Selasa, 05 April 2022

Isim Fi’il (أسماء الأفعال)

[4/4 04:03] Aing: Isim Fi’il (أسماء الأفعال)

Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL 
adalah 
Lafadz yang menunjukkan arti pekerjaan/Fi’il (الفعل) akan tetapi tidak dapat menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).

Isim Fi’il ada 3 macam:

Isim Fi’il Madhi menunjukkan arti seperti Fi’il Madhi 
(Kata kerja bentuk lampau). Contoh:

هَيَهَاتَ (Haihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ

jauh, jauh sekali 
(dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu

شَتَّانَ (Syattaanah) menunjukkan arti “Telah terpisah/bercerai-berai”

Isim Fi’il Mudhari’ menunjukkan arti seperti Fi’il Mudhari’ (Kata kerja bentuk sedang atau akan). Contoh:

وَيْ (Waeh)menunjukkan arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.
وَىْ كَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Aduhai benarlah, 
tidak beruntung 
orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)

أُفٍّ (Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesah/saya menggerutu/cih,cis”.

فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ

maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”

Isim Fi’il Amar 
menunjukkan arti seperti Fi’il Amar (Kata perintah). Contoh:

صَهْ (Shoh!) menunjukkan arti “Diamlah!” آمِيْن (Aamien) menunjukkan arti “Kabulkanlah!”
[4/4 04:06] Aing: Pembagian Isim Fi’il 
ada 2 :

Isim Fi’il Murtajal 
adalah Kalimah yang mana pembawaan awal pemakaiannya sebagai 
Isim Fi’il. 

Sebagaimana pada contoh-contoh diatas.

Isim Fi’l Manqul 
adalah Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim Fiil, kemudian ditukil menjadi Isim Fi’il.

Baik penukilan itu berupa Jar-majrur.
Semisal عَلَيْكَ (‘Alaiek) “Harus”, إِلَيْكَ (Ilaiek) “Ambillah” dll.

Atau berupa Zharaf
Semisal دُوْنَكَ (Duunak) “Ambillah” , مكانَكَ (Makaanak) “Tetaplah pada tempatnya,   أمامَكَ (Amaamak) “Majulah”, وراءِكَ (Waraa’ik) “Mundurlah”. dll.

Atau berupa Masdar
Semisal  رُوَيْدَ (Ruwaieda) “Segan” بَلْهَ (Balhah) “Cuek”. dll.

Penggunaan Isim Fiil 
tetap dalam satu bentuk keadaan, 
baik untuk tunggal, dual, jamak, 
atau baik untuk male, female. 
Kecuali jika penggunaannya menggunakan huruf Kaf (ك) maka 
dapat berubah tergantung keadaan pada kata ganti/Dhamir. 
semisal عَلَيْكُنَّ, عَلَيْكُمْ, عَلَيْكُمَا, عَلَيْكِ, عَلَيْكَ

Status Isim Fi’il 
adalah Sima’i (سماعي) kalimah bangsa pendengaran, 
artinya bawaan dari orang Arab. 

Kecuali ada Isim Fi’il berpola/berwazan  فَعَالَ semisal نَزَالَ, قَتَالَ 
maka yang seperti ini, diqiyaskan kepada 
tashrif  Fi’il Tsulatsi yang Mutashorrif tanpa Naqish.
[4/4 04:08] Aing: Isim Aswat أسماء الأصوات

Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il, 

artinya tetap menggunakan satu bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna, beramal 

tapi tidak dapat diamali, 
baik untuk tunggal, dual, jamak, male dan female.

Isim Aswat 
ada 2 kategori:

1. 
Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berbicara 
(seperti anak kecil). 
contoh:

هَيْدٌ “Haid!” atau هَاد “Haad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar kencang.

هُسْ “Hus” dipakai untuk menghalau Kambing.

كَِخْ كَِخْ “kakh-kakh” dipakai untuk mencegah anak kecil. Dll

2. 
Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau 
benda mati dll. 

contoh:

غاق “Ghaaq” suara burung gagak.

طق “Thaq” suara batu jatuh.

قب “Qabb” suara pukulan pedang. dll

semua Isim Aswat 
adalah Sima’iy bawaan 
dari orang Arab.
[4/4 04:28] Aing: PENTING UNTUK DIKETAHUI…!

Tidak musti semua 
kalimah fi’il mujarrad 
bisa diberlakukan untuk 
fi’il mazidnya, 

contoh: لَيسَ، “bukan” خَلا “selain” 
dan semisalnya dari semua fi’il Jamid. 

Begitupun sebaliknya 
tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk mazid 
bisa berlaku untuk 
bentuk mujarradnya, 

contoh: اجْلَوَّذَ, “tergesa-gesa” اعْرَنْدَى “mengeras” dan semisalnya dari fi’il-fi’il 
yang berwazan افْعَوَّلَ 
atau افْعَنْلَى . 

Begitupun juga tidak musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa dipakai 
bentuk fi’il Mazid yang lain, 

akan tetapi semua pemakaian bentuk kalimah terlaksana secara sima’i atau bawaan bangsa Arab. Kecuali sebagai pelainan, yaitu 
untuk Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang akan kita Muta’addikan dengan cara memasang Hamzah pada awal kalimah, 

misalnya: خَرَجَ “keluar” dimuta’addikan 
menjadi أَخْرَجَ “mengeluarkan”.

Bilamana pada fi’il madhi itu berpola wazan فَعَل 
(‘ain fi’ilnya berharkah fathah), 
maka dapat dipastikan bahwa 
bentuk fi’il mudhari’nya berwazan antara يَفْعَلُ 
atau يَفْعُلُ 
atau يَفْعِلُ. 
(‘ain fi’ilnya berharkah fathah/dhammah/kasrah). 

Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعِل 
(‘ain fi’ilnya berharkah kasrah), 
maka dapat dipastikan bahwa 
bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعَلُ atau jarang berwazan يَفْعِلُ 
(‘ain fi’ilnya berharkah fathah/kasrah) saja. 

Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعُل 
(‘ain fi’ilnya berharkah dhammah), 
maka dapat dipastikan bahwa 
bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعُلُ 
(‘ain fi’ilnya berharkah dhammah) saja.

Wazan-wazan fi’il 
bangsa 3 huruf 
yang paling banyak ditemukan dalam penggunaanya menurut urutannya 
adalah sebagai berikut: 

pertama yang paling banyak ditemukan adalah 
kalimah fi’il berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ , berikutnya wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ , kemudian wazan فَعَلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ , 

hingga yang paling jarang yaitu berpola wazan فَعِلَ
     – يَفْعِلُ.

Untuk mengamati 
wazan kalimah bagsa 
3 huruf, 
perlu diperhatikan adalah bentuk wazan fi’il madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan, dikarenakan berbeda-bedanya 
bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan fi’il madhi. 

Dan ada juga yang cukup memperhatikan 
bentuk Fi’il Madhinya saja, yaitu 
untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi 
dengan 
satu bentuk fi’il mudhari tanpa berbeda-beda, 
seperti wazan فَعُلَ 
dengan 
satu bentuk fi’il mudhari’ يَفْعُلُ.

Ketentuan 
kalimah fi’il tsulatsi 
dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6 wazan tsulatsi mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari orang arab. 

Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara kaidah-kaidah. 

Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan melihat kaidah-kaidah berikut ini:

Untuk Fi’il Madhi 
yang ‘ain fi’ilnya berharkah fathah, 

apabila huruf awalnya 
(fa’ fi’ilnya) terdiri dari 
huruf hamzah atau wau, maka 
lazimnya banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ 

contoh: أسَر – يأسِر | أتَى – يأتِي | وعَد – يعِد 

dan tidak lazim seperti contoh: أخَد – يأخُذُ | أكَل – يأكُل | أمَر – يأمُر .

Apabila fi’il madhinya termasuk 
kalimah bina’ Mudha’af yang Muta’addi, 
maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ 

seperti contoh:
 مدَّ – يمُدُّ | صَدَّ – يصُدُّ dan apabila terdiri dari 
Bina’ Mudha’af Lazim 
maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ 
seperti contoh
:خّفَّ – يخِفّ | شدَّ – يشِدّ .

Apabila fi’il madhinya termasuk 
kalimah bina’ Ajwaf ya’iy atau 
bina’ Naqish ya’iy, 
maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti
: باع – يبيع | رمَى – يرمِي

dan bilamana termasuk 
bina’ ajwaf wawi atau Naqish wawi, 

maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ 
seperti
: قَام – يقُوم | دعَا – يدعُو . dll.

Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ 
semuanya adalah 
fi’il lazim. kata kerja 
seperti wazan ini adalah menunjukkan tabi’at/sifat/watak. 
seperti contoh
:  ظرُف – فضُل – حسُن – قبُح “cerdas” – “utama” – “bagus” – “jelek”. dll.

Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ  
apabila ia Lazim, 
maka sering menunjukkan tentang kebahagiaan atau kesusahan. 
contoh:
 طَرِبَ “bingung” فَرِحَ “gembira” حَزِنَ “sedih”. atau sering menunjukkan tentang Berisi atau Kosong seperti شبِعَ “kenyang” عطِش “haus”. atau banyak menunjukkan tentang cacat atau sempurna. contoh عَمِشَ “trahum/mata kabur/min” غيِدَ “bengkok/miring” dll.

semua fi’il yang berwazan فَعَلَ – يَفْعَلُ 
dapat dipastikan 
‘Ain fi’il atau lam fi’il-nya terdiri dari huruf Halaq 
(ح – خ – ع – غ – هـ – أ). contoh:
 فتَح – نشَأ
 dll.