[19/3 02:55] Aing: BAB :
ISIM-ISIM YANG HARUS DINASHABKAN
( اَلْمَنْصُوْبَاتُ )
[20/3 01:55] Aing: Kapan
isim-isim itu harus dinashabkan ?
Isim-isim
harus
beri’rob nashab,
apabila :
(1) Menjadi Maf’ul bih,
(2) menjadi Shifat dari
Maushuf yang
beri’rob nasab,
(3) menjadi Maf’ul li Ajlih,
(4) apabila menjadi
Isimnyaكَانَ atau
saudara-saudaranya,
(5) apabila menjadi
khobarnyaإنَّ atau
saudara-saudaranya.
(6) menjadi Tamyiz,
(7) menjadi Khal,
(8) menjadi Maf’ul Fih,
(9) menjadi Munada Idhofah,10) apabila menjadi
Maf’ul Ma’ah,
11) menjadi Mashdar /
Maf’ul Muthlaq,
12) menjadi Mustatsna
[20/3 01:58] Aing: 1. MAF’UL BIH (اَلْمَفْعُوْلُ بِهِ )
Obyek penderita = ing…….
A. Pengertiannya
Dalam bahasa Indonesia maf’ul bih
disebut dengan
obyek penderita
atau
yang dikenai pekerjaan.
Yaitu
isim yang jatuh setelah fi’il dan merupakan obyek
( yang menjadi sasaran)
dari
fi’il itu.
Maf’ul bih
harus dii’robi nashab,
dalam penerjemahan bahasa Jawa,
biasa diterjemahkan dengan ing..
Perhatikan contoh-contoh
di bawah ini.
(قَرَأَ)Wus maca,
sopo (زَيْدٌ) Zaid ,
( اَلْكِتَابَ) ing kitab.
(Zaid telah membaca kitab) قَرَأَ زَيْدٌ اَلْكِتَابَ
(كَتَبَتْ)Wus nulis, sopo ( فَطِيْمَةُ) Fathimah,( الدَّرْسَ) ing pelajaran (Fatimah telah menulis pelajaran) كَتَبَتْ فَطِيْمَةُ الدَّرْسَ
(نَصَرْتُ) Wus nulungi sopo ingsun, (هُمْ) ing deweke kabeh (Aku telah menolong mereka) نَصَرْتُهُمْ
[20/3 02:02] Aing: I’rabnya :
• Lafadz اَلْكِتَابَ
adalah
isim mufrod mudzakkar,
i’robnya nasab,
karena menjadi
maful bih dariقَرَأ َ
tanda nashabnya dengan
fatkhah
karena ia isim mufrod.
• Lafadz الدَّرْسَ
adalah
isim mufrod mudzakkar,
I’robnya nashab
karena mehjadi maf’ul bih,
tanda nashabnya dengan
fatkhah.
• Lafadz هُمْ
adalah
isim dhomir muttashil,
i’robnya nashab
karena menjadi maf’ul bih,
tanda nashabnya mabni
(ajeg)
[20/3 02:06] Aing: B. Beberapa kaidah
yang berkaitan dengan
Maf’ul Bih.
1. Maf’ul bih
tidak harus
berupa kalimah isim.
Adakalanya, kalimah fi’il
atau bahkan jumlah,
bisa juga menduduki
posisi maf’ul bih.
Pokoknya,
setiap yang cocok
dibaca ING,
berarti maf’ul bih.
Contoh :
(وَاسْأَلْ) Lan nyuwuna sopo sira, (رَبَّكَ) ing Pangeranira, (أَنْ يَرْزُقَ) ing supaya ngrezekeni sopo Pangeranira,(كَ) ing sira, (وَلَدًا) ing anak (صَالِحًا) kang sholih (dan mintalah kamu kepada Tuhanmu agar dia merizqikan kepadamu seorang anak yang sholih) وَاسْأَلْ رَبَّكَ أَنْ يَرْزُقَكَ وَلَدًا صَالِحًا
(أَشَهَدُ) Nyekseni sopo ingsun, ing (أَنَّ مُحَمَّدًا) setuhune utawi Muhammad SAW iku(رَسُوْلُ اللهِ) utusanipun Allah. (Saya bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah Rasul Allah) أَشَهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Susunan kalimah أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
adalah jumlah ismiyah,
yang menduduki
posisi i’rob nasab,
karena menjadi maf’ul bih.
Adakalanya
maf’ul bih didahulukan
dari fa’ilnya.
[20/3 02:06] Aing: Contoh:
ضَرَبَ Wus mukul كَ ing sira , sapa زَيْدٌ Zaid (Zaid telah memukulmu) ضَرَبَكَ زَيْدٌ
إِيَّاكَ ing Panjenengan (duh Allah), نَعْبُدُ nyembah sopo kula sedaya, وَإِيَّاكَ lan ing Panjenengan, نَسْتَعِيْنُ nyuwun pitulungan sapa kula sedaya (Hanya kepadaMu (ya Allah) kami semua menyembah, dan hanya kepadaMu kami minta tolong) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
[20/3 02:15] Aing: 2. Suatu fi’il,
kadang butuh
2 atau 3 maf’ul.
Contoh:
عَلَّمْتُ mulang sopo ingsun كَ ing sira, عُلُوْمَ الدِّيْنِ ing ilmu-ilmu agama (Aku mengajarkanmu ilmu-ilmu agama) عَلَّمْتُكَ عُلُوْمَ الدِّيْنِ
سَاَلْتُ takon sopo ingsun اْلاُسْتَاذَ ing guru, مَسْاَلَةً ing masalah (Aku bertanya kepada guru, suatu masalah) سَاَلْتُ اْلاُسْتَاذَ مَسْاَلَةً
Tentang fi’il-fi’il
yang membutuhkan
2 atau 3 maf’ul ini,
nanti akan dibicarakan dalam bab tersendiri.
Keterangan :
Pada contoh-contoh di atas, semua kalimah yang digaris bawahi, adalah kalimah-kalimah yang menduduki posisi
‘maf’ul bih’.
Oleh karena itu
harus dinashabkan’ dan harus diterjemah dengan ING.
Penting untuk diketahui, bahwa yang memiliki
maf’ul bih
bukan hanya fi'il saja,
akan tetapi
isim fa'il
kadang juga membutuhkan maf'ul,
misalnya : انّ اللهَ بَالِغٌ أَمْرَهُ.
Isim masdar,
kadang juga membutuhkan maf'ul.
misalnya : ولَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ. Pendeknya yang cocok dibaca ING,
maka itu maf'ul bih.
baik jatuh setelah fi'il maupun setelah isim.