan Kufa.
Menurut ulama Bashrah : asal-usul kalimat dari masdar,
karena masdar
adalah
kalimat isim,
dan
kalimat isim
tidak membutuhkan
kalimat fi’il
untuk memberikan faidah arti, serta kefahaman
dari kalimat isim
cuma satu
berbeda dengan
kalimat fi’il
yang kefahamannya berbilang
(lebih dari satu)
karena memiliki
arti hadats
dan
disertai zaman.
Oleh karena itu
yang satu lebih dulu daripada
yang berbilang.
Menurut ulama Kufa : asal-usul kalimat dari fi’il, karena ada atau
tidak adanya I’lalnya fi’il menentukan ter-i’lalnya masdar.
contoh
adanya I’lal dalam fi’il
yang menentukan
teri’lalnya masdar
seperti
lafadz وعد يعد عدة
lafadz وعد
dalam fi’il mudhori’nya
di I’lal
dengan membuang
huruf illat
sehingga dalam masdar nya pun juga dii’lal.
Conto
tidak adanya I’lal dalamfi’il yang menentukan masdar tidak di I’lal,
seperti
lafadz وجل يوجل وجلا
lafadz وجل
dalam fi’il mudhori’nya
tidak di I’lal
sehingga
dalam masdar nya pun juga tidak di I’lal.
Peredaran tersebut menunjukan atas ke-asalannya kalimat fi’il.
[20/3 23:36] Aing: NAHWU SHOROF
Pengertian Sorof
Sorof menurut bahasa adalah perubahan
Sedangkan
sorof menurut istilah
adalah
ilmu yang membahas
dari pada perubahan kata dari asal yang satu
ke satu kata lainnya.
Perbedaan ulama tentang awal/asal
dari pada sebuah kata
Menurut ulama Basroh
asal kalimat
adalah
masdar
Dan menurut ulama Kufah asal kalimat
adalah
fiil madhi
BAB I
Pembagian fiil
Fiil yang terbentuk dari
huruf asal
( tidak terdapat huruf illat**
didalamnya ) terbagi
menjadi 2 bagian :
1.Fiil sulasi
adalah
fiil yang terbentuk dari
tiga huruf izaiyah
2.Fiil rubai
adalah
fiil yang terbentuk dari empat huruf izaiyah
# ket :
dalam masing-masing
fiil sulasi/rubai
tersebut tidak terdapat
huruf illat didalamnya
Dan terbagi pula kepada :
1. Mujarrod
adalah
fiil sulasi/rubai
yang didalamnya sepi
dari pada huruf tambahan
2.Majjid
adalah
fiil sulasi/rubai
yang didalamnya terdapat huruf tambahan
BAB II
Sigoht
1.Fiil madhi :
Suatu kata kerja
yang menunjukan
atas sebuah perkerjaan yang telah lampau/
terlewati
2.Fiil modhore :
Suatu kata kerja
yang menunjukan atas sebuah pekerjaan yang akan/sedang dilakukan
3.Masdar :
Suatu kata yang tidak terpaut/terikat
oleh waktu
4.Isim Fail :
suatu kata
yang menunjukan
atas pelaku
dari
sebuah pekerjaan
5.Maf’ul :
Suatu akibat
dari sebuah pekerjaan
6.Fiil Amar :
Suatu kata perintah
dari sebuah pekerjaan dalam jangka waktu
yang dekat
7.Fiil Nahi :
Suatu kata yang menunjukan atas perkara yang tidak boleh dikerjakan
8.Isim Zaman :
Suatu yang menunjukan atas waktu
dari pada sebuah pekerjaan
9.Isim Makan :
Suatu yang menunjukan atas tempat
dari sebuah pekerjaan
10.Isim Alat :
Suatu yang menunjukan atas alat
yang digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan
BAB III Bina
Bina menurut bahasa
adalah
masdar dari pada kata
“bina” atau
“ma bina”
(pembangun/pembentuk)
*Sedangkan menurut istilah adalah
sesuatu yang membangu/membentuk
dari pada sebuah kalimat
# contoh : فعل
kata disamping terbentuk dari pada 3 huruf izaiyah yaitu “ف” yang dalam kalimat tersebut menjadi “" ف faill dan “"ع yang menjadi “"ع fiil dan "ل" yang menjadi "ل" fiil.
*Bina terbagi kepada
8 bagian :
1.Bina Sohih :
Yaitu suatu kata
yang selamat atau
tidak terdapat didalamnya huruf-huruf ilat
#Contoh : ضرب
2.Bina Mudo’af :
Yaitu kata yang “ل” dan “ع” fiil nya terbentuk dari
satu huruf yang sama
#Contoh : مدّ ا صله مدد
3.Bina Mahmuz :
Yaitu kata yang salah satu dari 3 hurufnya
terbentuk dari “hamzah”
#Contoh : اً كل
disebut
Mahmuz fa’I
karena “ف”
fiil nya terbentuk
dari huruf hamzah
ساُ ل disebut Mahmuz ‘aini
karena “ع” fiil nya
terbentuk dari huruf hamzah
قر أ disebut
Mahmuz Lami
karena “ل” fiil nya
terbentuk dari huruf hamzah
4.Bina Misal :
Yaitu kata yang “ف” fiil nya terbentuk dari huruf illat
2#Contoh : و عد disebut Misal wawi karena “ف” fiil nya terbentuk dari “و”
يسر disebut Misal yai
karena “ف” fiil nya terbentuk dari “ي”
5.Bina Ajwaf :
Yaitu kata yang “ع” fiil nya terbentuk dari huruf illat
#Contoh : صان ا صله صو ن disebut Ajwaf alifi karena “ع” fiil nya terbentuk dari huruf illat yaitu “ا”
سا ر ا صله سير disebut Ajwaf yai karena “ع” fiil nya terbentuk dari huruf illat yaitu "ي"
6.Bina Naqis :
Yaitu kata yang “"ل fiil nya terbentuk dari
huruf illat
#Contoh : غز ا اصله غزو disebut Naqis wawi
karena "ل" fiil nya
terbentuk dari
huruf illat yaitu "و"
سرى اصله سريdisebut Naqis yai karena "ل" fiil nya terbentuk dari huruf illat yaitu "ي"
7.Bina Lafif Makrun :
Yaitu
kata yang "ع" dan "ل" fiil nya terbentuk dari pada
huruf illat
#Contoh : سوى
8.Bina Lafif Makruk :
Yaitu
kata yang "ف" dan "ل" fiil nya terbentuk dari pada
huruf illat
#Contoh : و قى
keterangan :
Huruf-huruf illat
adalah ا و ي
.
[22/3 01:44] Aing: NAHWU SHOROF
Pelajaran Shorof 2:
Dhomir,
Fi'il Madhi,
Fi'il Mudhori'
Diantara keistimewaan bahasa arab
adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada
dhomir (kata ganti).
Berbeda dengan
bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti (dia, kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya),
di dalam bahasa Arab
kata gantinya ada 12.
Antara kata ganti untuk
dua orang dengan lebih
dari dua orang dibedakan
di dalam bahasa Arab,
tidak terdapat pada
bahasa Indonesia bahkan pada bahasa Inggris
(read :
Bahasa Internasional).
Di antara keistimewaan bahasa arab juga
adalah singkat dan padat, misalnya,
jika kita ingin mengungkapkan
"dia sedang menulis",
maka cukup dengan menggunakan kalimat yaktubu
dan ini sekaligus menunjukkan bahwa
yang sedang menulis itu adalah
seorang laki-laki,
adapun jika yang menulisnya itu
seorang perempuan,
maka kita gunakan kalimat taktubu saja.
Singkat dan padat.
Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab
di atas bahasa lain.
Pada pelajaran kali ini,
kita akan membahas tentang tentang
dhomir,
fi'il madhi,
fi'il mudhori'.
Berikut penjelasannya:
Dhomir = kata ganti,
seperti
dia,
kamu,
mereka,
dll.
Fi'il Madhi = kata kerja
lampau,
bermakna telah.
Fi'il Mudhori' = kata kerja sekarang atau yang akan datang
Tabel 1 :
Dhomir,
Fi'il Madhi, dan
Fi'il Mudhori
'Tabel 1 :
Dhomir,
Fi'il Madhi, dan
Fi'il Mudhori'
Keterangan:
Kolom paling kanan menunjukkan dhomir
dalam keadaan rofa'.
Kemudian di sebelahnya
ada kolom "arti"
yang merupakan arti
dari masing-masing
dhomir.
هُوَ (huwa) = Dia (1 lk)
هُمَا (huma) = Mereka (2 lk)
هُمْ (hum) = Mereka (> 2 lk)
هِيَ (hiya) = Dia (1 pr)
dst...
Kolom berikutnya
(nomor 2 dari kanan) adalah fi'il madhi
dari masing-masing
dhomir.
Karena arti kata
fa'ala = melakukan,
maka:
فَعَلَ (fa'ala) = dia (1 lk) telah melakukan
فَعَلاَ (fa'alaa) = mereka (2 lk) telah melakukan
فَعَلوُاْ (fa'aluu) = mereka (>2 lk) telah melakukan
فَعَلَتْ (fa'alat) = dia (1 pr) telah melakukan
dst...
Kolom paling kanan menunjukkan fi'il mudhori' dari masing-masing
dhomir.
ُيَفْعَلَ (yaf'alu) = dia (1 lk) sedang/akan melakukan
يَفْعَلاَنِ (yaf'alaani) = mereka (2 lk) sedang/akan melakukan
يَفْعَلوُنَ (yaf'aluuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan melakukan
تَفَعَلُ (taf'alu) = dia (1 pr) sedang/akan melakukan
dst...
Hafalkan tabel 1 di atas secara berurutan
(dari atas ke bawah) berserta artinya,
tentunya dengan cara
Anda sendiri
Ada beberapa catatan yang perlu disampaikan:
Catatan 1:
Fi'il madhi
memiliki banyak pola (wazan),
diantaranya adalah
fi'il tsulasi mujarrod
(fi'il yang tersusun dari
tiga huruf).
Fi'il madhi tsulasi mujarrod ini memiliki 6 macam pola, yaitu:
Fa'ala - yaf'alu
(seperti pada contoh di atas)
Fa'ala - yaf'ulu
Fa'ala - yaf'ilu
Fa'ila - yaf'alu
Fa'ila - yaf'ilu
Fa'ula - yaf'ulu
Perhatikan bahwa
fi'il madhi
yang berpola fa'ala
memiliki tiga kemungkinan
fi'il mudhori'
(yaitu
yaf'alu,
yaf'ulu, dan
yaf'ilu).
Fi'il madhi
yang berpola fa'ila
memiliki dua kemungkinan fi'il mudhori'
(yaitu
yaf'alu dan
yaf'ilu).
Sementara
fi'il madhi
yang berpola fa'ula
hanya memiliki
satu kemungkinan
fi'il mudhori'
(yaitu
yaf'ulu).
Misalkan kata
"kataba" كَتَبَ
yang berpola fa'ala,
ada 3 kemungkinan
fi'il mudhori',
yaitu
yaktabu,
yaktubu, atau
yaktibu.
Mana yang benar?
Jawabannya:
yaktubu.
Sementara kata
"fataha" فَـتَحَ
fi'il mudhori'nya yaftahu. Kenapa tidak yaftuhu? Padahal sama-sama berpola fa'ala seperti kata "kataba". Jawabanya:
karena di kamus seperti itu.
Adapun kata "hasuna" حَسُنََ fi'il mudhori'nya
pasti yahsunu,
karena pola fa'ula
hanya memiliki
satu kemungkinan, yaitu yaf'ulu.
Catatan 2
Selain
fi'il tsulasi mujarrod, ada lagi fi'il tsulasi maziid,
yaitu pola
fa''ala,
faa'ala,
af'ala,
ifta'ala,
infa'la,
tafaa'ala,
tafa''ala,
if'alla,
istaf'ala,
if'au'ala,
if'awwala, dan
if'aalla.
Ada juga
fi'il ruba'i mujarrod,
yaitu
fa'lala,
dan terakhir
fi'il ruba'i mazid,
yaitu
tafa'lala,
if'anlala, dan
if'allala.
Masing-masing
memiliki pola fi'il mudhori' tersendiri.
Pada pelajaran shorof 2 ini, kita batasi pembahasan fi'il hanya
fi'il tsulatsi mujarrod saja.
Catatan 3 (penting!)
Tabel di atas itu
adalah contoh dari
fi'il tsulatsi mujarrod
yang berpola
fa'ala -
yaf'alu.
Jika pola fi'ilnya
fa'ila -
yaf'alu,
maka tinggal mengganti harokat tengahnya,
misalnya
kata سَمِعَ - يَسْمَعُ
(sami'a - yasma'u) = mendengar,
cara mentasrif fi'il madhinya:
سَمِعَ (sami'a) = dia (1 lk) telah mendengar
سَمِعاَ (sami'aa) = mereka (2 lk) telah mendengar
سَمِعُوا (sami'uu) = mereka (> 2 lk) telah mendengar
سَمِعَتْ (sami'at) = dia (1 pr) telah mendengar
سَمِعَـتَا (sami'ataa) = mereka (2 pr) telah mendengar
سَمِعْنَ (sami'na) = mereka (> 2 pr) telah mendengar
سَمِعْتَ (sami'ta) = kamu (1 lk) telah mendengar
سَمِعْـتُـمَا (sami'tumaa) = kalian (2 lk) telah mendengar
سَمِعْـتُـمْ (sami'tum) = kalian (> 2 lk) telah mendengar
سَمِـعْـتِ (sami'ati) = kamu (1 pr) telah mendengar
سَمِـعْـتُـمَا (sami'tumaa) = kalian (2 pr) telah mendengar
سَمِعْــتُـنَّ (sami'tunna) = kalian (> 2 pr) telah mendengar
سَمِعْـتُ (sami'tu) = saya telah mendengar
سَمِـعْناَ (sami'naa) = kami/kita telah mendengar
cara mentasrif
fi'il mudhori'nya:
يَسْمَعُ (yasma'u) = dia (1 lk) sedang/akan mendengar
يَسْمَعَانِ (yasma'aani) = mereka (2 lk) sedang/akan mendengar
يَسْمَعُونَ (yasma'uuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعُ (tasma'u) = dia (1 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعانِ (tasma'aani) = mereka (2 pr) sedang/akan mendengar
يَسْمَعْنَ (yasma'na) = mereka (> 2 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعُ (tasma'u) = kamu (1 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعَانِ (tasma'aani) = kalian (2 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعُونَ (tasma'uuna) = kalian (> 2 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعِينَ (tasma'iina) = kamu (1 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعانِ (tasma'aani) = kalian (2 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعْنَ (tasma'na) = kalian (> 2 pr) sedang/akan mendengar
أسْمَعُ (asma'u) = saya sedang/akan mendengar
نَسْمَعُ (nasma'u) = kami/kita sedang/akan mendengar
Tabel 2 di bawah ini merupakan contoh-contoh fi'il madhi
dengan mudhori'nya
yang berpola
fa’ula –
yaf’ulu,
fa’ila –
yaf’alu,
fa’ala –
yaf’ulu,
fa’ala –
yaf’alu
Tabel 2:
KosakataTabel 2:
Kosakata
Coba Anda tasrif
salah satu kata di dalam tabel tersebut
(baik fi'il madhi atau mudhori'nya).
Selamat mencoba.
Pengenalan Ilmu Nahwu
Pelajaran Nahwu 1 (الكلمة)/Kata
Pelajaran Nahwu 2 (الجملة المفيدة)/Jumlah Mufidah
Pelajaran Shorof 1 (Pembagian Isim)
Pelajaran Nahwu 3 (الإعراب)
Pelajaran Nahwu 4 : Tanda-tanda I'rob untuk Isim Mu'rob
[22/3 02:20] Aing: NAHWU SHOROF
Mengenai I'rob
I’ROB
I’rob
Adalah
Perubahan Di Akhir Kalimat dikarenakan perbedaan amil yang masuk padanya.
Baik secara lafal (Kelihatan) atau
takdiron (Dikira - kirakan).
I’rob ada 4 :
1.Rofa’
2.Nasob
3.Jer
4.Jazm
KALAM
Kalam di bagi
menjadi 2
yaitu:
1.Mu’rob
adalah kalimat yang bisa mengalami perubahan
(Bisa di i’robi) .
Isim Mufrod
Isim Tasniyah
Jama’ Taksir
Jama’ Mudzakar
Jama’ Mu’annats
Asma’ Khomsah
2.Mabni
adalah kalimat yang
tidak berubah akhirnya.
Isim Dhomir
Isim Isaroh
Isim Maudol
Isim Syarot
Isim Istifham
Isim Fa’il
Dari kalimah
Fi’il yang mu’rob
adalah
Fi’il Mudhori’.
Itupun dengan syarat
tidak bertemu dengan
Nun Taukid dan
Nun Jama’ Niswah .
Kalau kalimah huruf semuannya Mabni/
tidak bisa di i’robi .
1.Asma’ Khomsah
adalah kelompok lima isim saratnya dia
mudhof atau
digabungkan dengan kalimah lain.
2.Jama’ Taksir
adalah lafal yang mempunyai arti banyak
yang berubah dari
bentuk mufrodnya.
3.Jama’ Mu’annats Salim
adalah lafal
yang mempunyai arti banyak (untuk perempuan)
sebab
tambahan alif dan ta’.
4.Jama’ Mudzakar Salim
adalah lafal yang mempunyi arti banyak (untuk laki - laki) dengan tambahan
wawu dan mim.
5.Isim Mufrod
adalah Lafal
yang mempunyai arti satu .
6.Isim Tasniyah
adalah lafal
yang menunjukan arti dua dengan tambahan
alif dan nun.
Dari bagian – bagian i’rob kalimah isim
dapat menerima
rofa’,
nasob dan
jer .
kalimah isim
tidak bisa menerima
i’rob jazm ,
kalimah fi’il
tidak dapat menerima
i’rob jer .
TANDA – TANDA
I’ROB
I’ROB ROFA’
I’rob Rofa’
mempunyai 4 tanda :
1.Dummah
(Sebagai tanda asli
yang lain di namakan
nama pengganti)
Dummah
menjadi tanda i’rob rofa’ bertempat pada 4 tempat :
· Isim Mufrod
· Jama’ Taksir
· Jama’ Mu’annats
· Fi’il Mudhori’
(akhirnya tidak bertemu
dengan apapun)
2.Alif
Alif menjadi tanda i’rob rofa’ bertenpat pada
·Isim Tasniyah
3.Wawu
Wawu menjadi tanda
i’rob rofa’ bertempat
pada 2 tempat :
· Jama’ Mudzakar
· Asma’ Khomsah
4.Nun
Nun menjadi tanda i’rob rofa’ bertempat pada :
Fi’il Mudhori’
yang bertemu dengan dhomir tasniyah ,
dhomir jama’,dan
mu’annats mukhotobah (Afal khomsah).
I’ROB NASAB
I’rob Nasab mempunyai
5 tanda :
1.Fathah
(sebagai tanda asli
adapun yang lainnya sebagai tanda ganti)
Fathah
menjadi tanda i’rob nasab bertempat pada 3 tempat:
· Isim Mufrod
· Jama’ Taksir
· Fi’il Mudhori’
2.Alif
Alif menjadi tanda
i’rob nasob
bertempat pada :
· Asma’ Khomsah
3.Kasrah
Kasrah menjadi tanda
i’rob nasob
bertempat pada :
· Jama’ Mu’annats
4.Ya’
Ya’ menjadi tanda
i’rob nasob
bertempat pada :
· Isim Tasniyah
· Jama’ Mudzakar Salim
5.Hadfunun
(terbuangnya nun)
Hadfunun menjadi tanda i’rob nasob
bertempat pada :
· Afa’l Khomsah
(ketika rofa’ dengan tanda
adanya nun)
I’ROB JER
I’rob Jer
mempunyai 3 tanda :
1.Kasrah
(Sebagai Tanda Aslinya )
Kasroh menjadi tanda
I’ro Jer
pada 3 tempat :
· Isim Mufrod Munshorif
· Jama’ Taksir Munshorif
· Jama’ Mu’annats
2.Ya’
Ya’ Menjadi I’rob Jer menempati pada 3 tempat :
· Asma’ Khomsah
· Isim Tasniyah
· Jama’ Mudzakar
3.Fathah
Fathah menjadi tanda
I’rob Jer
Bertempat pada :
· Isim Ghoigu Munshorif
(Isim Yang Tidak
Menerima Tanwin)
I’ROB JAZM
I’rob jazm
mempunyai 2 tanda :
1.Sukun
(Sebagai Tanda Asli)
Sukun menjadi tanda
I’rob Jazm
bertempat pada :
· Fi’il Mudhori’ Sohih Akhir
(fi’il Mudhori’ Yang Huruf
Akhirnya Tidak Berupa
huruf illat )
2.Hadfu Nun
Ada 2 Macam
yaitu :
· Membuang Huruf Nun
Hadfu Nun /
membuang huruf nun
menjadi tanda
I’rob Jazm
Bertempat Pada
Afa’l Khomsah.
· Huruf Illat
Huruf Illat menjadi tanda I’rob Jazm
bertempat pada
Fi’il Mudhori’ Mu’tal Akhir.(Fi’il yang huruf Akhirnya Berupa huruf illat
{Alif,
Wawu ,
Ya’}).
KALIMAT YANG BISA DI I’ROBI
DITANDAI DENGAN HAROKAT :
JAZM
JER
NASAB
RAFA’
-
KASROH
FATHAH
DUMMAH
ISIM MUFROD
-
KASROH
FATHAH
DUMMAH
JAMA’ TAKSIR
-
KASROH
KASROH
DUMMAH
JAMA’ MU’ANNATS
SUKUN
-
FATHAH
DUMMAH
FI’IL MUDHORI’
DITANDAI DENGAN HURUF :
JAZM
JER
NASAB
RAFA’
-
YA’
YA’
WAWU
JAMA’ MUDZAKAR
-
YA’
YA’
ALIF
ISIM TASNIYAH
-
YA’
ALIF
WAWU
ASMA’ KHOMSAH
HADFU NUN
-
HADFU NUN
NUN
AFA’L KHOMSAH
Kalimat Yang Bisa di’robi Ada 2 Macam :
1. Ditandai Dengan Harokat
· Kalimat Yang ditandai
Dengan Harokat
Ada 4 macam :
o Isim Mufrod
o Jama’ Taksir
o Jama’ Mu’annats
o Fi’il Mudhori’
Ke 4 ini semuanya ketika rofa’
di tandai dengan
dummah ,
ketika nasob
di tandai dengan kasroh
Dan ketika jazm
di tandai dengan
sukun
kecuali dengan
jama’ mu’annats
ketika nasob
tidak di tandai dengan fathah
tetapi
kashoh dan
isim dan
ghoiru munshorif
ketika jer
tidak ditandai dengan kasroh
tapi
fathah .
2. Ditandai Dengan Huruf :
Adapun kalimah
yang di i’robo dengan huruf ada 4 macam :
o Jama’ Mudzakar
o Isim Tasniyah
o Asma’ Khomsah
o Afa’l Khomsah
Bab
Al I’rab
I’rab
adalah
berubahnya akhir-akhir kalimat
karena perbedaan amil-amil yang masuk atasnya
baik secara lafadz atau taqdir.
Bagian i’rab
ada empat,
yaitu
rafa’,
nashab,
khofadh atau jar,
dan jazm.
Setiap isim
itu bisa
rafa’,
nashab,
khafad dan
tidak bisa jazm
Setiap fi’il
itu bisa
rafa’,
nashab,
jazm, dan
tidak bisa khofadh.
Bab Mengenal tanda-tanda
I’rab
1. Bagi rafa’ itu
ada empat tanda,
yaitu
dhammah,
waw,
alif dan
Nun
Adapun Dhammah,
maka ia menjadi tanda bagi rafa’
pada empat tempat :
1. Pada Isim Mufrad,
2. Jama’ taktsir
3. Jama’ muannas salim,
4. fiil mudhari’
yang tidak bersambung
di akhirnya dengan
sesuatu
Adapun waw,
maka ia menjadi tanda bagi rafa’
pada dua tempat :
1. Pada jama’ mudzakkar
salim,
2. Isim-isim yang lima
yaitu
أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
Adapun alif,
maka ia menjadi tanda bagi rafa’
pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu
Adapun Nun
maka ia menjadi tanda bagi rafa’
pada fi’il mudhari
yang bersambung dengan dhamir tatsniyah,
dhamir jama’, dan
dhamir muannats
mukhatabah.
2. Bagi Nashab
itu ada lima tanda,
yaitu
Fathah,
alif,
kasrah,
ya, dan
hadzfunnuun
(membuang nun).
Adapun fathah
maka ia menjadi tanda bagi nashab
pada tiga tempat :
1. Pada Isim Mufrad
2. Jama’ taksir, dan
3. fi’il Mudhari apabila
masuk atasnya amil
yang menashobkan dan
tidak bersambung
di akhirnya
dengan sesuatupun
adapun alif,
maka ia menjadi tanda
bagi nashab
pada isim-isim yang lima contohnya :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ (aku melihat bapakmu dan saudaramu)dan apa-apa yang menyerupai contoh ini .
Adapun kasrah,
maka ia menjadi tanda bagi nashab
pada jama’ muannats salim
Adapun ya,
maka ia menjadi tanda bagi nashab
pada tatsniyah dan jama’
Adapun Hadzfunnuun,
maka ia menjadi tanda bagi nashab
pada fi’il-fi’il yang lima
yang ketika rafa’nya
dengan tetap nun.
3. Bagi Khafadh atau jar
itu ada 3 tanda,
yaitu
kasrah,
ya, dan
fathah.
Adapun kasrah,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh
pada tiga tempat:
1. Isim Mufrad yang
menerima tanwin
2. jama’ taksir
yang menerima tanwin,
3. jama’ muannats salim
adapun ya,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh
pada tiga tempat:
1. Pada isim-isim
yang lima
2. Isim Tatsniyah, dan
3. jama’
adapun fathah,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh
pada isim-isim yang tidak menerima tanwin.
4. Bagi jazm
itu ada 2 tanda,
yaitu
sukun dan
al hadzfu (membuang).
Adapun sukun,
maka ia menjadi tanda bagi jazm
pada fi’il
yang shahih akhirnya
Adapun al hadzfu,
maka ia menjadi tanda bagi jazm
pada fi’il mudhari
yang
mu’tal akhirnya
dan pada
fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan
tetap nun.
Fashl (pasal)
Yang di i'rab
itu ada dua bagian :
ada yang di i’rab dengan harkat (baris) dan
ada yang di i’rab dengan huruf.
Maka yang di i’rab
dengan baris
itu ada empat macam :
1. Isim Mufrad
2. Jama’ taktsir
3. Jama’ muannats salim,
4. Fi’il Mudhari’
yang tidak bersambung
dengan akhirnya
sesuatupun
Dan semuanya itu
(yang di i’rab dengan baris)
di rafa’kan dengan dhammah,
dinashabkan dengan fathah, dan
dijazmkan dengan sukun.
Dan keluar dari itu tiga hal;
jama’ muannats salim dinashabkan dengan kasrah,
isim yang tidak menerima tanwin
dijarkan (dikhafadhkan) dengan
fathah dan
fi’il mudhari’ yang mu’tal akhirnya
dijazmkan dengan membuang akhirnya
Yang dii’rab
dengan huruf itu
ada empat macam :
1. Isim Tatsniyah
2. Jama’ mudzakkar salim
3. isim-isim yang lima, dan
4. fi’il-fiil yang lima,
yaitu يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
adapun
isim tatsniyah,
maka ia
dirafa’kan dengan alif, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
Adapun jama’ mudzakkar salim,
maka ia
dirafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
Adapun Isim-isim yang lima, maka
di rafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan alif, dan
dijarkan dengan ya.
Adapun fi’il-fi’il yang lima, maka
dirafa’kan dengan huruf nun, dan
dinashabkan
dan
dijazamkan
dengan
membuang huruf nun.
[22/3 11:39] Aing: NAHWU SHOROF
Beberapa Faidah tentang
Fiil Tsulatsi Mujarrod
(الفواعد في فعل الثلاثي المجرد) Dan yang Menyerupainya (متشابهات)
tasrif modifiedFiil
Tsulasi Mujarrod
adalah
bagian dari 22 wazan
tashrif istilahi,
tersusun dari
3 huruf asli (pokok) dan tidak ada huruf tambahan
[1]. Mujarrod sendiri
kalau di Kamus Al-Munawwir salah satu artinya:
“Lepas, Bersih dari..”.
Maksud disini
adalah bersih dari
huruf huruf tambahan,
baik huruf2 yang ma’ruf sebagai
huruf tambahan (ا, س, ت)
atau
huruf asli yang
ditasydid/gandakan (mudhoo’af) [2].
Misal:
Fiil “نَصَرَ”
adalah fiil tsulatsi mujarrod yang huruf-hurufnya merupakan
huruf asli/pokok
yaitu
nun, shod dan rho’;
dan
tidak terdapat
padanya huruf huruf
tambahan (ا, س, ت)
atau
huruf asli yang digandakan (تضعيف الحرف الأصلي).
Lain halnya dengan
kata “انتنصر”
maka ia adalah
fiil maziid
yang mengalami ketambahan huruf (ا, س, ت).
Fiil Tsulatsi Mujarrod ini
ada 6 wazan (atau 6 bab) yaitu:
Skema Tsulatsi Mujarrod; Fiil Madhi,
Mudhori dan
Amr nya
Skema Tsulatsi Mujarrod; Fiil Madhi,
Mudhori dan
Amr nya
KETERANGAN:
1. Pada fiil tsulatsi,
semua fiil amrnya menggunakan
hamzah washol (ا)
2. Fiil amr tsulatsi mujarrod
dibuat dari fiil mudhori dengan cara:
(a) membuang huruf
mudhoro’ah dan
menggantinya dengan
hamzah washol;
(b) jazmkan.
[3] Misal: .
يَنْصُرُ - انْصُرُ - انْصُرْ
Atau bisa juga dibalik,
(a) Jazmkan dulu, lalu
(b) mengganti huruf
mudhoro’ah dengan
hamzah washol,
hasilnya sama saja .
[4]
3. Hamzah washol
tidak menerima harokat (menurut kaidah bahasa arab) tapi gambar diatas hanya untuk memudahkan.
4. Hamzah washol di fiil amr
tsulatsi
(a) dibaca kasroh “i”
jika ‘ain fiil mudhorinya
berharokat fathah “a”
dan
kasroh “i”.
Misal:
ضَرَبَ - يَضْرِبُ - اِضْرِبْ
فَتَحَ - يَفْتَحُ -اِفْتَحْ
حَسِبَ - يَحْسِبُ -اِحْسِبْ
عَلِمَ - يَعْلَمُ -اِعْلَمْ
dan
(b) dibaca dhommah “u”
jika ‘ain fiil mudhorinya
berharokat dhommah
نَصَرَ - يَنْصُرُ -اُنصُرْ
بَعُدَ - يَبْعُدُ -اُبْعُدْ
5. Pada fiil amr tsulatsi:
(1)Tidak ada hamzah qot’i (أ) (2) tidak ada hamzah washol (ا) yang dibaca fathah.
skrinsut
tsulatsi mujarrod
Tasrif Ishthilahi dari
Fiil Tsulatsi Mujarrod
6. Tidak ada wazan pasti
untuk
masdar fiil tsulatsi mujarrod;
Cara mengetahuinya:
cek di kamus.
Atau baca pembahasan tentang
Mashdar Fiil Tsulaatsii Mujarrod
setelah artikel ini.
7. ‘Ain fiil
pada
isim makan
dan
isim zaman :
(a). dibaca fathah
untuk wazan yang
‘ain fiil di fiil mudhori/
amrnya dhommah dan
fathah
نَصَرَ - يَنْصُرُ -اُنصُرْ | مَنْصَرٌ
فَتَحَ - يَفْتَحُ -اِفْتَحْ | مَفْتَحٌ
عَلِمَ - يَعْلَمُ -اِعْلَمْ | مَعْلَمٌ
بَعُدَ - يَبْعُدُ -اُبْعُدْ | مَبْعَدٌ
dan
(b) dibaca kasroh untuk
wazan yang
‘ain fiil di fiil mudhori/
amr nya kasroh.
حَسِبَ - يَحْسَبُ -اِحْسَبْ | مَحْسِبٌ
ضَرَبَ - يَضْرِبُ -اِضْرِبْ | مَضْرِبٌ
8. Isim alat
hanya ada di 3 bab awal
fiil tsulatsi mujarrod
(Lihat tabel tasrif istilahi)
***
MUTASYAABIHAAT ( متشابهات) |
Yang Mirip dengan
Fiil Tsulatsi Mujarrod
Ada satu wazan
yang mirip sekali dengan wazan tsulatsi mujarrod; hingga sulit untuk dibedakan kalau disebutkan sendirian dan tidak berharokat.
Wazan itu adalah
wazan rubaa’i
(wazan tsulasi
yang ketambahan
satu huruf)
yaitu أَفْعَلَ - يُفْعِلُ - أَفْعِلْ
Perhatikan gambar
berikut ini:
Ayo tebak,
mana yang
Tsulatsi Mujarrod,
mana yang Ruba'i?
Ayo tebak,
mana yang
Tsulatsi Mujarrod,
mana yang Ruba’i?
Nomer gasal (1,3, 5)
dari gambar diatas adalah Fiil Tsulatsi Mujarrod
sedangkan
nomor genap (2,4,6) adalah Fiil Rubai
(Tsulatsi yang
Ketambahan satu huruf)
Bagaimana Membedakan Fiil Tsulatsi Mujarrod
dan
Fiil Rubai ?
Lalu,
bagaimana kita tau
apakah dia
fiil amr-tsulasi (افعل)
atau
fiil mudhori-tsulasi taqdiruhu
ANA(أفعل)
atau
fiil madhi rubai taqdiruhu
HUWA (أفعل)
atau
fiil amr-rubai taqdiruhu
ANTA (أفعل)?
1. HAROKAT.
Liat harokatnya.
Wazan fiil ruba’i yang mirip dengan tsulasi hanya wazan أفْعَلَ - يُفْعِلُ - أَفْعِلْ.
Jika harokatnya tidak sesuai dengan wazan tersebut, insyaaAllah dia
fiil tsulatsi mujarrod.
Tapi kebanyakan kitab sekarang ini gak berharokat. Oke, masih ada cara lain.
2. HAMZAH WASHOL/
HAMZAH QOTH’i
Cara yang lain
adalah
melihat hamzah diawal fiil, apakah dia
hamzah washol (ا)
atau
hamzah qoth’i (أ).
Kalau hamzahnya
adalah hamzah washol (ا) maka insyaaAllah
fiil amr tsulasi-mujarrod.
Hamzah washol ini
spesial sekali.
Ditemukan
hanya pada beberapa
fiil isim dan huruf tertentu,
jadi selainnya
adalah
hamzah qoth’i.
Dan
hamzah washol di fiil tsulasi, hanya pada
fiil amrnya.
(yang lainnya terdapat
di
fiil madhi,
amr dan
masdar
sebagian wazan khumasi dan
seluruh wazan sudasi.
Baca Lagi tentang “Serba-serbi Hamzah”).
Tapi kalau hamzahnya hamzah qoth’i
kan masih ada kemungkinan dia
fiil mudhori tsulasi taqdiruhu ana
atau
fiil madhi ruba’i
atau
fiil amr ruba’i.
Masih ada satu cara lagi:
3. KONTEKS.
Terakhir adalah
melihat kontek kalimatnya.
Jika kalimatnya:
انا أذهب إلي المعهد
maka
adzhabu disitu pastinya
fiil mudhori tsulasi taqdiruhu ana.
Jika kalimatnya:
أرسل الرسالة يا موسى !
maka أرسل disitu pastinya
fiil amr dari ruba’i.
Jika kalimatnya seperti ini:
أرسل الله رسله إلى عبادته
Maka أرسل disitu jelas
fiil madhi-rubai.
[22/3 14:57] Aing: NAHWU SHOROF
Tashrif 10 Pola
tiga huruf pokok lengkap
1. Tashrif 10
tiga huruf pokok atas
pola فَعَلَ - يَفْعَلُ
فَعَلَ -fa`ala
1. Pola/wazan
kata kerja telah
(fi`il madhi) ini
diambil dan dibentuk
dari mashdarnya
dengan cara
memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya,
selanjutnya
memfatahkan `ain fi`ilnya,
dan
memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam
bentuknya,
Setiap kata kerja selalu mengandung subject
yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang
menggunakan pola ini: رَفَعَ-rafa`a = dia(1laki2)
telah mengangkat
يَفْعَلُ -yaf`alu
1. Pola kata kerja sedang/
akan/lagi (fi`il mudhari`)
ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah
dengan cara menambahkan huruf ya mudhari
berbaris fathah(-َ)
pada permulaannya,
kemudian
mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu
mendhommahkan
lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja selalu mengandung subject
yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَرْفَعُ-yarfa`u=dia(1laki2)
sedang mengangkat
مَفْعَلاً,...maf`alan
1. Pola/mashdar
(akar kata)
secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ
=menurut kenyataan bahasa),
Berbentuk atas
pola فَعْلاً -fa`lan
atau فِعْلاً -fi`lan
atau فَعْلَةً -fa`latan
atau فُعْلَةً -fu`latan
atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan
pola mashdar ini:
رَفْعاً،مَرْفَعاً
-raf`an, marfa`an = pengangkatan/pengangkat
3. setiap kata benda
bentuk mashdar
bisa menjadi kata benda pelaku
dalam konteks kalimat.
4. Pemakaian semua
kata benda dalam kalimat
ada yang
bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini
ada yang menyebabkan
dan
menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun
1. Pola kata pelaku ini
secara absolut atau
mutlak dibentuk
atas pola
فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti
pola pelaku
musyabbahah/mubaalaghah=
pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: راَفِعٌ -raafi`un = pengangkat/yang mengangkat.
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat
tanwin
an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun
1. Pola kata penderita
(isim maf`ul)
ini dibentuk secara mutlak atas pola
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun
kecuali dari
kata kerja
yang berakhiran
huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مَرْفُوْعٌ -marfuu `un
= yang diangkat
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada
yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اِفْعَلْ -if`al
1. Pola kata kerja
perintah(fi`il amr)
ini dibentuk dari
kata kerja sedangnya dengan cara
merubah dan menggantikan ya mudhari`nya
menjadi
alif amr
yang berbaris kasroh kemudian
mensukunkan
lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat
pada `ain fi`il amrnya
selalu sama dengan
baris/harokat
`ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam
bentuknya,
kata kerja perintah
selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata
yang menggunakan pola
ini,
Selalu mengandung sasaran perintah,
kepada pihak kedua tunggal maskulin
yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata
yang menggunakan pola
ini: اِرْفَعْ -irfa` =
angkatlah oleh anda(1laki2)
لاَتَفْعَلْ -laa taf`al
1. Pola kata kerja
larangan(fi`il nahii)
ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya
(fi`il mudhari`)
dengan cara
merubah
dan
mengganti
ya fi`il mudhari`nya
menjadi
huruf ta (تَ)
yang berharokat fathah
dan
menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ)
pada permulaannya, Kemudian
mensukunkan
lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam
bentuknya,
kata kerja larangan
selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan,
kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -
anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata
yang menggunakan pola
ini: لاَتَرْفَعْ -laa tarfa` = janganlah anda mengangkat
مِفْعاَلٌ -mif`aalun
1. Pola kata benda
penunjuk alat(isim alat)
ini secara mutlak atas pola
مِفْعالٌ -mif`aalun
atau مِفْعَلٌ -mif`alun,
Kecuali
bagi kata kerja
yang berhuruf buduk tengah waw atau ya.
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مِرْفاَعٌ -mirfaa`un =
alat mengangkat
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat
ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun
1. Pola kata benda
penunjuk tempat
(isim makan)
secara mutlak
dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata
yang menggunakan pola
ini: مَرْفَعٌ -marfa`un =
tempat mengangkat
3. Pemakaian semua
kata benda dalam kalimat
ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun
1. Pola kata benda
penunjuk waktu
(isim zaman)
secara mutlak dibentuk
atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مَرْفَعٌ -marfa`un =
tempat mengangkat
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
2. Tashrif 10
tiga huruf pokok
atas pola فَعَلَ - يَفْعُلُ
فَعَلَ -fa`ala 1. Pola/wazan kata kerja telah.
(fi`i madhi)
ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya
dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya
memfatahkan `ain fi`ilnya, dan
memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja
selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: خَلَقَ-khalaqa = dia(1laki2) telah menciptakan
يَفْعُلُ -yaf`alu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)
ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah
dengan cara menambahkan huruf ya mudhari
berbaris fathah(-َ)
pada permulaannya, kemudian
mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu
mendhommahkan
lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja
selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: يَخْلُقُ-yakhluqu=dia(1laki2)sedang menciptakan
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata
yang menggunakan pola mashdar ini: خَلْقاً،مَخْلَقاً -khalqan, makhlaqan = penciptaan/ciptaan
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola
فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: خاَلِقٌ-khaaliqun =
sang pencipta/
yang menciptakan
3. Pemakaian semua
kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun
1. Pola kata penderita
(isim maf`ul)
ini dibentuk secara mutlak atas pola
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مَخْلُوْقٌ -makhluuqun =
yang diciptakan/makhluq
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada
yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اُفْعُلْ -uf`ul 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat
pada `ain fi`il amrnya
selalu sama dengan
baris/harokat
`ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam
bentuknya,
kata kerja perintah
selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah,
kepada pihak kedua tunggal maskulin
yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: اُخْلُقْ -ukhluq = ciptakanlah oleh anda(1laki2)
لاَتَفْعُلْ -laa taf`ul 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`)
dengan cara
merubah dan mengganti
ya fi`il mudhari`nya
menjadi huruf ta (تَ)
yang berharokat fathah
dan menambahkan
huruf laa larangan
(laa nahii = لاَ)
pada permulaannya, Kemudian
mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
kata kerja larangan
selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini,
Selalu mengandung sasaran larangan,
kepada pihak kedua tunggal maskulin
yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: لاَتَخْلُقْ -laa takhluq = janganlah anda(1laki2) menciptakan
مِفْعَلٌ -mif`alun 1. Pola kata benda penunjuk alat(isim alat) ini secara mutlak atas pola
مِفْعالٌ -mif`aalun atau مِفْعَلٌ -mif`alun, Kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk tengah waw atau ya.
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مِخْلَقٌ -mikhlaqun =
alat menciptakan
3. Pemakaian semua
kata benda dalam kalimat
ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مَخْلَقٌ -makhlaqun =
tempat menciptakan
3. Pemakaian semua
kata benda dalam kalimat
ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مَخْلَقٌ -makhlaqun =
waktu mengangkat
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
3. Tashrif 10
tiga huruf pokok
atas pola فَعَلَ - يَفْعِلُ
فَعَلَ -fa`ala
1. Pola/wazan
kata kerja telah
(fi`il madhi)
ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya
dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya
memfatahkan `ain fi`ilnya, dan
memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عَرَفَ-`arafa =
dia(1laki2) telah mengenal
يَفْعِلُ -yaf`ilu
1. Pola kata kerja
sedang/akan/lagi
(fi`il mudhari`)
ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah
dengan cara menambahkan huruf ya mudhari
berbaris fathah(-َ)
pada permulaannya, kemudian
mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu
mendhommahkan
lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: يَعْرِفُ-ya`rifu=
dia(1laki2)sedang mengenali.
مَفْعَلاً,...maf`alan
1. Pola/mashdar(akar kata)
secara absolut atau
mutlak(سِماَعِيٌّ =
menurut kenyataan bahasa),
Berbentuk
atas pola فَعْلاً -fa`lan
atau فِعْلاً -fi`lan
atau فَعْلَةً -fa`latan
atau فُعْلَةً -fu`latan
atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata
yang menggunakan
pola mashdar ini: عَرْفاً -`arfan = pengenalan
3. setiap kata benda
bentuk mashdar
bisa menjadi
kata benda pelaku
dalam konteks kalimat.
4. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada
yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun
1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola
فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: عاَرِفٌ -`aarifun =
yang mengenal
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun
1. Pola kata penderita
(isim maf`ul)
ini dibentuk secara mutlak atas pola
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: مَعْرُوْفٌ -ma`ruufun =
yang diwarisi
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فْعِلْ -اِ
Tashrif 10 Pola
tiga huruf pokok lengkap
1. Tashrif 10
tiga huruf pokok
atas pola فَعَلَ - يَفْعَلُ
فَعَلَ -fa`ala 1. Pola/wazan kata kerja telah
(fi`il madhi)
ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya
dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya
memfatahkan `ain fi`ilnya, dan
memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja
selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: رَفَعَ-rafa`a = dia(1laki2) telah mengangkat
يَفْعَلُ -yaf`alu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)
ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah
dengan cara menambahkan huruf ya mudhari
berbaris fathah(-َ)
pada permulaannya, kemudian
mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu
mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya,
Setiap kata kerja
selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَرْفَعُ-yarfa`u=
dia(1laki2)sedang mengangkat
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata)
secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =
menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas
pola فَعْلاً -fa`lan
atau فِعْلاً -fi`lan
atau فَعْلَةً -fa`latan
atau فُعْلَةً -fu`latan
atau = مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata
yang menggunakan pola mashdar ini
: رَفْعاً،مَرْفَعاً -raf`an, marfa`an = pengangkatan/pengangkat
3. setiap kata benda
bentuk mashdar
bisa menjadi
kata benda pelaku
dalam konteks kalimat.
4. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola فاَعِلٌ -faa`ilun
kecuali dalam bentuk lain seperti
pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata
yang menggunakan pola ini: راَفِعٌ -raafi`un =
pengangkat/
yang mengangkat.
3. Pemakaian semua
kata benda dalam kalimat
ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun
1. Pola kata penderita
(isim maf`ul)
ini dibentuk secara mutlak atas pola مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali
dari kata kerja
yang berakhiran
huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini
: مَرْفُوْعٌ -marfuu `un = yang diangkat
3. Pemakaian semua
kata benda
dalam kalimat ada yang bertanda harokat
a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ)
atau
bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ).
Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اِفْعَلْ -if`al 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr)
ini dibentuk dari
kata kerja sedangnya dengan cara
merubah dan menggantikan ya mudhari`nya
menjadi
alif amr
yang berbaris kasroh kemudian
mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada
`ain fi`il amrnya
selalu sama dengan
baris/harokat
`ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya,
kata kerja perintah
selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah,
kepada pihak kedua tunggal maskulin
yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اِرْفَعْ -irfa` =
angkatlah oleh anda(1laki2)
لاَتَفْعَلْ -laa taf`al 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَرْفَعْ -laa tarfa` = janganlah anda mengangkat
مِفْعاَلٌ -mif`aalun 1. Pola kata benda penunjuk alat(isim alat) ini secara mutlak atas pola مِفْعالٌ -mif`aalun atau مِفْعَلٌ -mif`alun, Kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk tengah waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مِرْفاَعٌ -mirfaa`un = alat mengangkat
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَرْفَعٌ -marfa`un = tempat mengangkat
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَرْفَعٌ -marfa`un = tempat mengangkat
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
2. Tashrif 10
tiga huruf pokok
atas pola فَعَلَ - يَفْعُلُ
فَعَلَ -fa`ala 1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya memfatahkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: خَلَقَ-khalaqa = dia(1laki2) telah menciptakan
يَفْعُلُ -yaf`alu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَخْلُقُ-yakhluqu=dia(1laki2)sedang menciptakan
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau = مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: خَلْقاً،مَخْلَقاً -khalqan, makhlaqan = penciptaan/ciptaan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: خاَلِقٌ-khaaliqun = sang pencipta/yang menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun 1. Pola kata penderita(isim maf`ul) ini dibentuk secara mutlak atas pola مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya. 2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَخْلُوْقٌ -makhluuqun = yang diciptakan/makhluq
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اُفْعُلْ -uf`ul 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اُخْلُقْ -ukhluq = ciptakanlah oleh anda(1laki2)
لاَتَفْعُلْ -laa taf`ul 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَخْلُقْ -laa takhluq = janganlah anda(1laki2) menciptakan
مِفْعَلٌ -mif`alun 1. Pola kata benda penunjuk alat(isim alat) ini secara mutlak atas pola مِفْعالٌ -mif`aalun atau مِفْعَلٌ -mif`alun, Kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk tengah waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مِخْلَقٌ -mikhlaqun = alat menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَخْلَقٌ -makhlaqun = tempat menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَخْلَقٌ -makhlaqun = waktu mengangkat
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
3. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعَلَ - يَفْعِلُ
فَعَلَ -fa`ala
1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya memfatahkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عَرَفَ-`arafa = dia(1laki2) telah mengenal
يَفْعِلُ -yaf`ilu
1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَعْرِفُ-ya`rifu=dia(1laki2)sedang mengenali.
مَفْعَلاً,...maf`alan
1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa),
Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau = مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: عَرْفاً -`arfan = pengenalan
3. setiap kata benda bentuk mashdar bisa menjadi kata benda pelaku dalam konteks kalimat.
4. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun
1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عاَرِفٌ -`aarifun = yang mengenal
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun
1. Pola kata penderita(isim maf`ul) ini dibentuk secara mutlak atas pola مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْرُوْفٌ -ma`ruufun = yang diwarisi
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اِفْعِلْ -if`il
1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اِعْرِفْ-i`rif = kenalilah oleh anda(1laki2)
لاَ تَفْعِلْ -laa taf`il
1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2) 4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَ تَعْرِفْ -laa ta`rif= janganlah anda(1laki2) mengenali
مِفْعَلٌ -mif`alun
1. Pola kata benda penunjuk alat(isim alat) ini secara mutlak atas pola مِفْعالٌ -mif`aalun atau مِفْعَلٌ -mif`alun, Kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk tengah waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مِعْرَفٌ -mi`rafun = alat mengenal 3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعِلٌ -maf`ilun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعِلٌ -maf`ilun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْرِفٌ -ma`rifun= tempat mengenal
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعِلٌ -maf`ilun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعِلٌ -maf`ilun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْرِفٌ -ma`rifun = waktu mengenal
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
4. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعِلَ - يَفْعَلُ
فَعِلَ-fa`ila 1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya mengkasrohkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عَلِمَ-`alima = dia(1laki2) telah mengetahui
يَفْعَلُ -yaf`alu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَعْلَمُ-ya`lamu=dia(1laki2)sedang mengetahui
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: عِلْماً،مَعْلَماً -`ilman, ma`laman = `ilmu/pengetahuan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola
فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عاَلِمٌ -`aalimun = yang mengetahui/yang ber`ilmu
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun 1. Pola kata penderita(isim maf`ul) ini dibentuk secara mutlak atas pola
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini:مَعْلُوْمٌ -ma`luumun = yang diketahui/ma`lum
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اِفْعَلْ -if`al 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
4. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
5. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
6. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اِعْلَمْ -i`lam = ketahuilah oleh anda(1laki2)
لاَتَفْعَلْ -laa taf`al 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَعْلَمْ -laa ta`lam = janganlah anda mengetahui
tidak ada 1. Untuk kategori atas pola فَعِلَ - يَفْعَلُ ini, pola kata benda penunjuk alatnya tidak digunakan dalam alquran
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْلَمٌ -ma`lamun = tempat mengetahui
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini:مَعْلَمٌ -ma`lamun = waktu mengangkat
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
5. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعِلَ - يَفْعِلُ
فَعِلَ -fa`ila 1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya mengkasrohkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini:وَرِثَ-waritsa = dia(1laki2) telah mewarisi
يَفْعِلُ -yaf`ilu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَرِثُ-yaritsu=dia(1laki2)sedang mewarisi.
kata يَرِثُ-yaritsu ini menggunakan pola
يَفْعِلُ -yaf`alu dengan menggunakan hulum ibdal.
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: وَرَثَةً -waratsatan = warisan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: واَرِثٌ -waaritsun = yang mewarisi
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun 1. Pola kata penderita(isim maf`ul) ini dibentuk secara mutlak atas pola مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya. 2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَوْرُوْثٌ . 3.Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya. -mawruutsun = yang diwarisi
اِفْعِلْ -if`il 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: رِثْ -rits = warisilah oleh anda(1laki2)
لاَ تَفْعِلْ -laa taf`il 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَرِثْ -laa tarits = janganlah anda(1laki2) mewarisi
tidak ada 1. Untuk kategori atas pola فَعِلَ - يَفْعِلُ ini, pola kata benda penunjuk alatnya tidak digunakan dalam alquran
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَوْرِثٌ -mawritsun = tempat menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini:مَوْرِثٌ -mawritsun = tempat menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
6. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعُلَ - يَفْعُلُ
فَعُلَ 1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya mendhommahkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: حَسُنَ-hasuna = dia(1laki2) telah berbuat ihsan/baik
يَفْعُلُ 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَحْسُنُ-yahsunu=dia(1laki2)sedang berlaku ihsan/baik
مَفْعَلاً,... 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau = مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: حُسْناً، مَحْسَناً -husnan, mahsanan =kebaikan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
kata banda pelaku menggunakan pola musyabbahah/mubaalaghah 1. Secara mutlak dibentuk atas pola: فَعَلٌ، فَعِلٌ، فَعِيْلٌ، فَعّاَلٌ dsb.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: حَسَنٌ، حَسِيْنٌ -hasanun, hasiinun = yang paling/sangat baik
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اُفْعُلْ -uf`ul 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اُحْسُنْ -uhsun = berlaku ihsanlah anda(1laki2)
لاَتَفْعُلْ -laa taf`ul 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَحْسُنْ -laa tahsun = janganlah anda berlaku ihsan
tidak ada 1. Untuk kategori atas pola فَعُلَ - يَفْعُلُ ini, pola kata benda penunjuk alatnya tidak digunakan dalam alquran
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَحْسَنٌ -mahsanun = tempat berlaku ihsan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَحْسَنٌ -mahsanun = waktu berlaku ihsan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
if`il
1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اِعْرِفْ-i`rif = kenalilah oleh anda(1laki2)
لاَ تَفْعِلْ -laa taf`il
1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَ تَعْرِفْ -laa ta`rif= janganlah anda(1laki2) mengenali
مِفْعَلٌ -mif`alun
1. Pola kata benda penunjuk alat(isim alat) ini secara mutlak atas pola
مِفْعالٌ -mif`aalun atau مِفْعَلٌ -mif`alun, Kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk tengah waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مِعْرَفٌ -mi`rafun = alat mengenal
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعِلٌ -maf`ilun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعِلٌ -maf`ilun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْرِفٌ -ma`rifun= tempat mengenal
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعِلٌ -maf`ilun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعِلٌ -maf`ilun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْرِفٌ -ma`rifun = waktu mengenal
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
4. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعِلَ - يَفْعَلُ
فَعِلَ-fa`ila
1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya mengkasrohkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عَلِمَ-`alima = dia(1laki2) telah mengetahui
يَفْعَلُ -yaf`alu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَعْلَمُ-ya`lamu=dia(1laki2)sedang mengetahui
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: عِلْماً،مَعْلَماً -`ilman, ma`laman = `ilmu/pengetahuan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola
فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: عاَلِمٌ -`aalimun = yang mengetahui/yang ber`ilmu
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun 1. Pola kata penderita(isim maf`ul) ini dibentuk secara mutlak atas pola
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini:مَعْلُوْمٌ -ma`luumun = yang diketahui/ma`lum
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اِفْعَلْ -if`al 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
4. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
5. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
6. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اِعْلَمْ -i`lam = ketahuilah oleh anda(1laki2)
لاَتَفْعَلْ -laa taf`al 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَعْلَمْ -laa ta`lam = janganlah anda mengetahui
tidak ada 1. Untuk kategori atas pola فَعِلَ - يَفْعَلُ ini, pola kata benda penunjuk alatnya tidak digunakan dalam alquran
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَعْلَمٌ -ma`lamun = tempat mengetahui
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini:مَعْلَمٌ -ma`lamun = waktu mengangkat
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
5. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعِلَ - يَفْعِلُ
فَعِلَ -fa`ila 1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya mengkasrohkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini:وَرِثَ-waritsa = dia(1laki2) telah mewarisi
يَفْعِلُ -yaf`ilu 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَرِثُ-yaritsu=dia(1laki2)sedang mewarisi.
kata يَرِثُ-yaritsu ini menggunakan pola
يَفْعِلُ -yaf`alu dengan menggunakan hulum ibdal.
مَفْعَلاً,...maf`alan 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: وَرَثَةً -waratsatan = warisan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
فاَعِلٌ -faa`ilun 1. Pola kata pelaku ini secara absolut atau mutlak dibentuk atas pola
فاَعِلٌ -faa`ilun kecuali dalam bentuk lain seperti pola pelaku musyabbahah/mubaalaghah=pelaku sangat/paling/maha
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: واَرِثٌ -waaritsun = yang mewarisi
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun 1. Pola kata penderita(isim maf`ul) ini dibentuk secara mutlak atas pola
مَفْعُوْلٌ -maf`uulun kecuali dari kata kerja yang berakhiran huruf buduk waw atau ya.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَوْرُوْثٌ . 3.Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya. -mawruutsun = yang diwarisi
اِفْعِلْ -if`il 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: رِثْ -rits = warisilah oleh anda(1laki2)
لاَ تَفْعِلْ -laa taf`il 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَرِثْ -laa tarits = janganlah anda(1laki2) mewarisi
tidak ada 1. Untuk kategori atas pola فَعِلَ - يَفْعِلُ ini, pola kata benda penunjuk alatnya tidak digunakan dalam alquran
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَوْرِثٌ -mawritsun = tempat menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola
مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini:مَوْرِثٌ -mawritsun = tempat menciptakan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
6. Tashrif 10 tiga huruf pokok atas pola فَعُلَ - يَفْعُلُ
فَعُلَ 1. Pola/wazan kata kerja telah (fi`il madhi)ini diambil dan dibentuk dari mashdarnya dengan cara memfatahkan(-َ) fa fi`ilnya, selanjutnya mendhommahkan `ain fi`ilnya, dan memfatahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: حَسُنَ-hasuna = dia(1laki2) telah berbuat ihsan/baik
يَفْعُلُ 1. Pola kata kerja sedang/akan/lagi (fi`il mudhari`)ini diambil dan dibentuk dari kata kerja telah dengan cara menambahkan huruf ya mudhari berbaris fathah(-َ) pada permulaannya, kemudian mensukunkan fa fi`ilnya, Lalu mendhommahkan lam fi`ilnya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, Setiap kata kerja selalu mengandung subject yang tidak tersebut.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, selalu mengandung subject هُوَ -huwa = dia(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: يَحْسُنُ-yahsunu=dia(1laki2)sedang berlaku ihsan/baik
مَفْعَلاً,... 1. Pola/mashdar(akar kata) secara absolut atau mutlak(سِماَعِيٌّ =menurut kenyataan bahasa), Berbentuk atas pola فَعْلاً -fa`lan atau فِعْلاً -fi`lan atau فَعْلَةً -fa`latan atau فُعْلَةً -fu`latan atau =
مَفْعَلاً-maf`alan dsb
2. Contoh kata yang menggunakan pola mashdar ini: حُسْناً، مَحْسَناً -husnan, mahsanan =kebaikan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
kata banda pelaku menggunakan pola musyabbahah/mubaalaghah 1. Secara mutlak dibentuk atas pola: فَعَلٌ، فَعِلٌ، فَعِيْلٌ، فَعّاَلٌ dsb.
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: حَسَنٌ، حَسِيْنٌ -hasanun, hasiinun = yang paling/sangat baik
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
اُفْعُلْ -uf`ul 1. Pola kata kerja perintah(fi`il amr) ini dibentuk dari kata kerja sedangnya dengan cara merubah dan menggantikan ya mudhari`nya menjadi alif amr yang berbaris kasroh kemudian mensukunkan lam fi`ilnya.
2. Baris/harokat pada `ain fi`il amrnya selalu sama dengan baris/harokat `ain fi`il mudhari`nya.
3. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja perintah selalu mengandung sasaran perintahnya.
4. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran perintah, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
5. Contoh kata yang menggunakan pola ini: اُحْسُنْ -uhsun = berlaku ihsanlah anda(1laki2)
لاَتَفْعُلْ -laa taf`ul 1. Pola kata kerja larangan(fi`il nahii) ini diambil dan dibentuk dari kata kerja sedangnya(fi`il mudhari`) dengan cara merubah dan mengganti ya fi`il mudhari`nya menjadi huruf ta (تَ) yang berharokat fathah dan menambahkan huruf laa larangan(laa nahii = لاَ) pada permulaannya, Kemudian mensukunkan lam fi`il nahiinya.
2. Menurut ragam ragam bentuknya, kata kerja larangan selalu mengandung sasaran larangannya.
3. Dalam konteks setiap kata yang menggunakan pola ini, Selalu mengandung sasaran larangan, kepada pihak kedua tunggal maskulin yakni اَنْتَ -anta = anda(1laki2)
4. Contoh kata yang menggunakan pola ini: لاَتَحْسُنْ -laa tahsun = janganlah anda berlaku ihsan
tidak ada 1. Untuk kategori atas pola فَعُلَ - يَفْعُلُ ini, pola kata benda penunjuk alatnya tidak digunakan dalam alquran
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk tempat (isim makan) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَحْسَنٌ -mahsanun = tempat berlaku ihsan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
مَفْعَلٌ -maf`alun 1. Pola kata benda penunjuk waktu (isim zaman) secara mutlak dibentuk atas pola مَفْعَلٌ -maf`alun kecuali bagi kata kerja yang berhuruf buduk awal waw
2. Contoh kata yang menggunakan pola ini: مَحْسَنٌ -mahsanun = waktu berlaku ihsan
3. Pemakaian semua kata benda dalam kalimat ada yang bertanda harokat a(-َ), i(-ِ),dan u(-ُ) atau bertanda harokat tanwin an(-ً), in(-ٍ),dan un(-ٌ). Hal ini ada yang menyebabkan dan menunjukkan fungsi makna tertentu dalam kalimatnya.
sukarno di 17.42
Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
‹
›
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Sa
[22/3 15:48] Aing: NAHWU SHOROF
kalimat
Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:
kalimat isim
yaitu
kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan
tidak mempunyai
waktu/masa
seperti زيد/ناصر
(zaid/penolong)
kalimat fi’il
yaitu
kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai masa seperti نصر (telah menolong)
kalimat huruf
yaitu
kalimat yang hanya bisa bermakna
apa bila disambungkan dengan kalimat lain
seperti هل, إنْ
(apakah, apa bila)
pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap
bisa dilihat di kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf
dalam Tashrif istilâhî
sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping adalah sebagai berikut:
tashrif lughawi
Fi’il madly
ialah
kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau (past tense),
hukumnya adalah
mabnî fathah
(tercetak dalam bentuk berharkat fathah
huruf akhirnya)
kecuali apa bila bersambung dengan
dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36)
maka harus disukunkan huruf akhirnya
seperti نصرَ mejadi نصرْنَ,
atau
bila bertemu dengan
wau jama’
maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَ menjadi نصرُوا
Fi’il mudlôri’
ialah
kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau
mustaqbal/saat ini atau akan datang (present continues tense),
hukumnya adalah
mabni dlommah
kecuali apa bila kemasukan âmil nashob
(kalimat yang menuntut nashob)
maka harus dibaca fathah huruf akhirnya
seperti ينصرُ menjadi أنْ ينصرَ atau
âmil jazm
(kalimat yang menuntut jazm)
maka harus dibaca sukun huruf akhirnya
seperti ينصرُ menjadi لم ينصرْ
Mashdar ghoiru mîm
ialah
kalimat isim
yang terletak pada urutan ketiga
dalam tashrifan fi’il
yang tidak diawali dengan huruf mîm
dan bermakna kejadian, hukumnya adalah
mu’rob
(harkat huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya),
dan
samâ’î
(bentuk lafadznya
tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof,
akan tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab)
seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
Mashdar mîm atau
Isim mashdar
ialah
isim mu’rob
yang diawali dengan
huruf mîm
dan beermakna kejadian, hukumnya adalah
mu’rob dan qiyasî
(bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof)
seperti مقام, منصر dari fi’il madly قام, نصر
Isim dlomîr
ialah
isim yang tidak dapat dijadikan awalan
dan
tidak dapat terletak setelah إلا secara ikhtiyar
(bila jatuh setelah illâ
maka dikategorikan jarang) seperti contoh أحب الناس إلاك
hukumnya adalah
mabnî
Isim fâ’il
ialah
isim yang dibaca rofa’
yang disebut setelah fi’ilnya,
isim fâ’il ada dua:
fâ’il isim dhohir
seperti جاء زيد dan
fâ’il isim dlomîr
seperti جاء هو ,
hukumnya adalah
mabnî dlommah,
isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut dengan subjek
Isim isyâroh
ialah
isim yang dipakai sebagai makna isyarat,
hukumnya adalah mabnî seperti هذا زيد
Isim maf’ûl
ialah
isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il,
isim maf’ûl
juga ada dua sebagaimana
isim fâ’il seperti ضربت زيدا dan ضربته,
hukumnya adalah
mabnî fathah,
isim maf’ûl ini
menunjukkan pada
makna kejadian dan orang/
sesuatu yang menjadi
objek kejadian tersebut.
Fi’il amar
ialah
fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya,
seperti ينصُرُ menjadi انصُرْ ْ hukumnya adalah
mabnî sukun
Fi’il nahî
ialah
fi’il yang menunjukkan makna larangan
yang harkat ‘ain fi’ilnya
sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا تنصُرْ
dari mudlôri’ ينصُرُ , hukumnya adalah
mabnî sukun
Isim zamân
dan
Isim makân
ialah
isim yang menunjukkan makna masa/waktu
atau
makna tempat,
dua isim ini bentuk wazannya sama
akan tetapi
maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob,
seperti contoh جرى المآء مجراه (air mengalir ditempat mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر (aku memukul zaid pada waktu dzuhur)
Isim âlat
ialah
isim yang menunjukkan makna alat
seperti مفتاح (kunci), hukumnya adalah mu’rob.
Keterangan;
perbedaan antara
isim fa’il
dan
isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î
dan seterusnya
adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya,
isim fa’il
dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan
isim maf’ul
dibaca fathah ‘ain fi’ilnya.
pemakaian
isim zaman,
isim makan dan
isim alat
tidak semuanya berlaku dalam percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ada
13 macam,
berikut keterangannya:
binâ’/bentuk kalimat shohîh,
adalah
bentuk kalimat
yang fa’ fi’il/huruf pertama, ‘ain fi’il/huruf kedua dan
lam fi’il/huruf ketiganya
(dengan menjadikan
lafadz فعل sebagai wazan/contoh perbandingan)
tidak terdiri dari
huruf ‘illat/penyakit yaitu
alif, wau dan yâ’
seperti نصر
binâ’ mudlo’âf
adalah kalimat yang
‘ain fi’il dan lam fi’ilnya
terdiri dari dua jenis huruf yang sama
seperti مد asalnya مدد
binâ’ mitsâl wâwî
adalah
kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau,
seperti وعد
binâ’ mitsâl yâ-î
adalah
kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti يسر
binâ’ ajwâf wawî
adalah
kalimat yang
‘ain fi’ilnya
terdiri dari huruf wau
seperti صان asalnya صون
binâ’ ajwâf yâ-î
adalah
kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari
huruf yâ’
seperti سار asalnya سير
binâ’ nâqish wawî
adalah
kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf wau
seperti غزا asalnya غزو
binâ’ nâqish yâ-î
adalah
kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti سرى asalnya سري
9, 10 dan 11.
binâ’ mahmûz
fa’, ‘ain dan lâm
adalah kalimat
yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il
atau
lâm fi’ilnya
terdiri dari huruf hamzah seperti أدم, وأد, فآء
12.
binâ’ lafîf maqrûn
adalah
kalimat yang terdiri dari
dua huruf ‘illat
yang berkumpul/
tidak terpisah
seperti شوى
13.
binâ’ lafîf mafrûq
adalah
kalimat yang terdiri dari
dua huruf ‘illat
yang terpisah
seperti وقى
Tashrîf Istilâhî
(Kalimat yang sebangsa
3 huruf dan
sepi dari tambahan)
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat
baik fi’il ataupun isim
dalam bahasa arab
paling sedikinya terdiri dari
3 huruf
dan
paling banyak adalah
7 huruf,
sedangkan bentuk
kalimat fi’il madly
dan mudlori’
dari fi’il tsulâtsî
(kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf)
bila ditinjau
dari harkat ‘ain fi’ilnya
ada 6 bab
dan tidak ada yang selain yang 6 ini,
yaitu;
a. fathah-dlommah seperti نصَر-ينصُر
b. fathah-kasroh seperti ضرَب-يضرِب
c. fathah-fathah seperti فتَح-يفتَح
d. kasroh-fathah seperti علِم-يعلَم
e. dlommah-dlommah seperti حسُن-يحسُن
f. kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî
dalam bentuk tabel
kedalam bahasa Indonesia yang diambilkan dari
fi’il madly,
sedangkan selain fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.
Bab 1;
نصر
Menolong
مد
memanjangkan
صان
Menjaga
غزا
memerangi
أمل
Berangan
Bab 2;
ضرب
Memukul
فر
melarikan diri
وعد
Berjanji
يسر
Gampang
سار
Berjalan
سرى
berjalan dimalam hari
وقى
Menjaga
شوى
memanggang
أدم
membumbui
وأد
mengubur hidup-hidup
فآء
Kembali
Bab 3;
فعل
mengerjakan
فتح
Membuka
وضع
meletakkan
يفع
mendekati baligh
نأى
Jauh
نشأ
Tumbuh
رأى
Melihat
Bab 4;
علم
mengetahui
عض
menggigit
وجل
merasa takut
يبس
Kering
خاف
Takut
هاب
takut pada/menghormati
رضي
Rela
خشي
takut/malu
وجي
berjalan dg telanjang kaki
قوي
Kuat
روي
puas dg minum
أثم
Berdosa
بئس
Celaka
برئ
Bebas
Bab 5;
حسن
Baik
ضخم
besar (bentuk/tubuh)
جنب
keluar air maninya
شجع
Berani
جبن
lemah hatinya
وجه
menjadi orang kaya
يمن
Beruntung
طال
Panjang
سرو
mulia serta dermawan
أدب
Sopan
لؤم
rendah/hina
بطؤ
Lambat
وقر
Tenang
نجس
Najis
Bab 6;
حسب
menyangka
ومق
Mencintai
(kalimat yang sebangsa
4 huruf yang sepi dari tambahan)
Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya
memang tersusun dari
4 huruf tanpa tambahan
dan pengurangan
kecuali
setelah dikiyas tashrif,
fi’il ruba’î mujarrod
hanya ada satu bentuk
yakni satu bab,
dibawah ini adalah
fi’il-fi’il ruba’î mujarrod
dalam bentuk
fi’il madly :
دحرج
menggelincirkan
طأطأ
menundukkan/menganggukkan kepala
ترجم
menterjemahkan
وسوس
menggoda/mewaswaskan
قلقل
menggerakkan
فلفل
membubuhi lada
بسمل
mengucapkan "bismillah"
سبحل
mengucapkan "subhanallah"
حمدل
mengucapkan "alhamdulillah"
هيلل
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
حوقل
mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"
(kalimat yang sebangsa
4 huruf yang sepi
dari tambahan
yang disamakan dengan
fi’il rubâ’î mujarrod)
Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli
seperti bab sebelumnya dihalaman 8,
dan ada yang dikategorikan sama dengan
fi’il rubâ’î mujarrod
meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan)
yaitu
yang biasa disebut
fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan),
demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk
fi’il rubâ’î mulhaq
adalah
dari suku kata mashdar
fi’il tsulâtsî
atau
isim jâmid
(menurut ulama’ kufah
semua mashdar
adalah
jamid
yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf,
karena ia adalah
bentuk asli suku tiap kata, sedangkan
yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya,
seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب (berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب (menarik/tarik)
حوقل (bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل (ladang)
بيطر (menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر (sombong)
جهور (mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر (keras suaranya), شريَف (memulyakan) dari mashdar tsulâtsî شَرَف (mulya)
سلقى (merebus) dari mashdar tsulâtsî سلْق (merebus)
dan قلنس (memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat dikiyas tashrîf) قلنسوة (songkok)
(bab pertama dari
fi’il tsulâtsî
yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فعَّل" dengan menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:
transitif, seperti : فرّح زيد عمرا (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
menunjukkan makna banyak, sepeerti: قطّع زيد الحبل (yakni, zaid memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti: كفّر زيد عمرا (yakni, zaid memposisikan kafir/mengkafirkan si umar)
mencabut/merusak asal pekerjaan dari objek, seperti: قشّر زيد الرمان (yakni, zaid mengupas kulit delima)
pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: خيّم القوم (yakni, kaum mendirikan tenda).
Perlu diketahui juga
bahwa macam-macam
huruf tambahan
yang bisa ditambahan pada kalimat baik fi’il
maupun isim itu
ada 10 macam,
yaitu
terangkum dalam kata singkat أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ" , perinciannya sebagai berikut:
hamzah
wau
yâ’
sîn
âlif
hâ’
lâm
tâ’
nûn
mîm
dibawah ini adalah contoh-contoh
fi’il tsulâtsî mazîd :
فرح
menggembirakan
كرر
mengulang-ulangi
وكل
mewakilkan
يسر
memudahkan
نور
menerangi
بين
menjelaskan
زكى
membersihkan/menyucikan
لقى
mempertemukan/menemui
ولى
mengangkat (jabatannya)
قوى
menguatkan
أدب
mengadabkan/mendidiknya adab
شأم
menyialkan
هنأ
mengucapkan tahniah (selamat)
(bab fi’il tsulâtsî mazid/
yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فاعل" dengan
penambahan alif
setelah fâ’,
berfaidah sebagai berikut:
1.musyârokah (persekutuan/gabungan) diantara dua orang/sesuatu, (musyârokah
ialah
maksud dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh
dua subjek
sehingga kedua-duanya menjadi
fa’il (subjek) sekaligus maf’ûl (objek),
seperti contoh: ضارب زيد عمرا (zaid dan umar saling pukul)
2.bermakna fâ’ala
yang berfaidah bermakna
banyak,
seperti contoh: ضاعف الله memakai makna lafadz ضعّف الله (semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3.bermakna af’ala
yang berfaidah ta’diyyah
(melampaui/
butuh pada maf’ul),
seperti contoh: عافاك الله (artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4.bermakna fa’ala
yang mujarrod
(sepi dari tambahan),
seperti contoh: سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك (zaid melakukan safar, semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)
dibawah ini adalah
bentuk kiyasannya :
قاتل
membunuh/memerangi
ماس
menyentuhkan
واعد
menjanjikan
ياسر
menggampangkan
عاون
menolong
باين
meninggalkan
عاطى
memberikan (tanpa ucapan)
لاقى
menemui
والى
menolong/mengasihi
داوى
mengobati
آخذ
menindak dengan siksaan (menyiksa)
لآءم
mencocoki
ناسأ
berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "أفعل"
dengan menambahkan hamzah qoth’
(huruf hamzah
yang tetap dibaca
baik dalam keadaan tersambung
atau terpisah)
diakhirnya,
berfaidah sebagai berikut:
ta’diyyah
(melampaui pada maf’ul/mebutuhkan objek)
seperti: أكرمت زيدا (aku memulyakan zaid)
masuk/melebur dalam sesuatu/masa, seperti: أمسى المسافر (si musafir memasuki waktu sore)
bermakna
menuju pada sesuatu/tempat,
seperti: أحجز زيد و أعرق عمرو (zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
menunjukkan
adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il,
seperti contoh: أثمر الطلح و أورق الشجر (pohon pisang berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
makna mubâlaghoh (sangat),
seperti contoh: أشغلت عمرا (aku sangat menyibukkan umar)
menemukan sesuatu
berada dalam suatu sifat, seperti: أعظمته و أحمدته (aku menemukannya dalam
keadaan agung dan terpuji)
bermakna “jadi”, seperti: أقفر البلد (negeri itu menjadi fakir)
bermakna “menawarkan/menyediakan”,
seperti: عرض الثوب (dia menyediakan baju untuk dijual)
bermakna “tiada/sirna”, seperti: أشفى المريض (si sakit hilang sembuhnya)
bermakna
“sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع (sudah tiba waktunya memanen tanaman)
dibawah ini adalah tabel
bentuk-bentuk wazannya :
أكرم
memulyakan
أمد
menolong/memanjangkan tangan
أوعد
menjanjikan
أيسر
memudahkan
أجاب
menjawab
أبان
menjelaskan
أعطى
memberikan
أدرى
memberitahukan
أودى
membayar (diyat)
أروى
menyegarkan (dengan air)
آمن
mengamankan
أجأر
memaksa berdoa sepenuh hati pada
أبرأ
membebaskan
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل" dengan
menambahkan “tâ’” diawalnya
dan
“âlif” setelah fâ’,
berfaidah:
persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و تضارب زيد وعمرو (saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)
menampakkan sesuatu
yang bukan dalam kenyataan,
seperti: تمارض زيد
(pura-pura sakit si zaid), yakni
menampakkan sakit
padahal tidak sakit
menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد القوم (saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi sedikit
menunjukkan makna
tsulâtsî mujarrod,
seperti: تعالى وسما (tinggi si dia dalam pangkatnya)
muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”,
seperti: باعدته فتباعد
(aku menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)
yang dimaksud muthôwa’ah ialah
hasil sesuatu ketika
suatu kalimat berhubungan dengan fi’il muta’addî
(fi’il yang membutuhkan maf’ûl),
dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
تباعد
saling menjauhi
تماس
saling bersentuhan
تواعد
saling berjanji
تيامن
mendahulukan yang kanan
تلاوم
saling menyalahkan
تباين
saling menjuhi/menyalahi
تعاطى
saling memberi tanpa ucap
تلاقى
saling bertemu
توارى
bersembunyi
تداوى
berobat
تآنف
saling memandang rendah
تساءل
saling bertanya
تمالأ
saling berkomplot
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "تفعّل" dengan
menambahkan tâ’ diawalnya dan
menggandakan ‘ain,
berfaida:
Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda,
seperti: كسّرت الزجاج فتكسّر (aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
makna takalluf
yaitu
persekongkolan/pertolongan fâ’il/
subjek
yang diberikan pada fi’il/predikat
agar
predikat tersebut hasil/terwujud,
seperti: تشجع زيد (zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya
fâ’il (si subjek)
menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja)
dari
kalimat yang pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت يوسف
(aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata إبن
menjadi تبنّى
menunjukkan makna menjauhi sesuatu,
seperti تذمم زيد
(zaid menjauhi celaan)
menunjukkan makna “menjadi”
seperti تأيمت المرأة
(menjadi janda si perempuan)
yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع زيد
(yakni zaid minum teguk demi teguk)
makna “tuntutan”
seperti تعجل الشيء
(dia terburu-buru terhadap sesuatu yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat),
dan تبينه (yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)
dibawah ini adalah contoh wazannya :
تكسر
menjadi pecah
تكرر
berulang-ulang
توعد
mengancam
تيسر
menjadi mudah
تنور
menjadi terang
تبين
menjadi jelas
تعدى
melampaui batas
تلقى
mendapat/menerima
تولى
menjadi pejabat
تروى
minum/berfikir
تأدب
berakal budi
ترأد
berayun/bergoyang
تصدأ
melihat dalam keadaan berdiri
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل" dengan
menambahkan “hamzah” diawalnya
dan
“tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya
berfaidah sebagai berikut:
1.muthôwa’ahnya
wazan “fa’ala”
seperti جمعت الإبل فـ اجتمع (aku mengumpulkan unta maka berkumpullah si unta)
2.makna “menjadikan/membuat”
seperti اختبز زيد
(zaid membuat/menjadikan roti)
3.menambahkan makna mubaghoh (sangat) dalam makna kalimat,
seperti اكتسب زيد
(si zaid bekerja dengan sangat)
4.bermakna wazan “fa’ala”
(fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti اجتذب
(dia jadzab/mabuk dalam bermunajat)
5.bermakna wazan “tafâ’ala” (saling),
seperti اختصم bermakna تخاصم (saling berseteru)
6.bermakna “tuntutan” seperti اكتدّ
(fi’il amar
yakni dia menuntut darinya kesungguh-sungguhan)
berikut ini contoh wazannya :
اجتمع
berkumpul
امتد
memanjang
اتصل
menghubungi
اتسر
menjadi mudah
اعتاد
membiasakan
اشترى
membeli
اتقى
bertakwa
ارتوى
menjadi segar/puas (dengan minum)
ايتمن
mempercayakan kepada/melakuakan dengan tangan kanan
ابتأس
bersedih hati
اجترأ
berani
اختار
memilih
اعتدى
melampaui batas/menyalahi peraturan
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ" dengan
menambahkan hamzah
dan
nûn diawalnya,
berfaidah:
muthôwa’ahnya wazan “fa’ala”
seperti كسرت الزجاج فـ انكسر (aku memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
muthôwa’ahnya wazan “af’ala”
tapi sedikit berlakunya, seperti أزعجه فـ انزعج
(aku mengagetkannya maka kagetlah dia)
keterangan;
wazan “infa’ala”
tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya :
انفعل
terjadi pekerjaannya
انكسر
menjadi pecah
انفض
menjdi pecah (terputus/berakhir)
انقاد
menjadi tunduk/patuh
انماع
menjadi cair
انجلى
menjadi jelas
انبرى
menjadi terkendali
انطفأ
menjadi padam
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî dipindah
pada wazan "افْعَلَّ"
dengan menambahkan hamzah washol
dan
penggandaan lâm fi’il,
berfaidah:
menunjukkan berada/memasuki dalam suatu sifat,
seperti احمرَّ البُسْرُ
(air baru itu memerah)
yakni masuk dalam warna merah
makna “sangat”
seperti اسودّ الليل
(malam menjadi sangat hitam)
dibawah ini contoh wazannya :
احمر
memerah
اسود
menghitam
ابيض
memutih
اصفر
menguning
اخضر
menghijau
اشهب
menjadi kelabu
اسمر
menjadi coklat
(bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ"
dengan menambahkan hamzah washol
(hamzah yang dibaca
pada saat tidak tersambung seperti
istaf’ala
dan tidak dibaca
saat tersambung dengan kalimat lain
seperti إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’,
berfaidah:
menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر الله
(dia meminta ampun pada Allah)
yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
menemukan sesuatu tampak/
berada dalam suatu sifat, seperti استعظمته واستحسنته (aku nampak ia agung dan bagus)
makna beralih/pindah, seperti استحجر الطين
(Lumpur beralih menjadi batu)
makna terpaksa/menanggung beban,
seperti استجرأ
(dia memaksakan untuk berani)
bermakna seperti
fi’il tsulâtsî mujarrod,
seperti استقرّ
bermakna قرّّ
(menetap/tetap)
muthôwa’ah
seperti أراحه فـ استراح
(dia A mengistirahatkannya B maka beristirahatlah dia B)
Bahasa Arab Pemula 14 :
Tabel
Tashrif Lughawi
Fi'il Madhi dan Mudhari'
Pada pembahasan
Tashrif Lughawi
Fi'il Madhi
dan
Tashrif Lughawi
Fi'il Mudhari'
kita sudah belajar tentang tashrif atau perubahan bentuk fi'il
berdasarkan ke 14 Dhomir atau
kata gantinya.
Pada kali ini saya hanya akan memberikan sebuah tabel tashrif lughawi
fi'il madhi dan mudhari.
Semoga bisa mempermudah kita dalam memahami Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'.
Berikut ini tabelnya:
tashrif lughawi
[22/3 17:39] Aing: NAHWU SHOROF
Sabtu, 23 Agustus 2014
KAJIAN ILMU NAHWU
"ALFIYYAH IBNU MALIK"
Bait ke 54
ﻓﻤﺎ ﻟﺬﻯ ﻏﻴﺒﺔ ﺍﻭﺣﻀﻮﺭ # ﻛﺄﻧﺖ ﻭﻫﻮ ﺳﻢ ﺑﺎﻟﻀﻤﻴﺮ
Famaa lidzi ghoibatin
au hudluuri #
KaAnta wahwa
sammi bidldlomiiri
"Maka
namailah denngan
isim dhomir
untuk setiap klimah isim
yg mmpunyai
makna ghoib atau
makna hadir
seperti
lafad Anta dan lafad Huwa"
-----------------------------
Bagian pertama
dari
ciri isim ma'rifat
yg 6
adalah
Isim dhomir.
Yg definisinya
adalah:
ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺩﻝ مﺘﻜﻠﻢ ﺍﻭ ﺍﻟﻤﺨﺎﻃﺐ ﺍﻭ ﺍﻟﻐﺎﺀﺏ
"Setiap isim
yg menunjukkan
yg pada
mutakalim atau
mukhotob atau ghoib.
Contoh seperti lafad
ﺍﻧﺖ
/ Anta
disebut
isim dhomir
krna mnunjukan
makna hadir
atau lafad
ﻫﻮ / Huwa
disebut
isim dhomir
krna mnunjukan makna ghoib.
Berarti fungsi dri
isim dhomir
terbagi 2
1.Dhomir ghoib
2.Dhomir hadir
dari
dhomir hadir
terbagi
2 lagi
1.Hadir mukhotob
(ﻣﺨﺎﻃﺐ)
2.Hadir mutakalim
(ﻣﺘﻜﻠﻢ)
dari
mutakalim
pun terbagi 2,
yaitu:
1.Mutakalim wahdah
(ﻣﺘﻜﻠﻢ ﻭﺣﺪﻩ)
2.Mutakalim ma'al ghoir
(ﻣﺘﻜﻠﻢ ﻣﻊ ﺍﻟﻐﻴﺮ)
Dari
dhomir ghoib&
dhomir mukhotob
terkena hukum
lafad 3.
yaitu:
1.Mufrod (ﻣﻔﺮﺩ)
2.Tasniyah (ﺗﺜﻨﻴﺔ)
3.Jamak (ﺟﻤﻊ)
dan juga terkena
2 jurusan,
yaitu
1.Tadzkir (ﺗﺬﻛﺮ)
2.Ta'nits (ﺗﺄﻧﻴﺚ )
Jadi
Jumlah seluruhnya
untuk
isim dhomir
adalah
14 yg diambil dri
dhomir ghoib 6
yg bentuk lafadnya
adlah:
1.ﻫﻮ / Huwa untuk mufrod mudzakar ghoib
2.ﻫﻤﺎ/ Humaa untuk tatsniyah mudzakar ghoib
3.ﻫﻢ / Hum untuk jamak mudzakar ghoib
4.ﻫﻰ / Hiya untuk mufrod muanats ghoibah
5.ﻫﻤﺎ / Huma untuk tasniyah muanats ghoibah
6.ﻫﻦ / Hunna untuk jamak muanas ghoibah
dari
dhomir mukhotob juga 6 yaitu
1.ﺍﻧﺖ / Anta untuk mufrod mudzakar mukhotob
2.ﺍﻧﺘﻤﺎ / Antuma untuk tasniyah mudzakar mukhotob
3.ﺍﻧﺘﻢ / Antum untuk jamak mudzakar mukhotob
4.ﺍﻧﺖ / Anti untuk murodah muanasah mukhotobah
5.ﺍﻧﺘﻤﺎ / Antuma untuk tasniyah muannasah mukhotobah
6.ﺍﻧﺘﻦ / Antunna untuk jamak muannasah mukhotobah
dan dari
dhomir mutakalim 2
yaitu:
1.ﺍﻧﺎ / Ana untuk mutakalim wahdah
2.ﻧﺤﻦ / Nahnu untuk mutakalim ma'al ghoir
jadi jumlahnya 14
yg di
nadjomkan:
ﻫﻮ ﻫﻤﺎ ﻫﻢ ﻫﻰ ﻫﻤﺎ ﻫﻦ # ﺍﻧﺖ ﺍﻧﺘﻤﺎ ﺍﻧﺘﻢ
ﺍﻧﺖ ﺍﻧﺘﻤﺎ ﺍﻧﺘﻦ ﺍﻧﺎ ﻧﺤﻦ
Huwa
humaa
hum
hiya
humaa
hunna
#
Anta
antumaa
auntum
anti
antumaa
antunna
ana
nahnu
Dan
dari yg 14 ini,
menghitung dari ghoib&hadir terbagi menjadi 2 yaitu
ada yg
-Muttashil (ﻣﺘﺼﻞ)&
-Munfashil (ﻣﻨﻔﺼﻞ)
yg akan dijelaskan dlam bait berikutnya.
Kesimpulan
ﻭﺗﻘﺮﻳﺮﻩ / Taqrirnya
ﻛﻞ ﺍﺳﻢ ﻭﺿﻊ ﻟﻤﻮﺿﻮﻉ ﻏﺎﺀﺏ ﺍﻭ ﺤﻀﻮﺭ ﺍﻣﺎ ﻣﺘﻜﻠﻢ ﻭﺍﻣﺎ ﻣﺨﺎﻃﺐ ﻓﻬﻮ ﺿﻤﻴﺮ
"Setiap isim
yg menunjukkan makna ghoib dan hadir
baik
hadir mutakalim atau
hadir mukhotob
maka itu dinamakan
isim dhomir"
.
[22/3 17:54] Aing: Belajar Ilmu Nahwu Shorof Tata Bahasa Arab
Nahwu,
Balaghah,
Mu'jam,
Sharaf,
Kamus,
Terjemah dll.
Definisi Sharaf
Sharaf atau dibaca Shorof adalah
salah satu nama
cabang Ilmu
dalam pelajaran
Bahasa Arab yang khusus membahas tentang
perubahan bentuk kata (Bahasa Arab: kalimat).
Perubahan bentuk kata ini dalam prakteknya disebut Tashrif.
Oleh karena itu dinamakan Ilmu Sharaf
(perubahan; berubah),
karena Ilmu ini khusus mengenai pembahasan Tashrif
(pengubahan; mengubah).
Kailani, 1
اِعْلَمْ، اَََنَّ التَّصْرِيْفَ فِي اللُّغَةِ: التَّغْيِيْرُ، وَفِي الصَّنَاعَةِ: تَحْوِيْلُ اْلأَصْلِ الْوَاحِدِ إِلَى أَمْثِلَةٍ مُخْتَلِفَةٍ لِمَعَانٍ مَقْصُوْدَةٍ لاَ تَحْصُلُ اِلاَّ بِهَا.
Ketahuilah,
bahwasanya yg dinamakan Tashrif
menurut Bahasa adalah: pengubahan.
Sedangakan menurut Istilah adalah:
pengkonversian asal (bentuk) yang satu
kepada contoh-contoh (bentuk) yang berbeda-beda, untuk (tujuan menghasilkan) makna-makna yang dimaksud,
(yg mana) tidak akan berhasil tujuan makna tersebut
kecuali dengan contoh-contoh bentuk
yang berbeda-beda itu.
Keterangan:
Asal bentuk kalimat
adalah
Masdar,
ini menurut pendapat
Ulama Bashrah.
Pendapat ini lebih banyak mendapat dukungan.
Sedangkan menurut
Ulama Kufah,
asal bentuk kalimat adalah Fi’il Madhi.
Asal bentuk adalah
Masdar,
dikonversikan ke sampel-sampel yang lain misalnya:
Fi’il Madhi,
Fi’il Mudhari’,
Fi’il Amar,
Fi’il Nahi,
Isim Fa’il,
Isim Maf’ul,
Isim Zaman,
Isim Makan,
Isim Alat,
Isim Murrah,
Isim Hai’ah,
Isim Nau’,
Isim Tafdhil,
Shighat Mubalaghah
dan lain-lain.
Perubahan ke sampel-sampel tersebut, tujuannya untuk menghasilkan makna yang diinginkan,
tanpa mengubah ke sampel-sampel tersebut maka kita
tidak akan berhasil mencapai kepada makna yang kita inginkan.
Contoh:
Asal kalimat adalah Masdar: ضَرْبٌ
dibaca: Dharbun,
bermakna: Pukulan.
Dirubah ke sampel
Fi’il Madhi menjadi: ضَرَب dibaca: Dharaba,
bermakna: Telah memukul.
Dirubah ke sampel
Fi’il Mudhari’ menjadi: يَضْرِبُ dibaca: Yadhribu
bermakna: Akan memukul.
Dirubah ke sampel
Fi’il Amar menjadi: اِضْرِبْ dibaca: Idhrib
bermakna: Pukullah!
Dan sebagainya.
Contoh tersebut di atas dikatakan Tashrif,
yaitu
pengubahan asal bentuk yang satu
kepada sampel-sampel bentuk yang lain
untuk menghasilkan makna yang dimaksud.
Sekian pembahasan Tashrif menurut Bahasa dan Istilah.