[18/3 21:36] Aing: BAB
MUDHOF DAN
MUDHOF ILAIH
A. Pengertiannya.
Sebelum kita melangkah ke pembicaraan lebih lanjut, penting sekali kalau di sini kita bicarakan terlebih dulu rangkaian
'mudhof dan mudhof ilaih'.
Karena rangkaian ini akan banyak kita jumpai di dalam jumlah-jumlah.
Mudhof dan Mudhof ilaih ialah
2 isim atau lebih
yang dirangkai menjadi
satu rangkaian,
sehingga membentuk
satu pengertian dan menduduki satu jabatan.
Dimana
isim yang di depan dinamakan
mudhof,
dan
isim yang dibelakang dinamakan
mudhof ilaih.
Dan apabila rangkaian itu terdiri dari
3 isim atau lebih,
maka
isim yang paling depan dinamakan
mudhof,
dan
isim yang dibelakangnya dinamakan
'mudhof ilaih
tetapi
masih mudhof',
dan
baru isim
yang paling belakang ,
yang dinamakan
mudhof ilaih.
[18/3 21:37] Aing: Contoh
Mudhof dan
Mudhof ilaih :
bab wudhu بَابُ الْوُضُوْءِ
bab rukun-rukun wudhu بَابُ اَرْكَانِ الْوُضُوْءِ
bab mengetahui rukun-rukun wudhu بَابُ مَعْرِفَةِ اَرْكَانِ الْوُضُوْءِ
[18/3 21:44] Aing: B. Hukum Mudhof dan.
Mudhof ilaih.
1 Mudhof ,
i'robnya berubah-ubah
sesuai dengan jabatannya
atau
sesuai dengan 'amil
yang masuk kepadanya
(bisa rafa',
bisa nashab dan
bisa jar).
Sedangkan Mudhof ilaih,
selamanya harus
beri'rob jar.
2 Mudhof
tidak boleh ada
AL (alif-lam)nya,
dan tidak boleh
tanwin.
Sedangkan
mudhof ilaih harus ada
AL-nya atau harus
tanwin.
3 Mudhof dan Mudhof ilaih,
biasa diterjemahkan
dengan : “.......e.…….” atau “......maring.......” atau “……….saking............” Misalnya :
كتابُ زيدٍ kitabe Zaid ( Kitabnya Zaid )
تَقْوَى اللهِ taqwa maring Allah ( Taqwa kepada Allah )
خاتمُ الْحَدِيْدِ ali-ali saking wesi ( cincin dari besi )
4 Jika yang dimudhofkan
adalah
isim tatsniyah atau
isim jama' mudzakkar,
maka
'nun' nya harus dibuang.
Misal :
dua kitab Zaid كِتَابَانِ زَيْدٍ ← كِتَابَا زَيْدٍ
orang-orang musyrik Makkah مُشْرِكِيْنَ الْمَكَّةِ ← مُشْرِكِي الْمَكَّةِ
dua orang tuaZaid وَالِدَيْنِ زَيْد ← وَالِدَيْ زَيْد
[18/3 21:48] Aing: Catatan untuk diingat :
1. Walaupun terdiri dari
beberapa isim,
namun karena telah
menjadi satu pengertian,
maka rangkaian
mudhof-mudhof ilaih
di dalam jumlah
bisa menjadi
khobar,
mubtada,
fa'il,
atau posisi-posisi lain,
tergantung kebutuhan.
2. I'rob mudhof-mudhof ilaih
yang terpengaruh oleh
kedudukannya di dalam
jumlah
(kalau mubtada /
khobar /
fa'il
harus beri'rob rafa'),
hanyalah I'rob mudhof
yang paling depan saja,
dan mudhof ilaihnya
tetap jar
[18/3 21:52] Aing: 2. JUMLAH FI'LIYAH
(jumlah yang tersusun
dari :
Fi'il dan Fa'il)
A. Pengertian Fa'il
( Pelaku pekerjaan)
Dalam bahasa Indonesia Fa'il disebut dengan
'pelaku pekerjaan'.
Setiap ada fi'il (pekerjaan) mesti ada fa'il (pelaku pekerjaan itu).
Fi'il bersama-sama dengan fa'il membentuk
Jumlah Fi'liyah,
yaitu
jumlah yang diawali
dengan fi’il,
atau
jumlah yang susunannya : Fi'il + Fa'il.
Dalam penerjemahan bahasa Jawa,
Fa’il biasanya dibaca dengan 'sapa'
jika yang menjadi fa’il itu berakal,
dan
dibaca dengan 'apa'
jika yang menjadi fa’il itu tidak berakal.
[18/3 21:54] Aing: Apabila suatu fi’il
telah disebutkan fa’ilnya maka
harus sudah memberikan pengertian,
karena
sudah terbentuk
suatu jumlah / kalam,
yaitu
jumlah Fi’liyah.
Kecuali
apabila fi’ilnya transitif
(fi'il yang membutuhkan obyek),
maka
baru akan terbentuk pengertian yang sempurna setelah diberikan obyeknya.
Dalam bahasa Arab,
obyek disebut dengan
Maf’ul Bih.
Jadi, susunannya menjadi: ( Fi’il + Fa’il + Maf’ul Bih )
Fa’il termasuk isim
yang harus
di rafa’ kan.
[18/3 21:56] Aing: Di bawah ini contoh
jumlah fi'liyah
yang fi'ilnya lazim
(tidak membutuhkan obyek / yang dikenai pekerjaan),
sehingga susunannya cukup dengan :
Fi'il + Fa'il
تَبْكِىْ Lagi nangis, sopo فَطِيْمَة Fathimah تَبْكِىْ فَطِيْمَةُ
Fathimah sedang menangis
يَمْرَضُ Lagi lara, sopo سَنُوْسِى Sanusi يَمْرَضُ سَنُوْسِى
Sanusi sedang sakit
Keterangan : تَبْكِىْq dan يَمْرَضُadalah fi'il mudhore', fi'il lazim (tidak butuh obyek / maf'ul bih)
[18/3 21:57] Aing: bawah ini contoh
jumlah fi'liyah
yang fi'ilnya muta'addi (membutuhkan obyek /
yang dikenai pekerjaan),
sehingga susunannya cukup dengan :
Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih
قَرَاَ Wus maca, sopo التِّلْمِيْذَانِ murid loro, الدَّرْسَ ing pelajaran قَرَاَ التِّلْمِيْذَانِ الدَّرْسَ
Dua murid (lk) telah membaca pelajaran
يَقْرَءُ Lagi maca, sopo التَّلاَمِيْذُ murid akeh, الدَّرْسَ ing pelajaran يَقْرَءُ التَّلاَمِيْذُ الدَّرْسَ
Murid-murid sedang menulis pelajaran
يَقْرَأُ Lagi maca, sopo الْمُدَرِّسُوْنَ guru-guru, الْمَجَلَّةَ ing majalah يَقْرَأُ الْمُدَرِّسُوْنَ الْمَجَلَّةَ
Guru-guru (lk) sedang membaca majalah
[18/3 22:02] Aing: Keterangan : قَرَاَ dan يَقْرَءُ
adalah
fi'il madhi dan
fi'il mudhore',
fi'il Muta'addi (butuh obyek /
maf'ul bih)
Ta'rib :
• Lafadz فَطِيْمَةُ adalah
isim mufrod muannats,
i’robnya rafa,
karena menjadi fa’il
dari fi’il تَبْكِىْ
tanda rafa’nya dommah,
karena ia isim mufrod.
• Lafadz سَنُوْسِى adalah
isim mufrod mudzakkar.
I’robnya rafa’,
karena menjadi fa’il
dari fi’il يَمْرَضُ
Tanda rafa’nya
dhommah muqoddar
(dhommah yang
disembunyikan ),
karena ia
isim manqush
(isim yang berakhir
dengan huruf Yak)
• Lafadzاَلتِّلْمِيْذَانِ , adalah
isim tatsniyah mudzakkar,
i’robnya rafa’,
karena menjadi fail
dari fi’il قَرَاَ
tanda rafa’nya alif,
karena isim tatsniyah.
Dan begitu untuk
seterusnya,
[18/3 22:22] Aing: B. Kaidah-kaidah yang
berkaitan dengan Fa’il
1 Antara fi'il dengan fa'il
harus bersesuaian dalam
hal mudzakkar atau
muannatsnya.
Jika fa’ilnya muannats,
maka
fi’ilnyapun harus muannats
(diberi ‘tak’ ta’nits’ تْ )
sehingga jika pada
fi’ilnya ada tak ta’nits,
maka
fa’ilnya mesti
isim muannats.
Contoh :
أَكَلَتْ Wus mangan, sopo فَطِيْمَةُ Fathimah, الرَّغِيْفَ ing roti أَكَلَتْ فَطِيْمَةُ الرَّغِيْفَ
Fathimah telah makan roti
تَقْرَاُ Lagi maca sopo التِّلْمِيْذَةُ murid, دَرْسَهَا ing pelajarane تَقْرَاُ التِّلْمِيْذَةُ دَرْسَهَا
Murid (pr.1) sedang membaca pelajarannya
[18/3 22:23] Aing: 2 Meski
fa’ilnya isim jama’,
fi’il nya tetap mufrod.
Contoh :
يَقْرَاُ Lagi maca, sopo الْمُسْلِمُوْنَ wong Islam akeh, الْقُرْآنَ ing Al Qur’an يَقْرَاُ الْمُسْلِمُوْنَ الْقُرْآنَ
Orang-orang Islam sedang membaca Al Qur’an
تَقْرَاُ Lagi maca, sopo الْمُسْلِمَاتُ wong-wong Islam(pr), الْقُرْآنَ ing Al Qur’an تَقْرَاُ الْمُسْلِمَاتُ الْقُرْآنَ
Orang-orang Islam (pr) sedang membaca Al Qur’an
[18/3 22:24] Aing: 3 Adakalanya fa’il
berupa jumlah.
Contoh :
يَجِبُ wajib, عَلَيْكُمْ ingatase sira kabeh, apa اَنْ تَبِرُّوْا bekti sapa sira kabeh, وَالِدَيْكُمْ ing wong tuwa loroira kabeh يَجِبُ عَلَيْكُمْ اَنْ تَبِرُّوْا وَالِدَيْكُمْ
Wajib atas kamu semua, berbakti kepada kedua orang tuamu
يَجِبُ Wajib عَلَيْكُمْ ingatase sira kabeh, opo تَصُوْمُوْا اَنْ poso sopo sira kabeh, رَمَضَانَ ingdalem wulan Romadhon يَجِبُ عَلَيْكُمْ اَنْ تَصُوْمُوْا رَمَضَانَ
Wajib atas kamu semua, berpuasa di bulan Romadhon
[18/3 22:29] Aing: C. Macam-macam
Fa’il
Fa’il
dibagi menjadi
2 macam.
1 Fa’il isim dzohir
yaitu
Fa'il yang berupa isim
yang berada di belakang
fi'ilnya.
Contoh-contoh
Fa'il yang telah disebutkan
di atas,
semuanya adalah
fa'il-fa'il isim dhohir.
Kecuali pada
fi'il اَنْ تَبِرُّوْا dan اَنْ تَصُوْمُوْا ,
maka
fa'il dari ke dua fi'il ini
berupa dhomir اَنْتُمْ
yang tersimpan
di dalam kedua fi'il itu.
Perhatikan dengan
seksama semua
contoh-contoh di atas !
2 Fa’il isim dhomir
yaitu
Fa’il yang tidak tampak, karena
berupa isim dhomir
yang tersimpan
di dalam fi’ilnya.
Perhatikan kembali
dengan seksama
perubahan-perubahan
fi'il madhi,
mudhori' dan
amar
yang telah kita pelajari.
Kita telah ketahui bahwa semua perubahan-perubahan itu sesuai dengan
isim-isim dhomir
yang menjadi
fa'il
dari
fi'il-fi'il
itu.
[18/3 22:30] Aing: Contoh-contoh
fa'il isim dhomir :
كَتَبْتُ \اَكْتُبُ wus nulis / lagi nulis sapa ingsun, الدَّرْسَ ing pelajaran, فِي كِتَابِيْ ingdalem kitabingsun كَتَبْتُ \اَكْتُبُ الدَّرْسَ فِي كِتَابِيْ
Saya telah / sedang menulis pelajaran di dalam bukuku.
ذَهَبْتُمْ \ تَذْهَبُوْنَ wus berangkat / lagi berangkat sapa sira kabeh, اِلَي مَدْرَسَتِكُمْ maring sekolahanira kabeh, صَبَاحًا ingdalem wektu esuk ذَهَبْتُمْ \ تَذْهَبُوْنَ اِلَي مَدْرَسَتِكُمْ صَبَاحًا
Kalian telah berangkat / sedang berangkat ke sekolahan kalian diwaktu pagi.
اِذْهَبِيْ Berangkata sapa sira wadon !, اِلَي مَدْرَسَتِكِ maring sekolahanira, كُلَّ يَوْمٍ ingdalem saben-saben dina اِذْهَبِيْ اِلَي مَدْرَسَتِكِ كُلَّ يَوْمٍ
Berangkatlah kamu pr, ke sekolahmu setiap hari
Keterangan :
Kalimah-kalimah yang digaris bawahi pada contoh-contoh di atas, semuanya
adalah fi'il.
Sedangkan fa'ilnya,
adalah isim-isim dhomir yang tersimpan
di dalam fi'il-fi'il itu
(fa'il isim dhomir)
[18/3 22:33] Aing: Catatan untuk diingat :
1. Pada dasarnya jumlah itu
hanya ada 2,
yaitu
Jumlah Ismiyah dan
Jumlah Fi’liyah
2. Jumlah fi'liyah =
Fi'il + Fa'il
(jika fi'ilnya lazim) dan
Fi'il + Fa'il + Maf'ul bih
(jika fi'ilnya muta'addi).
3. Untuk bisa mengetahui
apakah fi'il itu lazim
atau muta'addi,
hanya dengan mengetahui
'arti'nya.
4. Baik jumlah ismiyah
maupun jumlah fi'liyah,
adakalanya hanya menjadi
bagian dari suatu jumlah
(mungkin sebagai
khobar,
fa'il, ataupun
maf'ul bih.
[18/3 22:39] Aing: 3. Naib Fa’il ( نَائِبُ الْفَاعِلِ )
=Pengganti Fa'il
Setiap fi’il
harus memiliki
fa’il.
Akan tetapi,
jika :
tidak diketahui fa’ilnya,
atau
telah sangat diketahui fa’ilnya,
maka
suatu fi’il biasanya
tidak di sebutkan
fa’ilnya,
kemudian
maf’ulnya
dijadikan sebagai pengganti fa’il (naib fa’il),
dengan proses
sebagai berikut :
1 Fi’il tersebut
diubah dari
mabni ma’lum
(bentuk kata kerja aktif)
menjadi
fi’il mabni majhul
(bentuk kata kerja pasif)
2 Maf’ul bih
(obyek penderita)
dari fi’il tersebut,
dijadikan
naib fa’il (pengganti fa’il),
sehingga yang semula
i’robnya nashab
karena menduduki jabatan
maf’ul bih,
sekarang
i’robnya berubah menjadi
rafa’
karena telah menjadi
Naib Fa’il.
[18/3 22:42] Aing: Cara menjadikan
fi’il mabni ma’lum
(kata kerja aktif)
menjadi
fi’il mabni majhul
(kata kerja pasif)
ialah :
1. Untuk fi’il Madli,
maka dengan :
ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ اَخِرِهِ ( didommah huruf awalnya dan dikasroh huruf yang sebelum akhir )
Contoh :
1. نَصَرَ = menolong, menjadi نُصِرَ = ditolong
2. ضَرَبَ = memukul, menjadi ضُرِبَ = dipukul
3. كَتَبَ = menulis, menjadi كُتِبَ = ditulis
2. Untuk Fi’il Mudlori’,
maka dengan :
ضُمَّ اَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ اَخِرِهِ ( didommah huruf awalnya, dan difatkhah huruf yang sebelum akhir )
Contoh :
1. يَنْصُرُ menjadi يُنْصَرُ
2. يَضْرِبُ menjadi يُضْرَبُ
3. يَكْتُبُ menjadi يُكْتَبُ
Jadi,
naib fa’il itu pada dasarnya adalah
maf’ul bih dari suatu fi’il, yang karena tidak disebutkan fa’ilnya,
maka ia dijadikan sebagai pengganti fa’il tersebut.
هو نُصِرَ يُنْصَرُ Dia (lk 1) ditolong
هما نُصِرَا يُنْصَرَانِِ Dia (dua lk ) ditolong
هم نُصِرُوا يُنْصَرُوْنَ Mereka (lk) ditolong
هي نُصِرَتْ تُنْصَرُ Dia (pr) ditolong
هما نُصِرَتَا تُنْصَرَانِ Dia ( pr 2) ditolong
هنّ نُصِرْنَ يُنْصَرْنَ Mereka (pr) ditolong
انت نُصِرْتَ تُنْصَرُ Kamu (lk) ditolong
انتما نُصِرْتُمَا تُنْصَرَانِ Kamu (2lk) ditolong
انتم نُصِرْتُمْ تُنْصَرُوْنَ Kamu semua ditolong
انت نُصِرْتِ تُنْصَرِيْنَ Kamu (pr) ditolong
انتما نُصِرْتُمَا تُنْصَرَانِ Kamu (2pr ) ditolong
انتنّ نُصِرْتُنَّ تُنْصَرْنَ Kamu (lk ) ditolong
انا نُصِرْتُ اُنْصَرُ Saya ditolong
نحن نُصِرْنَا نُنْصَرُ Kita ditolong
[18/3 22:43] Aing: Contoh-contoh
Jumlah yang tidak disebutkan fa'ilnya,
sehingga
fi’ilnya mabni Majhul dan maf'ul bihnya
dijadilan
Naib Fa’il
كُتِبَ Diwajibake عَلَيْكُمُ ingatase sira kabeh, opo الصِّيَامُ shiyam, كَمَا كُتِبَ kaya olehe diwajibake opo shiyam, عَلَى الَّذِيْنَ ingatase wong akeh مِنْ قَبْلِكُمْ saking sakdurunge sira kabeh. كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ
[18/3 22:45] Aing: Ta'ribnya :
• Lafadz كُتِبَ
adalah fi’il madhi mabni
majhul.
• Dan lafadz الصِّيَامُ
adalah
isim mufrod mudzakkar,
beri’rob rafa’
karena menjadi
naib fa’il.
Tanda rafa’nya
dengan
dhommah,
karena
isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya
adalah :
كَتَبَ Wus majibake sopo اللَّه ُ Alloh, عَلَيْكُمُ ingatase sira kabeh, الصِّيَامَ ing shiyam, كَمَا kaya olehe كَتَبَهُAlloh wus majibake sapa Alloh ing shiyam, عَلَى الَّذِيْنَ ingatase wong akeh, مِنْ قَبْلِكُمْ saking sadurunge sira kabeh. Allah telah mewajibkan shiyam atas kamu semua, sebagaimana Allah telah mewajibkan shiyam atas orang-orang yang sebelum kamu semua كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الصِّيَامَ كَمَاكَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَاِذَا قُرِئَ Lan nalikane diwaca, opo الْقُرْآنُ al Qur’an, فَاسْتَمِعُوا mangka padha ngrungokna sopo sira kabeh, لَهُ maring al Qur'an. (Dan ketika dibacakan alQur’an, maka dengarkanlah) وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ
[18/3 22:58] Aing: Ta'ribnya :
• Lafadz قُرِئَ
adalah fi’il madhi mabni
majhul.
• Dan lafadz الْقُرْآنُ
adalah isim mufrod
mudzakkar,
beri’rob rafa’
karena sebagai
naib fa’il.
Adapun
tanda rafa’nya
dengan
dhommah,
karena ia
isim mufrod.
Adapun jika disebutkan fa'ilnya,
adalah :
وَاِذَا قَرَأَ Lan nalikane wus maca, sapa القَارِئُ wong kang maca, الْقُرْآنَ ing al Qur’an, فَاسْتَمِعُوا mangka padha ngrungokna sopo sira kabeh لَهُ maring al Quran. (Dan ketika pembaca telah membacakan al Qur’an, maka dengarkanlah) وَاِذَا قَرَأَ القَارِئُ الْقُرْآنَ فَاسْتَمِعُوا لَهُ
[18/3 23:04] Aing: Tarkib : وَاِذَا قَرَأَ القَارِئُ الْقُرْآنَ فَاسْتَمِعُوا لَهُ
• Lafadz وَ
adalah kharf isti'naf
(untuk mengawali jumlah)
dan
lafadz اِذَا
adalah kharf syarat.
• Lafadz قَرَأَ
adalah
fi’il madhi mabni ma’lum,
i'robnya mabni fatkhah
karena tidak bertemu
dengan
wawu jama',
tak fa'il,
nun fa'il, dan
nun niswah.
• Lafadz القَارِئُ
adalah isim mufrod,
I'robnya rafa'
karena menjadi fa'il,
tanda rafa'nya dhommah
karena
isim mufrod.
• Lafadz الْقُرْآنَ
adalah
isim mufrod mudzakkar,
i’robnya nasab
karena menjadi maf’ul bih,
tanda nasabnya dengan
fatkhah,
karena ia
isim mufrod.
• Lafadz فَاسْتَمِعُوا
adalah فَ = kharf jawab,
dan اسْتَمِعُوا
adalah fi'il amar,
I'robnya mabni jazm,
tanda jazmnya
membuang
huruf Nun.
• Lafadz لَهُ
adalah : لَ = kharf jar,
dan هُ= isim dhomir
muttashil,
I'robnya jar
karena didahului oleh
kharf jar,
tandanya mabni
[18/3 23:05] Aing: 4. Tawabi'
(Isim-isim yang i'rob dan
hukumnya mengikuti
isim yang sebelumnya).
[18/3 23:13] Aing: Tawabi' ada 4 macam,
yaitu :
1. Shifat dari Maushuf
yang beri’rob Rafa’
Sifat - Mausuf ialah
2 isim atau lebih yang
berangkaian (jejer),
dimana
isim yang dibelakang
mensifati isim
yang di depannya,
dan disebut
Shifat / Na’at,
sedangkan
isim yang di depannya,
yang disifati,
dinamakan
Maushuf / Man’ut.
Shifat,
i’robnya
mengikuti maushufnya.
Jika
maushufnya beri’rob rafa’, maka
shifatnya juga ikut
beri’rob rafa’.
Dan jika
maushufnya beri’rob nashab,
maka
shifatnya juga harus
beri’rob nashab.
Begitu pula apabila maushufnya beri’rob jar, maka
shifatnya juga beri’rob jar.
Shifat - Maushuf dibaca dengan
‘YANG’ atau ‘KANG’.
Disamping shifat
harus mengikuti maushuf dalam hal i’robnya,
shifat harus juga mengikuti maushuf
dalam hal :
1. Mudzakkar atau
Muannatsnya.
(jika
maushufnya mudzakkar,
maka
shifatnya harus juga
mudzakkar.
Begitu pula sebaliknya)
2. Mufrod atau jama’nya.
jika
maushufnya isim mufrod,
maka
shifatnya harus juga
isim mufrod.
Begitu pula jika
maushufnya isim jama’,
maka
shifatnyapun harus juga
isim jama’)
3. Nakiroh atau ma’rifatnya.
jika
maushufnya berupa
isim nakiroh,
maka
shifatnya harus juga
isim nakiroh.
Dan jika
maushufnya isim ma’rifat,
maka
shifatnya harus juga
isim ma’rifat.
Pendeknya,
sifat dan
mausuf itu
ialah
2 isim atau lebih
yang berjajar,
dan memiliki kesamaan jenis,
serta cocok diberi ma’na kang,
[18/3 23:14] Aing: Contoh-contoh
jumlah (kalimat)
yang didalamnya terdapat rangkaian
sifat - mausuf.
مُحَمَّدٌ Utawi Muhammad, iku وَلَدٌ anak, صَالِحٌ kang sholih (Muhammad adalah anak yang sholih) مُحَمَّدٌ وَلَدٌ صَالِحٌ
هَذَا Utawi iki, iku كِتَابٌ kitab, جَدِيْدٌ kang anyar (Ini adalah sebuah kitab yang baru). هَذَا كِتَابٌ جَدِيْدٌ
زَيْدٌ Utawi Zaid, وَ عُمَرٌ lan Umar, iku تِلْمِيْذَانِ murid 2, مُجْتَهِدَانِ kang rajin. (Zaid dan Umar adalah 2 murid yang rajin). زَيْدٌ وَ عُمَرٌ تِلْمِيْذَانِ مُجْتَهِدَانِ
قَرَأْتُ Maca sopo ingsun, الْقُرْآنَ ing al Qur’an الْكَرِيْمَ kang mulya. (saya telah membaca al Quran yang mulia) قَرَأْتُ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ
صَلَّيْنَا Sholat sopo kita, فِى الْمَسْجِدِ ingdalem masjid, الْكَبِيْرِ kang agung. صَلَّيْنَا فِى الْمَسْجِدِ الْكَبِيْرِ
فَطِيْمَةُ Utawi Fatimah, iku اُسْتَاذَةٌ guru, مَاهِرَةٌ kang pinter. (Fatimah adalah seorang guru yang pandai) فَطِيْمَةُ اُسْتَاذَةٌ مَاهِرَةٌ
[18/3 23:17] Aing: Catatan :
Sifat
harus sama dengan
mausuf
seperti yang disebutkan diatas,
adalah
sifat yang disebut
dengan
Sifat Haqiqi atau
Na’at Haqiqi.
Selain itu,
asal cocok diterjemah dengan
‘kang…(yang…)’
berarti itu
sifat / na'at.
Fi'il
yang jatuh setelah
isim nakiroh
juga
Shifat / Na'at
yang harus dibaca
' kang '.
Misalnya :
وَاتَّقُوْا Lan wedia sopo sira kabeh , يَوْمًا ing suwijining dina, تُرْجَعُوْنَ kang bakal den balikake sapa sira kabeh, اِلَى اللهِmaring Allah. (dan takutlah kamu semua, terhadap suatu hari, yang kamu semuaakan dikembalikan kepada Allah) وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ اِلَى اللهِ
زَيْدٌ Utawi Zaid iku تِلْمِيْذٌ murid, يَتَعَلَّمُ kang lagi nyinauالُّغَةَ bahasa الْعَرَبِيَّةَ kang bangsa Arab, فِى مَدْرَسَتِهِ ingdalem sekolahane. (Zaid adalah seorang murid yang mempelajari bahasa Arab di sekolahnya). زَيْدٌ تِلْمِيْذٌ يَتَعَلَّمُ الُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ فِى مَدْرَسَتِهِ
[19/3 02:02] Aing: Tarkib :
• Lafadz اتَّقُوْا
adalah fi’il amar,
fa’ilnya adalah dhomir اَنْتُمْ
yang tersimpan
pada fi'il itu.
• Sedangkan
lafadz يَوْمًا
adalah
isim mufrod mudzakkar,
i’robnya nashab
karena
menjadi maf’ul bih,
tanda nashabnya dengan
fatkhah
• Lafadz تُرْجَعُوْنَ
adalah fi'il 5 mabni majhul.
Adapun
naib fa'ilnya,
ialah dhomir اَنْتُمْ
yang tersimpan
didalam fi'il itu.
Lafadz تُرْجَعُوْنَ
disini dibaca kang ,
karena menjadi
shifat dari lafadz يَوْما
(fi'il jatuh
setelah
isim nakiroh) ً
• Lafadz زَيْدٌ
adalah
isim mufrod mudzakkar,
i’robnya rafa’
karena menjadi
mubtada,
tanda rafa’nya dhommah
karena ia isim mufrod.
• Lafadz تِلْمِيْذٌ
adalah isim mufrod,
i’robnya rafa’
karena menjadi khobarnya
lafadz زَيْدٌ,
tanda rafa’nya dhommah.
• Sedangkan
lafadz يَتَعَلَّمُ
adalah
fi’il mudhore’ shohih akhir,
beri’rob rafa’
karena tidak didahului
oleh ‘amil,
tanda rafa’nya dengan
dhommah,
karena ia
fi’il mudhore’ shohih akhir.
• Lafadz يَتَعَلَّمُ
dibaca kang,
karena ia menjadi
shifat dari lafadz تِلْمِيْذٌ
(fi'il jatuh setelah
isim nakiroh)
[19/3 02:04] Aing: Catatan yang perlu
diingat :
1. Sebagai pengganti Fa'il,
maka
Naib Fa'il juga
termasuk isim yang harus
di rafa'kan.
2. Sampai sekarang ini,
berarti sudah 5 tempat
rafa'nya isim
( al Marfu'at )
yang telah kita pelajari.
Yaitu :
(1) Mubtadak,
(2) Khobar,
(3) Fa'il,
(4) Naib Fa'il, dan
(5) Sifat dari Mausuf
yang I'rabnya rafa'