Selasa, 05 April 2022

Tanda-Tanda Isim

[30/3 07:04] Aing: Tanda-Tanda Isim

Terdapat 3 tanda isim, 
yaitu:

Didahului oleh اَلْ

Semua kata yang di dahului oleh اَلْ adalah isim.
 ال
 yang dimaksud adalah syamsiyah dan qomariyah.

Contoh:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
 di sini kata الرَّحْمَانِ 
dan kata الرَّحِيْمِ 
merupakan isim 
karena didahului oleh ال
Memiliki harokat tanwin
 ( ٌ  ٍ  ً )
Contoh:
مثحَمَّدٌرَّسُوْلُ اللَّهِ
 maka lafal مُحَمَّدٌ 
merupakan isim 
karena berharoka tanwin.

Didahului oleh huruf jar
Huruf jar adalah 
huruf yang membuat kata setelahnya dibaca kasroh
Contoh huruf jar:
مِنْ
 (dari) 
dalam kalimat
 مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجْ
 maka lafadz lafdzul jalalah ( اللّهِ ) merupakan isim karena didahului oleh 
huruf jar
اِلَي (ke)
 dalam kalimat
 وَاِلَي السَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ 
kenapa السَّمَآءِ dibaca kasroh? karena didahului oleh 
huruf jar, 
maka السَّمَآءِ merupakan isim.
[30/3 12:57] Aing: Serupa Tapi Tak Sama Antara Fi’il Mudhori 
dengan Isim Fa’il

Bismillah..

Ternyata, 
fi’il mudhori dan isim fa’il memiliki kemiripan 
dan karena kemiripan inilah fi’il yang asalnya mabni menjadi mu’rob. 

Apa saja kemiripannya?

Dari sisi kesamaran waktu. Dari semua jenis fi’il, 
hanya fi’il mudhori 
yang waktunya belum spesifik. 

Fi’il madhi, 
khusus digunakan untuk waktu lampau. 

Sedangkan 
fi’il amr 
digunakan untuk kejadian-kejadian diwaktu yang akan datang. 

Adapun 
fi’il mudhori, 
ia bisa menunjukkan waktu sekarang dan mendatang. 

Begitu juga dengan 
isim fa’il, 
dia bisa bermakna sekarang, bisa juga bermakna mendatang. 

Misalnya:[أَنَا جَالِسٌ] 
Dia dapat bermakna 
‘Saya sedang duduk’ 
atau bisa juga bermakna ‘Saya akan duduk’

2. Sama-sama merofa’kan 
     fa’il dan menashobkan 
.    maf’ul bihi. Misalnya 
:زِيْدٌ ذَاهِبٌ أبُوْهُ زَيْدٌ يَذْهَبُ أَبُوْهُ Maka Abuuhu adalah 
fail dari isim fa’il dzaahibun dan 
maknanya sama dengan kalimat 
‘Zaidun yadzhabu 
Serupa Tapi Tak Sama Antara Fi’il Mudhori 
dengan Isim Fa’il


Contoh lainnya
 [زَيْدٌ ضَارِبٌ عَمرًا]
Maka ‘Amron‘ adalah 
maf’ul bih dari isim fail 
yaitu ‘Dhooribun‘. 

Sama halnya kita mengucapkan 
[زَيدٌ يَضْرِبُ عَمْرًا]
Amron adalah 
maf’ul bih dari ‘yadribu‘. Tidak bisa kita tulis 
[زَيْدٌ ضَرَبَ عَمْرًا].

3. Sama-sama bisa  
    didahului oleh 
    Lam Taukid. 

Misalnya [إِنِّيْ لَأَذْهَبُ] 
atau [إِنِّيْ لّذَاهِبٌ]. 

Adapun fi’il madhi atau amr, keduanya tidak pernah bisa didahului oleh Lam Taukid.

4. Kesamaan dari sisi lafadz. 
    Misalnya antara [َجَالِسٌ] 
    dengan [يَجْلِسُ] 

ini mirip baik dari segi jumlah hurufnya, harakatnya, maupun sukunnya. 
Misalnya [يُكْرِمُ] 
mirip dengan [مُكْرِمٌ] ataupun [يُسَافِرُ] dengan [مُسَافِرٌ]. 

Kunci kemiripan ada pada huruf didepannya. 

Dari semua fi’il, 
yang punya huruf tambahan didepan adalah 
fi’il mudhori saja 
yaitu [أ, نـ, يـ, تـ]. 

Tanpa huruf ini, 
ia tak akan mirip isim 
dari sisi lafadz. 

Karena itulah dia dinamakan huruf mudhoro’ah, 
yaitu 
huruf yang menggenapi fi’ilnya 
agar menjadi mirip dengan isim. 

Fi’il tidak butuh i’rob. 
Maka 
i’robnya fi’il 
bukanlah karena perubahan fungsi didalam kalimat melainkan 
semata-mata karena kemiripannya dengan isim.