Kamis, 07 April 2022

TUDUH NU BUKTI AWAL RAMADHAN 1443 H

[15/3 02:32] Aing: 


Menentukan 
isim, 
fi'il, dan 
huruf 
surat al-fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيِمِ

بِ = harf/huruf jar

اسْمٌ = isim, 
ia majrur menjadi اِسْمِ  karena 
didepannya 
ada huruf jar بِ

اللَّهِ 
isim, 
ia majrur 
karena
 mudhaf ilaih, 
tanda majrurnya dengan kasrah.

الرَّحْمَنِ
isim, 
ia majrur
karena shifah, 
tanda majrurnya dengan kasrah.

الرَّحِيِمِ
isim, 
ia majrur 
karena shifah, 
tanda majrurnya dengan kasrah.


=====================================
Untuk mengulang pelajaran tentang 
idhafah 
(mudhaf-mudhaf ilaih), 
baca di link ini:
http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2017/10/al-mudhaafu-kitab-tashiilun-nahwi.html
============================
[15/3 02:34] Aing: الحَمْدُ للَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

الحَمْدُ =
isim, 
ia marfu', 
tandanya marfu' dengan dhammah.

لِ =
 huruf jar

اللّهِ  =
isim, 
ia majrur 
karens 
didahului huruf jar لِ , 
tanda majrurnya dengan kasrah.

رَبِّ =
isim, 
ia majrur karena badal, tandanya majrur adalah kasrah.
[18/3 20:43] Aing: بسم الله الرحمن الرحيم
[23/3 18:36] Aing: Irob :

ﺑِﺴْﻢِ = Susunan Jar majrur,

ﺍﻟﺒﺎﺀ = huruf jar

ﺍﺳﻢ = majrur dengan huruf ba'. tanda i'robnya dengan harokat kasroh yang terang, karena isim mufrad.

ﺍﻟﻠَّﻪِ = menjadi mudhof ilaih yang di jarkan. tanda jarnya adalah dengan harokat kasroh.

ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ : Na’at pertama dari lafadz Jallalah, mengikuti lafadz ﺍﻟﻠّﻪ tanda i’robnya adalah harokat kasroh.

ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ : Na’at kedua dari lafadz Jallalah, mengikuti lafadz ﺍﻟﻠّﻪ . tanda i’robnya adalah harokat kasroh.

ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌﺎﻟَﻤِﻴﻦ َ

Irob:

ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ = Mubtada yang dibaca rofa’, tanda i’robnya rofa'nya dengan harokat dhommah karena isim mufrad.

ﻟِﻠَّﻪِ = Susunan Jar Majrur, ta’aluq pada lafadz yang dibuang (khabar mubtada), taqdirannya adalah lafadz ﺛﺎﺑﺖ atau ﻭﺍﺟﺐ .

ﺭَﺏِّ = Na’at bagi lafadz ﺍﻟﻠَّﻪِ, yang mengikuti irob jer, dan tanda i’robnya adalah kasroh karena isim mufrad munshorif.

ﺍﻟْﻌﺎﻟَﻤِﻴﻦ = Mudhaf ilaih yang dibaca jar, tanda jarnya adalah dengan huruf ya karena merupakan mulhaq jamak mudzakar salim.

ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢ

Irab:

ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ : Na’at pertama dari lafadz ﺍﻟﻠّﻪ. mengikuti lafadz ﺍﻟﻠّﻪ dalam i’rob jar, adapun tanda i’robnya dengan harokat kasroh

ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ : Na’at kedua dari lafadz Jallalah / ﺍﻟﻠّﻪ pada ayat kedua, mengikuti lafadz ﺍﻟﻠّﻪ dalam i’rob jar, tanda i’robnya dengan harokat kasroh

ﻣﺎﻟِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ

I’rob

ﻣﺎﻟﻚ : Na’at dari lafadz ﺍﻟﻠّﻪ pada ayat yang kedua dengan i'rab jar. tanda jarnya dengan harokat kasroh karena isim mufrod.

ﻳﻮﻡ : Mudhof Ilaih yang dibaca jar. Tanda jarnya dengan harokat kasroh karena isim mufrod.

ﺍﻟﺪﻳﻦ : Mudhof ilaih yang dibaca jar. tanda jarnya dengan harokat kasroh karena isim mufrod.

ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦ ُ

I’rob

ﺇﻳّﺎﻙ : Dhomir bariz munfashil mabni fathah, berada pada tempat nashob (fii mahalli nashbin). kedudukannya menjadi maf’ul bih yang didahulukan dari fi’ilnya.

ﻳّﺎ : Dhomir bariz munfashil mabni fathah

ﺍﻟﻜﺎﻑ : Huruf Khitab (menunjukkan orang yang diajak bicara/orang kedua)

ﻧﻌﺒﺪ : Fiil mudhari' yang dibaca rofa’, tanda rofa'nya dengan harokat dhammah. Failnya tersimpan yaitu lafadz ﻧﺤﻦ.

ﺍﻟﻮﺍﻭ : huruf athof

ﺇﻳّﺎﻙ : Dhomir bariz munfashil mabni fathah, berada pada tempat nashob (fii mahalli nashbin). kedudukannya menjadi maf’ul bih yang didahulukan dari fi’ilnya.

ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ : Fiil mudhari' yang dibaca rofa’. Failnya tersimpan yaitu lafadz ﻧﺤﻦ.

ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ : Jumlah Fi’liyah yang tidak punya mahal i’rob, karena jatuh dalam permulaan kalam.

ﺇﻳﺎﻙ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ : Jumlah Fi’liyah yang di’athofkan pada jumlah yang tidak punya mahal i’rob ﺇﻳﺎﻙ ﻧﻌﺒﺪ

ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢ

I’rob

ﺍﻫﺪ : Fiil amar. mabninya membuang hurf ilat ya. Failnya adalah dhomir tersimpan yaitu lafadz ﺃﻧﺖ

ﻧﺎ Domir Muttashil mabni sukun, berada pada mahal nashob dan menjadi maf’ul bih.

ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ : Maf’ul bih dua yang dibaca nashab. tanda nashabnya adalah fathah.

ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ : Na’at dari lafadz ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ , yang dibaca nashab karena mengikuti i’rob lafadz ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ , tanda nashabnya adalah fathah.

ﺻِﺮﺍﻁَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﻧْﻌَﻤْﺖَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻤَﻐْﻀُﻮﺏِ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻻ ﺍﻟﻀَّﺎﻟِّﻴﻦ

I’rob

ﺻﺮﺍﻁ Menjadi Badal dari lafadz ﺻﺮﺍﻁ yang pertama, mengikuti dalam i’rob nashob, tanda nashabnya dengan harokat kasroh karena isim mufrod

ﺍﻟﺬﻳﻦ Isim maushul mabni fathah, berada pada mahal Jar/Tempat I’rob Jer. menjadi mudhof ilaih.

ﺃﻧﻌﻤﺖ Fi’il madhi mabni sukun, karena bertemu dengan domir mutaharrik yang dibaca rofa'.

ﺍﻟﺘﺎﺀ Dhomir muttashil mahal rofa’, kedudukannya menjadi fail

ﻋﻠﻴﻬﻢ

ﻋﻠﻰ Huruf jar

ﺍﻟﻬﺎﺀ domir muttashil mabni kasroh mahal jar/berada pada tempat jar, karena dijarkan denga huruf ﻋﻠﻲ

ﺍﻟﻤﻴﻢ Huruf yang bermakna jamak mudzakar

ﻏﻴﺮ Badal dari isim maushul (ﺍﻟﺬﻳﻦ ), mengikuti dalam i’rob jar.

ﺍﻟﻤﻐﻀﻮﺏ Mudhof ilaih yang dibaca jar, tanda jarnya dengan harokat kasroh karena isim mufrod

ﺍﻟﻮﺍﻭ Huruf athof

ﻻ Zaidah, untuk memperkuat nafi lita’kidi nafyi

ﺍﻟﻀﺎﻟّﻴﻦ Ma’thuf dengan huruf wawu yang dibaca jar. tanda i’rob jernya adalah ya karena jamak mudzakar salim.
[23/3 19:04] Aing: 19 Contoh Isim 
Di Dalam Surah Al Fatihah Berikut Penjelasan Dan Artinya


Isim Di Dalam 
Surat Al Fatihah. 
Untuk memperlancar pemahaman mengenai 
isim, fiil, dan huruf, 
maka perlu mencari jenis-jenis kalimat tersebut baik di dalam 
Al Quran maupun Hadits.




 




Isi Tulisan Ini Adalah:

Tulisan Arab 
Surah Al Fatihah Lengkap

Surat Al Fatihah 
adalah surat pertama di dalam Al Quran yang terdiri dari 7 ayat. 
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa Al Fatihah ada 7 ayat.

Perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah, apakah basmalah termasuk bagian dari Fatihah atau bukan.

Di dalam Madzhab Syafi’i, Basmalah adalah ayat pertama dari Surat Al Fatihah.

Berikut ini tulisan arab Surah Al Fatihah dari ayat pertama sampai ke tujuuh.


 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1)

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2)

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3)

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Isim 
Di Dalam Surat Al Fatihah

di dalam artikel 
apa itu isim dan 
apa itu fiil, 
bahwa 
kalimah isim 
jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 
adalah 
kata benda, 
bisa berakal maupun 
tidak berakal, 
bisa hidup atau pun 
mati.

Untuk menentukan 
suatu kata di dalam 
bahasa arab termasuk 
isim, fiil atau huruf, 
yaitu dengan 
mengetahui artinya 
dan 
melihat tanda-tandanya.

Tanda-tanda isim 

5 ciri-ciri isim 
di kitab alfiyah.

Setelah membaca tanda-tanda isim, 
maka akan lebih mudah untuk mengidentifikasi, manakah di surat al fatihah ini yang termasuk isim.

Berikut ini penjelasannya secara lengkap:

1. اسم (Ismun)
Di ayat pertama dari 
surat al fatihah, 
di bagian 
basmalah, 
kalimat isim yang pertama adalah lafadz اسم 
yang didahului oleh 
huruf jer بِ.

Tanda-tanda isim 
salah satunya adalah 
bisa dimasuki oleh huruf jer, sehingga lafadz ismun termasuk ke dalam 
kalimat isim.

ismun artinya nama.

Mengapa setelah digabung dengan bi, 
tulisannya menjadi بِسْمِ  (tanpa hamzah)? 
bukan بِاسْمِ 
(dengan hamzah)?

Hal ini dikarenakan, 
lafadz بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ sering digunakan sehingga penulisannya tidak memakai hamzah.

Berbeda dengan di ayat lainnya, 
misalkan 
di surat Al Alaq, 
tertulis اقرأ باسم ربّك الذى خلق.

2. اللَّهِ (Allah) Ada Di Ayat Pertama Dan Kedua ⇒ Lafdzul Jalalah

Jika dikaitkan dengan ciri-ciri isim, 
lafadz Allah 
di sini menjadi mudhaf ilaih dari 
lafadz ismun 
yang berkedudukan i’rab jer karena 
menjadi mudhof ilaih.

Tanda i’rabnya berupa kasrah.

Namun, untuk menjaga adab, maka 
lafadz Allah 
meskipun memenuhi ciri-ciri isim, 
kita menyebutnya dengan Lafdzul Jalalah.

Lafdzul jalalah ini 
adalah paling ma’rifatnya isim ma’rifat.

Lafadz Allah 
selanjutnya ada 
di ayat kedua, 
yaitu 
di kata لِلَّهِ .

Kata لِلَّهِ  
merupakan gabungan dari huruf لِ dan isim الله 
yang ditulis لِلَّهِ . 
Allah di sini menjadi 
kalimat isim.

3. Ar-Rahman (الرَّحْمَنِ )
Tanda isimnya 
berupa adanya al (alif lam).

Itulah mengapa disebut sebagai kalimat isim, 
karena ada al di sana.

Selain itu, tanda lainya adalah, 
dibaca jer, 
karena menjadi na’at 
dari Allah yang dibaca jer.

Lafadz ini ada di ayat ke 3 juga dari surat al fatihah.

Arrahman 
artinya Yang Maha Pengasih (di dunia dan akhirat).

4. Ar-Rahim (الرَّحِيمِ )
Mirip dengan arrahman, lafadz الرَّحِيمِ 
bisa kita ketahui sebagai isim 
di surat al fatihah 
ayat pertama dan ketiga karena 
ada alif lam 
di sana.

Dan juga dibaca jer 
dengan tanda jarnya berubah kasrah.

Ar-rahim 
artinya 
Yang Maha Penyayang (hanya untuk di akhirat saja).

5. Rabbi (رَبِّ)

Rabbi bisa kita ketahui sebagai isim 
di dalam surat al fatihah karena 
dibaca jer, 
dengan tanda jernya 
berupa kasrah.

Dibaca jer 
karena menjadi 
badal dari Allah.

Salah satu ciri isim 
adalah 
bisa dijerkan.

Rabbi 
artinya 
Tuhan (Yang Berhak Disembah)

6. Al ‘Alamin (الْعَالَمِينَ)

Isim di dalam 
surat al fatihah lainnya adalah الْعَالَمِينَ 
yang bisa diketahui dari tandanya yaitu 
adanya al.

Selain itu, الْعَالَمِينَ 
juga dibaca jer 
karena menjadi mudhof ilaih dari lafadz 
rabbi.

Sehingga bisa kita pastikan, lafadz الْعَالَمِينَ 
adalah salah satu 
kalimat isim 
di surah al fatihah.

Al ‘Alamin 
artinya 
alam semesta.

7. مَالِكِ (Maaliki)
Maliki 
adalah 
isim fa’il dari fiil madhi مَلَكَ .

Selain dari artinya, 
kita juga bisa melihat 
lafadz maliki ini 
menjadi mudhof 
dari lafadz yaum.

Karena menjadi mudhof, maka dia adalah 
kalimat isim.

Maaliki 
artinya pemilik.

8. Yaum (يَوْمِ )

Lafadz يَوْمِ  
menjadi mudhof ilaih 
dari maaliki 
sehingga kalimat ini 
dibaca jer 
dan menjadi salah satu ciri dari isim yaitu jer.

Selain menjadi mudhof ilaih, yaum juga menjadi 
mudhof 
dari lafadz ad-diin.

Yaum 
artinya hari.

9. Ad-Diin (الدِّينِ )
الدِّينِ adalah kalimat isim, diketahui dari adanya alif lam yang ada di sana.

Ciri isim 
adalah 
bisa dimasuki alif lam.

الدِّينِ juga dibaca jer karena menjadi mudhaf ilaih dari yaum.

Ad-diin 
artinya agama.

10. إِيَّاكَ (Iyyaka)
Iyyaka 
adalah 
dhamir bariz munfashil manshub, 
yang merupakan salah satu dari 
12 dhamir munfashil mansub 
di dalam ilmu nahwu.

Dhamir 
merupakan salah satu jenis isim.

11. Na (نَا) 
Pada Lafadz Ihdinaa

Na (نَا) di sini 
adalah 
dhamir muttashil mabni yang berkedudukan 
i’rab nashob 
karena menjadi 
maf’ul bih.

Dhamir 
adalah salah satu jenis isim di dalam ilmu nahwu.

Naa 
artinya kami.

12. Ash-Shiratha (الصِّرَاطَ )
Ciri-ciri isim yang melekat padanya adalah 
adanya al.

Lafadz الصِّرَاطَ 
dibaca nashob 
karena 
menjadi maf’ul bih tsani (objek kedua) 
dari 
kata kerja ihdi ( اهْدِ).

Ash-shirotho 
artinya jalan.

13. Al Mustaqim (الْمُسْتَقِيمَ )
Isim di surah al fatihah ini ditandai dengan adanya 
al atau alif lam.

Dibaca idzhar, al, 
karena termasuk dari 
14 huruf idzhar qomariyah.

Berbeda dengan ash-shiratha yang dibaca idgham syamsiyah.

Al mustaqim 
menjadi na’at (sifat) 
dari ash-shirotho 
sehingga dibaca nashab karena 
man’utnya juga nashab.

Al mustaqim 
artinya jalan yang lurus.

14. Shiratha (صِرَاطَ )
Menjadi badal 
dari shiratha sebelumnya, dan dibaca nashab, 
sesuai dengan 
mubdal minhunya.

Tanda nashabnya menggunakan 
fathah.

Lafadz ini menjadi mudhaf dari lafadz 
alladzina.

Shirotho 
artinya jalan.

15. Alladzina (الَّذِينَ )

Lafadz الَّذِينَ  
adalah salah satu dari jenis isim maushul.

Nah di sini pentingnya 
untuk 
menghafal jenis-jenis isim.

Tidak semua isim 
bisa diketahui dari tandanya.

Ada isim-isim 
yang tidak memiliki tanda, salah satunya 
isim maushul ini, 
tidak masuk ke tanda-tanda isim 
yang telah kita sebutkan.

Tapi kita tahu kalau الَّذِينَ  adalah 
salah satu bagian 
dari 
isim maushul.

16. Him (هِمْ) 

Di Lafadz (عَلَيْهِمْ)
Dibaca him, 
bukan hum, 
karena 
harakat huruf sebelumnya berupa 
ya sukun.

Sehingga dibaca ‘alaihim.

على adalah huruf jer sehingga هِمْ di sini berkedudukan i’rab jer.

Di dalam kitab jami’ud durus al arabiyah, 
dhamir muttashil 
yang sesungguhnya adalah huruf ha’ pada lafadz هِمْ .

Sedangkan huruf mimnya adalah 
huruf jamak mudzakkar.

Him/hum berarti mereka.

17. Ghairi (غير)

Ghairu berkedudukan sebagai 
badal dari 
isim maushul alladzina 
yang dibaca jer, 
dan menjadi ciri dari isim.

I’rab jer menjadi ciri khas dari isim 
sehingga yang beri’rab jer tidak mungkin kalimat fiil.

Ghairi 
berarti selain.

18. Maghdhubi (الْمَغْضُوبِ)

Dibaca jer 
karena menjadi mudhof ilaih dari ghairi, 
serta ada al di situ 
sehingga dipastikan ini adalah 
kalimat isim 
di surah al fatihah.

Al Maghdhubi 
artinya yang dimurkai.

19. Adh-Dhaallin (الضَّالِّينَ )
Ciri isimnya 
adanya al 
dan 
dibaca jer.

Dibaca jer 
karena 
ma’thuf kepada 
al maghdhubi, 
dengan 
huruf ‘athaf wawu (وَ).

Adh-dhaallin 
artinya orang yang tersesat.

Secara ringkas, 
lihat tulisan yang saya beri warna merah, itu semua adalah kalimat isim di dalam surah al fatihah.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)



Kesimpulan
Jumlah kalimah isim yang ada di dalam 
surah al fatihah 
saya ringkas menjadi 19 karena ada beberapa kata yang sama persis.

Kecuali shiratha, 
saya pisahkan, 
karena satu pakai al dan satunya gak pakai al.

Demikian kumpulan 
kalimat isim 
yang ada di dalam 
surat al fatihah ayat 1-7 berikut penjelasan lengkap dan artinya.
[23/3 19:34] Aing: I’rab Surah Al-Fatihah Dilengkapi Tafsir
[23/3 19:42] Aing: 1. I’rab Surah Al-Fatihah Ayat 1-7 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢) الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (٧) Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang (1) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2), Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (3), Yang menguasai Hari Pembalasan (4), Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan (5), Tunjukilah kami jalan lurus (6), (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (7).”
[23/3 19:49] Aing: I’rab Ayat: الْحَمْدُ: مبتدأٌ مرفوع وعلامة رفعهِ الضّمة الظاهرة على آخره 

Alhamdu 
berperan sebagai mubtada dalam keadaan rafa’ 
dengan tanda dhammah 

dzahirah Zaid Bin ‘Ali membacanya dengan dinashabkan ( الْحَمْدَ) 
karna dianggap maf’ul bih dari fi’il 
yang diperkirakan 
yaitu (أَحْمَدُ). 

Lihat Tafsir Ibnu ‘Atiyah 1/103 لِلَّهِ: اللام: حرفُ جرّ مبنى على الكسر لا محل له من الإعراب، ومعنى لام الجر لاستحقاق أي الحمد مستحق لله –  الله: لفظ الجلالة، اسم مجرور باللّام وعلامة جرّه الكسرة، وشبه الجملة “الجار والمجرور متعلقان بمخدوف فى محل الرفع خبر المبتدأ التقدير الحمد واجب لله 

Huruf lam pada lafadz Allah bermakna Istihqaq, 
Artinya, 
hanya Allah Ta’ala 
yang berhak dipuji 
oleh hamba-Nya 

Macam-Macam Huruf Lam dan Fungsinya رَبِّ: نعتٌ مجرورٌ وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة، وهو مُضاف 

Kata رَبِّ berperan sebagai na’at dari lafadz الله 
dalam keadaan majrur dengan tanda kasrah 
sebab mengikuti man’utnya dan dia juga sedang idhafat menjadi mudhaf 

Kata رَبِّ 
berasal dari رَابِبٌ,.

dimana huruf alif dibuang dengan alasan lafadz ini sering digunakan dan tdk asing. 

Lalu kedua huruf الباء diidghamkan (disatukan) menjadi رَبِّ الْعالَمِينَ: مضافٌ إليه مجرور وعلامة جره الياء نيابة عن الكسرة لأنه ملحة بجمع مذكّر سالم والإضافة من إضافة اسم الفاعل لمفعوله وفاعله ضمير مستتر تقديره هو، والجملة الاسمية “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ” لا محل لها من الإعراب لأنها ابتداءية 

Lafadz الْعالَمِينَ 
mudhaf ilaih majrur, tandanya huruf الياء 
sebagai ganti dari pada tanda kasrah 
sebab الْعالَمِينَ 
termasuk 
mulhaq jamak mudzakkar salim 

Susunan seperti “رَبِّ الْعَالَمِينَ” disebut dengan 
Idhafat isim fa’il 
kepada maf’ulnya. 

Jumlah ismiyyah “الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ” 
tidak memiliki posisi ‘irab sebab merupakan kalimat permulaan. 

Lihat referensi: السمين الحلبي, الدر المصون في علوم الكتاب المكنون، ج١,ص٤٤ الرَّحْمنِ: نعتٌ ثانٍ لـ (الله) مجرور وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة الرَّحِيمِ: نعتٌ ثالث لـ (الله) مجرورٌ وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة مالكِ: نعتٌ رابع لـ (الله) مجرورٌ وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة، وهو مُضاف يومِ: مضافٌ إليه مجرورٌ وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة، وهو مُضاف الدِّينِ: مُضافٌ إليه مجرورٌ وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة إِيَّاكَ: ضميرُ نصبٍ مُنفصل مبنى على الفتح في محلّ نصب مفعول به مُقدّم، والكاف: حرف خطاب مَبني على الفتح 

Keterangan: 
Apabila إِيَّاكَ dianggap 
satu kesatuan, 
maka ‘irabnya seperti di atas. 

Namun, apabila dianggap terpisah, 
maka ‘irabnya 
seperti dibawah. إِيَّاكَ : إِيَّا ؛ ضَمِيرٌ مُنْفَصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ فِي مَحَلِّ نَصْبِ مَفْعُولٍ بِهِ مُقَدَّمٍ لِلْفِعْلِ نَعْبُدُ الْكَافُ : حَرْفُ خِطَابٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ لَا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الْإِعْرَابِ Lihat referensi: معانى القرآن لفراء، ج١,ص١٠ نَعْبُدُ: فعلٌ مضارعٌ مرفوعٌ وعلامة رفعهِ الضّمة الظاهرة على آخره لتجرّده من الناصب والجازم، والفاعل: ضميرٌ مستتر وجوبا تقديره نحنُ. والجملة الفعلية لا محل لها من الإعراب لأنها مستأنفة
[23/3 19:54] Aing: ضميرُ نصبٍ مُنفصلٍ مبني على السّكون في محلّ نصب مفعول بهِ مُقدّم، والكاف: حرفُ خطابٍ مَبني على الفتح نَسْتَعِينُ: فعلٌ مضارعٌ مرفوع وعلامة رفعه الضّمة الظاهرة على آخره لتجرّده من الناصب والجازم، والفاعل: ضمير مستتر وجوبا تقديره نحن Keterangan : Lafadz إِيَّاكَ didahulukan dari نَعْبُدُ dan نَسْتَعِينُ memiliki faidah Ikhtishas (الاختصاص) yaitu pengkhususan ibadah dan permintaan tolong hanyalah kepada Allah Ta’ala. Kemudian نَعْبُدُ didahulukan dari نَسْتَعِينُ sebab pertolongan adalah buah dari pada ibadah. Ibadahnya benar, maka Allah janjikan pertolongan di dunia dan akhirat. Benahi terlebih dahulu ibadah kita apakah sudah benar dan sesuai kitab & sunnah, apakah ikhlas lillah atau karna riya, selanjutnya perbanyak berdo’a niscaya akan dikabulkan. قوله: وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ. سورة غافر٦٠ Lihat Tafsir At-Tabari: اعبدوني وأخلصوا لي العبادة دون من تعبدون من دوني من الأوثان والأصنام وغير ذلك ( أَسْتَجِبْ لَكُمْ ) يقول: أُجِبْ دعاءكم فأعفو عنكم Beribadah dengan benar dan ikhlas tanpa menyekutukan dengan cara menyembah berhala dan sejenisnya, niscaya do’a kalian akan dikabulkan dan segala dosa diampuni اهْدِنَا: فعلُ أمرٍ للدّعاء مبني على حذفِ حرف العلّة فى آخره، والفاعل: ضميرٌ مُستترٌ وجوبا تقديرهُ أنت. نا: ضمير مُتّصل مبني على السّكون في محل نصب مفعول به أوّل الصِّراطَ : مفعولٌ به ثانٍ منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة الْمُسْتَقِيمَ: نعتٌ لصراط منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة صِرَاطَ: بدلٌ مطابق من الصراط منصوبٌ وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة، وهو مُضاف الَّذِينَ: اسمٌ موصولٌ مبني على الفتح في محلّ جرّ مضاف إليه أَنْعَمْتَ: فعلٌ ماضٍ مبني على السّكون لاتّصاله بتّاء الفاعل، والتّاء: ضميرٌ مُتّصلٌ مبني على الفتح في محلّ رفع فاعل عَلَيْهِمْ: على: حرف جرّ مبني على السّكون لا محل له من الإعراب، وهم: ضمير مُتّصل مبني على الكسر في محلّ جرّ بحرفِ الجر. والهاء: حرف الدال على جماعة الذكور لا محل له من الإعراب، والجار والمجرور متعلقان ب أَنْعَمْتَ غَيْرِ: نعتٌ مجرورٌ (للّذين) وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة في آخره، وهو مُضاف. وقيل بدل من الذين الْمَغْضُوبِ: مضافٌ إليه مجرور وعلامة جرّه الكسرة الظاهرة عَلَيْهِمْ: مثل الإعراب قبلها وَلَا: الواو: حرفُ عطفٍ مبني على الفتح لا محل له من الإعراب،  لا: حرفُ نفيٍّ مبني على السّكون الضَّالِّينَ: اسمٌ مَعطوفٌ على المغضوب مجرور وعلامة جرّه الياء نيابة عن الكسرة لأنّه جمع مُذكّر سالم آمين : اسم فعل أمر بمعنى استجب وهو مبنى على السكون، وفاعله مستتر وجوبا تقديره أنت
[23/3 19:59] Aing: 2..Kandungan Tafsir Surah 
    Al-Fatihah Ayat 1-7 

Setelah segala sesuatunya diawali dengan 
nama Allah Ta’ala, selanjutnya 
kita mengucapkan 
pujian dan ucapan syukur atas nikmat lahir dan batin kepada 
Allah Sang Pencipta alam dengan 
segala sifat sempurna 
yang dimilikinya. 

Ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang kita dapatkan bersumber dari Allah Ta’ala. 

Kita beriman dan penuh keyakinan bahwa 
Dialah yang menguasai 
hari pembalasan 
yaitu hari dimana 
segala sesuatu tunduk kepada keagungan-Nya. 

Kita berharap nikmat ukrawiyyah 
dan 
kita juga takut 
akan siksaan-Nya. 

Belum selesai dengan pondasi ketauhidan (Iman) atas keesaan Allah Ta’ala pada diri kita, 
kita juga menyempurnakanya dengan tidak melakukan penyekutuan (syirik). 

“kepada Engkau-lah 
kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan” 

Selanjutnya kita mengharapkan hidayah 
agar istiqomah dan 
berada di jalan 
yang diridhoi-Nya. 

“Tunjukilah kami jalan 
yang lurus, 
(yaitu) jalan orang-orang yang telah 
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, 

bukan (jalan) mereka yang dimurkai 
dan 
bukan (pula jalan) mereka yang sesat“.
[23/3 20:06] Aing: 3. Waktu/Tempat Turun 
    Surah Al-Fatihah 

Dari sekian banyaknya pendapat terkait apakah Al-Fatihah Makiyyah atau Madaniyah, 

kita ambil pendapat mayoritas Ulama Tafsir dan Ahlul’ilmi 

bahwa surah Al-Fatihah termasuk Makiyyah dengan dalil : وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ. سورة الحجر ٨٧ 

Dan sungguh kami telah memberikan kepadamu (wahai nabi), 
surat pembuka al-qur’an yaitu 
surat yang berjumlah 
tujuh ayat yang berulang-ulang(dibaca) 
di dalam tiap-tiap shalat. 

Dan kami telah berikan padamu al-qur’an yang agung. حديث أبي بن كعب أنها من أول ما نزل من القرآن وأنها السبع المثاني ، وسورة الحجر مكية بلا خلاف وفيها قوله تعالى : { ولقد آتيناك سبعا من المثاني } “
Hadits Ubay bin Ka’ab bahwa 
al-Fatihah merupakan surah yang diturunkan awal-awal, dan itu adalah as-Sab’ul Matsaniy” وقد صحّت الأحاديث عن النبي صلى الله عليه وسلم الموجودة في كتب التفاسير وأقوال العلماء في أنّ المراد بالسبع المثاني هو فاتحة الكتاب 

Hadist-hadits dari 
Nabi Muhammad 
terkait maksud dari 
Sab’ul Matsaanii 
( السبع المثاني)
yang berada dalam kitab-kitab tafsir 
dan riwayat para ulama semua benar 
yaitu surah Al-Fatihah. 

Dengan demikian, 
surah Al-Fatihah 
termasuk Makiyyah 
sebab ayat ke 87 diatas merupakan bagian dari surah Al-Hijr, 
dimana surah ini disepakati ulama turun di Makah (Makiyyah) روى ابن جرير الطبري بإسناده عن أبي جعفرٍ الرّازيّ، عن الرّبيع بن أنس البكري، عن أبي العالية الرياحي في قول اللّه تعالى: {ولقد آتيناك سبعًا من المثاني} قال: (فاتحة الكتاب، سبع آياتٍ وابن عباس رويت عنه روايتان في المراد بالسبع المثاني أصحّهما التي من طريق عبد الملك بن جريج عن أبيه عن سعيد بن جبير عن ابن عباس أن قال في قول الله تعالى: {ولقد آتيناك سبعاً من المثاني} قال: هي فاتحة الكتاب Sumber: سوكاني، فتح القدير الجامع بين فني الرواية والدراية الحاوي في تفسير القرآن الكريم فصل في كيفية نزول سورة الفاتحة 

Lihat juga: Tafsîr al-Baghawi (I/49) dan Tafsîr al-Qurthubi (I/177)].
[23/3 20:11] Aing: 4. Peristiwa Ketika Surah 
    Al-Fatihah Diturunkan روى عمَّار بن رُزيق عن عبد الله بن عيسى عن سعيد بن جبير عن ابن عباس رضي الله عنهما قال بينما جبريل قاعد عند النبي صلى الله عليه وسلم سمع نقيضا من فوقه فرفع رأسه فقال هذا باب من السماء فتح اليوم لم يفتح قط إلا اليوم فنزل منه ملك فقال هذا ملك نزل إلى الأرض لم ينزل قط إلا اليوم فسلم فقال أبشر بنورين أوتيتهما  لم يؤتهما نبي قبلك: فاتحة الكتاب وخواتيم سورة البقرة لن تقرأ بحرف منهما إلا أعطيته. رواه مسلم وابن أبي شيبة والنسائي في الكبرى وغيرهم 

Dari bnu Abbas ra 
berkata, 
“Ketika Jibril sedang duduk bersama Nabi Saw, 
ia mendengar  
suara gemuruh dari atas 
lalu dia melihat ke atas sambil berkata, 
‘itu adalah pintu langit 
yang terbuka hari ini. Sebelumnya tidak pernah terbuka sama seklai. 
Lalu turunlah malaikat darinya. 
Jibril berkata, 
‘inilah malaikat yang turun dari langit , 
ia belum pernah sama sekali turun ke bumi sebelumnya. 

Lalu sang malaikat mengucapkan salam kemudian berkata, ‘bergembiralah dengan 
dua cahaya yang diberikan kepadamu, 
keduanya belum pernah sama sekali diberikan kepada seorang Nabi sebelum Engkau. 
Yaitu surat Alfatihah dan penutup surat Albaqarah. 

Jika kamu membacanya pasti akan dikabulkan.’ 

(HR. Muslim) 
Surah Al-Fatihah 
merupakan induk Al-Qur’an karena surat ini sebagai pembuka dalam urutan mushaf. 

Hadits diatas 
menunjukan keistimewaan 
surah Al-Fatihah 
yang menyimpan kisah 
luar biasa 
sekaligus kabar gembira bagi Rasul Muhammad 
dan Umat-Nya. 

Al-Fatihah 
adalah 
cahaya agung, 
hidayah dan keberkahan bagi Umat yang beriman kepada Allah Ta’ala. 

Kalimat tauhid, 
pujian, 
permintaan tolong dan permohonan petunjuk jalan lurus kepada-Nya 
tertuang dalam surah ini. 

Al-Fatihah juga 
merupakan surah istimewa bagi Umat Muhammad Salalahu’alaihiwasallam yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya. 

Barang siapa yang bersyukur atas nikmat dan keutamaan ini, 
maka dia akan menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 

Dan apabila kufur, 
maka kabar gembira ini hanyalah kerugian dan kehinaan.
[23/3 20:18] Aing: 5. Nama lain Surah 
    Al-Fatihah Al-Fatihah 

dalam Bahasa Arab berasal dari kata (فَتَحَ – يَفْتَحُ – فَتْحًا ) yang berarti pembuka. 

Surah ini tidak hanya dinamakan dengan Al-Fatihah, 
namun banyak nama lain yang dimilikinya. 

Terdapat nama yang bersifat “Taufiqiyyah” dan “Ijtihadiyyah” 

Para Ulama Tafsir merangkumnya dalam kitab mereka. 

a). Faatihatul Kitab ( فاتحة الكتاب ) 
Dinamakan dengan “Faatihatul Kitab” 
sebab 
menjadi pembuka dalam tartib mushaf 
dan 
bacaan shalat. رُوي عن أبي هريرة أن رسول الله أمره أن يخرج فينادي: “لا صلاة إلا بقراءة فاتحة الكتاب” 

“Tidak sah shalat seseorang kecuali diawali dengan Faatihatul Kitab (Al-Fatihah) 

b). As-Sabu’ul Matsani (السبع المثاني) قال تعالى : وَلَقَدْ آَتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآَنَ الْعَظِيمَ. الحجر ٨٧ 
Dinamakan dengan “Sab’un” sebab 
memiliki tujuh ayat dan dinamakan dengan “Matsaani” 
sebab dibaca dalam sholat lalu disambung dengan surah berikutnya. 

Ada juga yang berpendapat sebab surah Al-Fatihah dikecualikan dari 
Kitab-Kitab Samawiyah lainya seperti 
Taurah dan Injil. 

c). Ummul Kitab (أم الكتاب) روى أبو هريرة عن النبي قال: “من صلى صلاةً لم يقرأ فيها بأم القرآن فهي خِدَاج – ثلاثاً – غير تمام” 

“Barang siapa 
yang melakukan shalat tanpa membaca 
Ummul Kitab 
maka tidak sempurna” 

Dinamakan dengan 
“Ummul Kitab” 
sebab 
Al-Fatihah 
mencakup semua unsur (Uluhiyyah, 
Nubuwwah, 
Qada dan Qadar dan 
Hari pembalasan. 

d). AlQuranul’Adzim (القرآن العظيم) قال رسول الله: هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَهِيَ الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ 

Rasulullah bersabda:
”Ia adalah Ummul Quran, 
ia adalah As Sab’ul Matsani dan 
ia adalah AlQuranul’Adzim”. 

e). Al-Hamdu (الحمد) هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: قال الله عز وجل: قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين ولعبدي ما سأل. فإذا قال العبد: الحمد لله رب العالمين. قال الله: حمدني عبدي….أخرجه مسلم في صحيحه وأصحاب السنن وغيرهم 

“Aku membagi shalat 
antara Aku 
dengan hambaKu setengah-setengah, 
dan hambaku mendapatkan apa yang dia minta. 
Apabila seorang hamba membaca; 
‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.’ 
Allah menjawab; 
‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.” 

f). Al-Kaafiyah (الكافية) 

Dinamakan dengan Al-Kaafiyah 
sebab dengan membaca Al-Fatihah 
dianggap mewakili surah lainya. روى عبادة بن الصامت عن الرسول قال: “أم القرآن عوض من غيرها، وليس غيرها عوضًا منها” 

Riwayat ‘Ibadah Bin Shamit : 

“Membaca Umuul Quran dianggap mewakili surah lainya, 
sedangkan yang lain 
tidak cukup menjadi pengganti”. 

g). As-Sholat (الصلاة) الصلاة : روى أبو هريرة عن الرسول قوله: «يقول الله تعالى: قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين”. Aku telah membagi Shalah (bacaan al-Fatihah) menjadi dua bagian 
antara diri-Ku dan hamba-Ku.
[23/3 20:21] Aing: h). Addu’a (الدعاء) لاشتمالها على قوله تعالى: اهدَِنا الصراط المسَتقِيم 

Sebab 
Al-Fatihah mengandung kalimat do’a i). As-Syukru (الشكر) لأنها ثناء على الله بالفضل والكرم والإحسان Sebab 

Al-Fatihah mengandung kata pujian kepada Allah Ta’ala atas keutamaan 
dan segala kebaikan. 

j). As-Syifa (الشفاء) لأنها إذا قرئت على المريض فإنها تشفيه بأمر الله 

Apabila Al-Fatihah dibacakan 
kepada orang yang sakit, maka 
dengan ijin Allah 
akan sembuh. 

k). Ar-Rukiyyah (الرقية) روى أبو سعيد الخدري أن رسول الله قال للرجل الذي رقى سيد الحي: “وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ” 

Surat al-Fatihah 
disebut juga ar-Ruqyah (pengobat) 
berdasarkan hadits 
Abu Sa’id 
ketika ia meruqyah dengan al-Fatihah 
seorang laki-laki 
yang terkena sengatan “Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah ruqyah? 

Dan kalian telah mendapatkan imbalan darinya, 
maka bagilah dan berilah bagian untukku.” 

11). Al-Munaajah (المناجاة) لأن العبد يناجى فيها ربه بقوله: إِياك نَعبد وإِياك نسَتعِين 

Sebab Al-Fatihah mengandung kalimat 
minta pertolongan. 

m). An-Nur (النور) لظهورها بكثرة استعمالها أو لتنويرها القلوب لجلالة قدرها، أو لأنها لما اشتملت عليه من المعاني عبارة عن النور بمعنى القرآن Adapun yang disebutkan oleh 
Imam Jalaludin As-Suyuthi dalam kitab 
Al-Itqon Fi ‘Ulumilquran berjumlah 25 yaitu الفاتحة، فاتحة الكتاب، أم الكتاب، أم القرآن، القرآن العظيم، السبع المثاني، الوافية، الكنز، الكافية، الأساس، النور، سورة الحمد، سورة الشكر، سورة الحمد الأولى، سورة الحمد القصرى، الرُّقية، الشفاء، الشافية، سورة الصلاة، اللازمة، سورة الدعاء، سورة السؤال، سورة تعليم المسألة، سورة المناجاة، سورة التفويض Wallahu’alam.
[24/3 01:07] Aing: Kalimat Ta’awwudz/Isti’adzah, Lengkap I’rab
[24/3 01:10] Aing: Ta’awwudz atau Isti’adzah adalah 
doa memohon perlindungan kepada 
Allah Subhanahu wa ta’ala dari setan yang terkutuk. Artinya: 
aku berlindung kepada 
Allah Subhanahu wa ta’ala dari setan yang terkutuk” أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ الاستعاذة 

1. Pengertian 
    Lafadz Isti’adzah 

2. I’rab Kalimat Isti’adzah 
3. Anjuran Membaca 
    Kalimat Isti’adzah 
4. Waktu Membaca 
    Isti’adzah 
5. Hukum Membaca 
    Isti’adzah
[24/3 01:17] Aing: 1. Pengertian 
    Lafadz Isti’adzah 

Lafadz أَعُوْذُ 
bermakna أَعْتَصِمُ / أسْتَجِيْرُ berwazan فَعَلَ – يَفْعُلُ, mauzun عَاذَ – يَعْوُذُ. 

Asal dari أَعُوْذُُ 
yaitu أَعْوُذُ 
dengan memindahkan harakat wawu ke ‘ain 
sebab termasuk 
fi’il mu’tal ajwaf. 

Lafadz الله 
adalah isim ‘alam 
          dzat yang wajib wujud. Artinya, 
suatu nama dzat 
yang maha wujud 
yang menjadikan 
segala sesuatu ada, 
sebagai 
Sang Pencipta serta pemelihara alam semesta beserta 
segala isinya. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ. سورة الشورى ١١ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, 
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” 

Lafadz الشَّيْطَانِ 
berasal dari kata شَطَنَ 
yang berarti بَعُدَ (jauh). Artinya, 
jauh dari kebenaran dan rahmat Allah S.W.T. 

Ada juga pendapat yang mengatakan berasal dari kata شَاطَ (terbakar). وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ. سورة الأنعام ١١٢ 
“Dan demikianlah 
Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, 
yaitu syaitan-syaitan 
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, 
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). 
Jikalau Tuhanmu menghendaki, 
niscaya mereka tidak mengerjakannya, 
maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan” 

Dalam kitab Shahih 
Ibn Hibban dan 
Musnad Imam Ahmad diriwayatkan sebuah hadist dari Abu Dzar AlGifari r.a. قال رسول الله :” يا أبا ذَرٍّ، تعَوَّذْ باللهِ مِن شَرِّ شَياطينِ الإنسِ والجِنِّ، قال: قلتُ: يا رَسولَ اللهِ، أوَ للإنسِ شَياطينُ؟ قال: نعمْ”. رواه أحمد في مسنده وابن حبان في صحيحه Rasulullah saw. bersabda: ‘Wahai Abu Dzar, 
mohonlah perlindungan kepada Allah 
dari keburukan syaitan-syaitan dari 
jenis jin dan manusia.’ 
lalu aku bertanya: 
‘Apakah ada setan 
dari jenis manusia?’ 
Beliau menjawab: ‘Ya, ada.” 

⁦Lafadz الرَّجِيمِ 
termasuk sifat musyabahah (صفة مشبهه) 
berwazan فَعِيْلٌ bermakna مَفْعُوْلٌ/مَرْجْوْمٌ/مَلْعُوْنٌ إِنَّهُ مَرْجوم باللعن عن الخير وعن رحمة الله تعالى فهو ملعون مشتوم Terkutuk/terlaknat jauh dari kebaikan dan rahmat Allah. 

Terdapat juga yang mengatakan bahwa الرَّجِيمِ bermakna رَاجِمٌ 
karena syaitan 
melempar Kaum Adam dengan kejelekan-kejelekan dan keraguan. تفسير ابن كثير ، ج١، ص١٦
[24/3 01:23] Aing: 2. I’rab Kalimat Isti’adzah أَعُوذُ : فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَرْفُوعٌ لِتَجَرُّدِهِ مِنَ النَّاصِبِ وَالْجَازِمِ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ وَالْفَاعِلُ ضَمِيرٌ مُسْتَتِرٌ وُجُوبًا تَقْدِيرُهُ أَنَا فِي مَحَلِّ رَفْعٍ وَالْجُمْلَةُ مِنَ الْفِعْلِ وَالْفَاعِلِ لَا مَحَلَّ لَهَا مِنَ الْإِعْرَابِ ابْتِدَائِيَّةٌ 

Lafadz أَعُوذُ fi’il mudhari‘ dalam keadaan rafa’ 
dengan tanda dhammah sebab tidak didahului 
‘amil nawashib 
maupun jawazim. 

Pada أَعُوذُ terdapat dhamir أنا yang wajib mustatir (tersembunyi) sebagai fa’il. 

Tidak ditulis أَعُوذُ أنا بالله….. Ibnu Malik berkata: ومن ضمير الرفع ما يستتر * كافعل أوافق نغتبط إذ تشكر 

Diantara sebagian 
dhamir muttasil rafa’ terdapat dhomir mustatir (tersembunyi) 
seperti: إفعل ، أوافق ، نغتبط ، تشكر بِاللهِ : الْبَاءُ حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى الْكَسْرِ لَا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الْإِعْرَابِ و لَفْظُ الْجَلَالَةِ (اللهُ) إِسْمٌ مَجْرُورٌ بِالْبَاءِ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ لِأَنَّهُ اسْمٌ مُفْرَدٌ، والهاء تعظيما وَالْجَارُّ وَالْمَجْرُورُ مُتَعَلِّقٌ بِالْفِعْلِ أَعُوذُ مِنَ : حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ لَا مَحَلَّ لَهُ مِنَ الْإِعْرَابِ الشَّيْطَانِ : إِسْمٌ مَجْرُورٌ بِمِنْ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ لِأَنَّهُ اسْمٌ مُفْرَدٌ، وَالْجَارُّ وَالْمَجْرُورُ مُتَعَلِّقٌ بِالْفِعْلِ أَعُوذُ الرَّجِيمِ: نَعْتٌ لِلشَّيْطَانِ مجرور مثله، وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ لِأَنَّهُ اسْمٌ مُفْرَدٌ 

Ibnu Hisyam berkata 
dalam kitabnya – Al-Mughani Labib, 
jilid 2/499 :
” Dzharaf atau jar majrur mesti berta’alluq (keterkaitan makna dengan dengan suatu peristiwa/pekerjaan, baik dengan fi’il atau sejenisnya), seperti: صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. سورة الفاتحة ٧ 
Terjemah Arti: 
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 

Keterangan: 
Lafadz عَلَيْهِمْ pertama berta’luq dengan fi’il أَنْعَمْتَ. 

Artinya tunjukan kami kepada jalan orang-orang yang telah Engkau 
beri kenikmatan kepada mereka dari 
para nabi, 
orang yang benar imannya, oran yang mati syahid dan orang Shalih. 

Sedangkan Lafadz عَلَيْهِمْ kedua berta’luq dengan 
isim maf’ul 
lafadz الْمَغْضُوبِ 
dimana ia beramal seperti fi’il. 

Artinya, 
jangan jadikan kami termasuk orang-orang 
yang menempuh jalan 
yang dimurkai, sesat dan tidak diberikan hidayah. Lihat materi ta’alluq pada pasal: Syibhul Jumlah
[24/3 01:25] Aing: 3. Anjuran Membaca Kalimat Isti’adzah Isti’adzah 

merupakan tabir penghalang agar terhindar 
dari keburukan atas bisikan dan godaan syaitan, 
dimana membaca Isti’adzah tidak hanya sebatas anjuran. 

Bahkan, menurut sebagian Ulama termasuk sunnah, baik ketika kita ingin 
atau setelah membaca Al-Qur’an, 

dalam mengerjakan shalat, atau dimanapun kita berada dengan tanpa batasan tertentu. 
Allah Ta’ala berfirman: وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ. سورة الأعراف ٢٠٠ 
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah” فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. سورة النحل ٩٨ 

“Apabila kamu membaca 
Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. 

Baca juga: 
I’rab dan Makna Bismillahirahmanirahim 

Kandungan Makna Surah Al-Fatihah dan I’rabnya I’rab Surah Al-Baqarah Ayat 1-10
[24/3 01:30] Aing: 4. Waktu Membaca 
     Isti’adzah Secara dzahir, 

Ayat 98 Surah Al-Nahl 
di atas menunjukan bahwa Isti’adzah dibaca selepas membaca Al-Qur’an 
karena menggunakan 
sighat lampau 
fi’il madhi ( قَرَأْتَ ) sebagaimana halnya lafadz ( قُضِيَتِ ) pada ayat berikut: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. سورة الجمعة ١٠ 

“Apabila telah ditunaikan shalat, 
maka bertebaranlah kamu 
di muka bumi; 
dan carilah karunia Allah dan 
ingatlah Allah banyak-banyak 
agar kamu beruntung”. 

Namun demikian, 
lafadz قرأتُ 
diawali dengan إذا dzharafiyyah syartiyyah yang secara makna mengandung arti mustaqbal 
(akan datang). 

Untuk perluasan lihat materi: Uslub Syarat dan Kaidah Maf’ul Fih
[24/3 01:32] Aing: 5. Hukum Membaca 
    Isti’adzah 

Mayoritas Ulama berpendapat bahwa 
hukum Isti’adzah tidak wajib dengan dalil: 

“Ketika Rasulullah mengajarkan sholat 
kepada seorang ‘Arobi, Beliau tidak menyuruhnya untuk beristi’adzah”. 
Artinya, 
siapapun ketika malaksanakan sholat lalu tidak berIsti’adzah sebelum membaca ayat Al-Qur’an, maka tidak berdosa. 

Terdapat juga pendapat dengan melihat dzahir ayat mewajibkan beristi’adzah sebab menggunakan shighat perintah (fi’il ‘amr) فاستعِذْ بالله Wallahu’alam.
[24/3 01:37] Aing: Bismillahirahmanirahim: 

Makna, 
Qira’ah 
Dan I’rab

/
[24/3 01:41] Aing: Bismillahirahmanirahim: Makna, Qira’ah Dan I’rab  

Bismillahirahmanirahim.
 
penjelasan kalimat bismillahirahmanirahim, kandungan 
makna, 
qira’ah dan i’rabnya. إعراب بسم الله الرحمن الرحيم hide 1. 

I’rab Kalimat Bismillahirahmanirahim 2. 

Kandungan Lafadz Bismillahirahmanirahim 3. 

Qira’ah Bismillahirahmanirahim 4. 

Bismillahirahmanirahim Bagian Dari Ayat Al-Quran ? 

5. Surah At-Taubah (Al-Bara’ah) tidak didahului 
Bismillahirahmanirahim 6. 

Tafsir 
Bismillahirahmanirahim 7. 

Keutamaan membaca 
Bismillahirahmanirahim

/
[24/3 01:49] Aing: 1. I’rab Kalimat Bismillahirahmanirahim الْبَاءُ : حَرْفُ جَرٍّ مَبْنِيٌّ عَلَى الْكَسْرِ لاَ مَحَل لَهُ من الإعرَابِ، والباء هُنَا لاستعانة 

Huruf الْبَاءُ termasuk huruf jar yang dihukumi 
mabni kasrah 
dan 
tidak memiliki mahal i’rab sebab 
merupakan jenis huruf. 

Huruf ba disini 
mengandung makna isti’anah 
(meminta perlindungan). 

Terdapat juga beberapa kandungan huruf ba bermakna 
sababiyyah, 
ta’diyyah, 
mushahabah, 
dzharfiyyah dan 
zaidah. 

Lihat pada artikel: Macam-Macam Huruf Ba, Fungsi dan Kegunaan 

Contoh ba sababiyyah: فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ. النساء ١٦٠ 

“Maka 
disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, 
kami haramkan atas (memakan makanan) 
yang baik-baik” 

Huruf الْبَاءُ pada فَبِظُلْمٍ berfaidah sababiyyah, 
maka  diterjemahkan dengan “maka disebabkan” اسْمِ : إِسْمٌ مَجْرُورٌ بِالْبَاءِ، وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ وَهُوَ مُضَاف ، وَالْجَارُّ وَالْمَجْرُورُ مُتَعَلِّقٌ بِمَحْذُوفٍ تَقْدِيرُهُ /أبدأ / أقْرَأ/أكتُب/أعمل أَوْ نَحْوِهِ 
Lafadz اسْمِ majrur 
dengan huruf الْبَاءُ, 
tandanya kasrah dzahirah dan 
dia juga sedang berperan menjadi mudhaf. 

Menurut ulama kuffah :
”Lafadz بسم (jar majrur) berta’alluq. 
Artinya, 
secara makna terkait dengan suatu peristiwa atau pekerjaan dengan fi’il 
yang dibuang dan diperkirakan, 
misalkan أعْمَلُ بِسْمِ اللهِ 
(Aku bekerja dengan atas nama Allah). 

Lihat pada artikel: Syibhul 
Jumlah Dan Ta’alluqnya 

Sedangkan menurut 
ulama Bashrah, 
lafadz بِسْمِ 
maknanya terkait dengan khabar dari mubtada 
yang dibuang 
dan diperkirakan, 
misalkan عَمَلِي كائن بِسْمِ اللهِ (Pekerjaanku terjadi dengan atas nama Allah) اللهِ : لَفْظُ الْجَلَالَةِ – الْإِسْمُ الْكَرِيمُ – ، مُضَافٌ إِلَيْهِ مَجْرُورٌ بِالْإِضَافَةِ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ, والهاء تعظيما الرَّحْمَنِ : صِفَةٌ أُولَى لِلَفْظِ الْجَلَالَةِ (اَللهِ)،وَصِفَةُ الْمَجْرُورِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ الرَّحِيمِ : صِفَةٌ ثَانِيَةٌ لِلَفْظِ الْجَلَالَةِ (اَللهِ)، وَصِفَةُ الْمَجْرُورِ مَجْرُورٌ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ فِي آخِرِهِ وَيَجُوز رفعهما على أنهما خبر لمبتدأ محذوف تقديره هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ 

Secara peran i’rab, 
kedua lafadz الرَّحْمَنِ 
dan الرَّحِيمِ 
boleh berperan 
sebagai na’at 
yang harakatnya mengikuti lafadz اللهِ. 

Namun, keduanya juga boleh dirafa’kan’ 
dengan memperkirakan mubtada 
yang dibuang yaitu هُوَ

/
[24/3 01:57] Aing: 2. Kandungan Lafadz Bismillahirahmanirahim 

a). Menurut Ulama Bashrah “Kata اسم berasal dari (سَمَوَ) yang berarti tinggi 

yang kemudian 
huruf wawu dibuang 
dan diganti dengan 
hamzah washal 
yang diletakan diawal kata. 

Sementara menurut 
Ulama Kuffah: 
Ismun berasal 
dari kata (وَسَمَ) 
berarti 
tanda 
yang kemudian huruf wawu dibuang 
dan diganti dengan 
hamzah washal 
yang diletakan diawal kata. 

b). Lafadz بسم 

dalam Al-Qur’an 
ditulis dengan dua pola: 

Pertama 
dengan membuang alif 
dan ditulis (بِسْمِ اللَّهِ) 

Kedua 
dengan menyertakan alif dan ditulis (بِاسْمِ رَبِّكَ) 

Lihat penjelasanya pada materi: 
Perbedaan Hamzah Qatha’ dan Alif Washal Huruf 
yang ditulis, 
namun tidak diucapkan Huruf yang diucapkan, namun tidak ditulis Firman Allah Ta’ala: وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ. سورة هود ٤١ إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. سورة النمل ٣٠ إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (٩٥) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٩٦). سورة الواقعة اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. سورة العلق ١ وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ (٥١) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٥٢). سورة الحاقة c). Lafadz (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) 

adalah dua sifat 
yang diambil 
dari lafadz sama 
yaitu (الرَّحْمَة). 

Namun, 
keduanya berbeda wazan, dimana رحمن berwazan فَعْلاَن dan 
lafadz رحيم berwazan فَعِيْل yang tentu keduanya memiliki perbedaan makna. الرحمن اسم من أسماء الله الخاصة به وهو أخص أسماء الله بعد لفظ الجلالة وهو دال على الصفة القائمة به سبحانه 
“Ar-Rahman” 
memiliki makna lebih luas dibandingkan “Ar-Rahiim” sebab 
kasih sayang-Nya 
mencakup kepada 
semua makhluk. 

Artinya, 
Allah Ta’ala 
adalah Dzat yang Maha Rahmah 
kepada semua makhluk ciptaan-Nya 
yang ada dilangit dan bumi. 

“Ar-Rahmaan” 
hanya nama/sifat 
bagi Allah Ta’ala 
tidak untuk makhluk, 

bahkan Ar-Rahmaan 
berada diurutan kedua setelah lafadz jalalaah الله قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا. سورة الإسراء ١١٠ Sementara “Ar-Rahiim” adalah kasih sayang 
yang hanya diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya 
yaitu 
orang yang diberi hidayah iman. 
Artinya, 
hanyalah orang beriman yang mendapatkan kasih sayang (Ar-Rahiim). والرحيم: اسم من أسماء الله معناه الموصل رحمته إلى من يشاء من عباده. 

Allah Ta’ala berfirman: هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا. الأحزاب ٤٣ “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), 
supaya dia mengeluarkan kamu 
dari kegelapan 
kepada cahaya (yang terang). 

Dan adalah Dia 
(Allah) Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

” Berbeda dengan “Ar-Rahman” 
yang hanya khusus bagi Allah Ta’ala, sedangkan

/
[24/3 01:59] Aing: sedangkan “Ar-Rahiim” 
Allah menjadikan sifat 
bagi Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana Firman-Nya: لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. التوبة ١٢٨ “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, 
berat terasa olehnya penderitaanmu, 
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, 
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
[24/3 02:05] Aing: 3. Qira’ah Bismillahirahmanirahim 

Ulama Qiraat sepakat 
untuk membaca basmalah diawal setiap surah, 
kecuali At-Taubah, 
baik diwashalkan 
maupun tidak. 

Adapun apabila mulai membacanya ditengah surah, 
seorang Qori 
boleh membaca basmalah atau hanya isti’adzah saja. 

4. Bismillahirahmanirahim Bagian Dari Ayat Al-Quran ? 

Jumhur Ulama sepakat bahwa basmalah merupakan bagian dari Surah An-Naml Ayat 30 قال تعالى: إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ 

Perbedaan pendapat Ulama terkait, apakah basmalah hanya ayat dari Surah An-Naml saja 
atau 
ayat dari surah Al-Fatihah atau 
ayat dari setiap surah kecuali surah At-Taubah? 

Pendapat pertama: 

Ulama Qiraat Madinah, Bashrah dan Syam termasuk Imam Malik Bin Anas, Abdulah Bin Ma’bad dan Madzhab Hanafi berpendapat bahwa 

Basmalah bukan ayat 
dari setiap surrah 
melainkan hanya bagian dari Surah An-Naml. 

Ditulis disetiap awal surah sebab 
untuk permulaan membaca, mengharapkan berkah 
dan pemisah antara surah. 

Pendapat Kedua: 

Sa’id Bin Jubair, 
Imam Syafi’i, 
Ulama Qiraat Makkah 
dan Kuffah 
berpendapat bahwa Basmalah adalah ayat 
dari surah Al-Fatihah استدلوا بحديث أم سلمة عندما سئلت عن قراءة النبي فقالت: «كان يقطع قراءته آية آية، بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم». ووجه استدلالهم أن الرسول قرأ البسملة مع الفاتحة، قالوا: فدل هذا على أنها آية منها 

Pendapat Ketiga: 

Sebagian Ulama Qiraat Makkah dan Kuffah termasuk Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Basmalah adalah ayat 
atau bagian dari 
setiap surah kecuali At-Taubah. استدل أصحاب هذا القول بأدلة منها: ثبوت البسملة في المصاحف مع كل سورة سوى براءة مما يدل على أنها آية أو تعد آية من كل سورة. وما رواه أنس بن مالك قال: «أغفى النبي صلى الله عليه وسلم إغفاءة ثم تبسم ضاحكًا فقال: أنزل علي سورة، ثم قرأ بسم الله الرحمن الرحيم إنا أعطيناك الكوثر فصلي لربك وانحر إن شانئك هو الأبتر». ووجه استدلالهم من الحديث أن البسملة آية أنزلت مع سورة الكوثر فهي كذلك آية أو بعض آية من كل سورة تنزل معها وتعد منها 

/
[24/3 13:11] Aing: 5. Surah At-Taubah.  
    (Al-Bara’ah) 
    tidak didahului Bismillahirahmanirahim 1). 

Abdullah Bin Abbas bertanya kepada 
Sayyidina Ali Bin Abi Thalib prihal tidak dicantumkannya basmalah 
pada surat At-Taubah. 
Lalu Sayyidina Ali menjawab: 
“Dalam basmallah 
terdapat 
ketentraman, 
rasa aman, 
rahmat dan kasih sayang, sedangkan dalam 
surah At-Taubah 
terdapat pristiwa perang yang tentu saja 
kondisi tidak aman. 

Dengan demikian, 
kedua hal ini tidak bisa disatukan. لأن بسم الله الرحمن الرحيم رحمة وبراءة سخط، قال عبد الله بن عباس: «سألت علي بن أبي طالب: لم لم يكتب في براءة “بسم الله الرحمن الرحيم”، قال: لأن بسم الله الرحمن الرحيم أمان وبراءة نزلت بالسيف ليس فيها أمان» 2). Riwayat 
Imam Ahmad Bin Hanbal dan 
Imam Attirmidzi 
dari 
Abdullah Bin Abbas 
berkata 
“Aku bertanya kepada Utsman 
kenapa diantara Surah Al-Anfal dan At-Taubah 
tidak dipisah dengan Basmalah”. 
Utsman berkata: 
“Surah Al-Anfal termasuk surah yang ditutunkanya awal, 
sedangkan At-Taubah termasuk surah yang ditutunkanya menjelang akhir. 
Dan pada masa diturunkanya wahyu, 
Nabi selalu memanggil tim penulis agar meletakan ayat, surah atau beberapa ayat sesuai tata letaknya. 
Untuk Surah Al-Anfal dan At-Taubah, Nabi tidak menjelaskan apakah 
dua surat ini berbeda atau At-Taubah bagian dari Al-Anfal. 
Dengan demikian, 
Utsman Bin Affan 
dan tidak mencantumkan basmalah 
pada awal surah At-Taubah. أن السبب هو ما رواه الإمام أحمد بن حنبل في مسنده والترمذي في سننه عن عبد الله بن عباس قال: «قلت لعثمان رضي الله عنه: ما حملكم على أن عمدتم إلى سورة الأنفال وهي من المثاني وإلى سورة براءة وهي من المئين فقرنتم بينهما ولم تكتبوا بينهما سطر بسم الله الرحمن الرحيم فوضعتموها في السبع الطوال فما حملكم على ذلك، قال 3). 

Orang Arab terdahulu mempunyai tradisi 
apabila melakukan sebuah perjanjian (الاتفاقية) 
dengan suatu kaum 
lalu ingin memutuskanya, mereka akan mengirim surat pemutusan 
tanpa mencantumkan kalimat basmalah. 

Kemudian ketika Nabi memutuskan perjanjian dengan orang-orang musyrik, 
Nabi mengutus 
Ali Bin Abu Thalib 
agar membacakan 
surah At-Taubah 
kepada mereka. 
Sayyidina Ali pun membacakanya tanpa diawali dengan basmallah sesuai adat leluhur mereka إن ذلك من شأن العرب إذا كان بينهم وبين قوم عهد، فإذا أرادوا نقضه كتبوا كتابًا ولم يكتبوا فيه: بسم الله الرحمن الرحيم، فلما نزلت سورة براءة بنقض العهد الذي كان بين الرسول وبين المشركين بعث النبي علي بن أبي طالب فقرأها عليهم في الموسم ولم يبسمل على ما جرت به عادتهم 4). 

Ketika penyusunan Mushaf pada masa 
khilafah Utsman Bin ‘Affan, terdapat dua kelompok sahabat berbeda pendapat terkait apakah surat At-Taubah dan Al-Anfal merupakan satu surah tidak terpisah atau keduanya berbeda. 
Agar perselisihan lekas damai, 
Utsman memutuskan untuk tidak mencantumkan basmalah 
agar kedua kelompok dapat tidak berselisih kembali. 

Kelompok yang menganggap kedua surah ini adalah satu surat, 
mereka menerimanya. 

Lalu Kelompok yang menganggap keduanya adalah 
dua surat jugamenerimanya. لأنهم اختلفوا هل هما سورتان أو سورة واحدة، فتركت بينهما فرجة لقول من قال إنهما سورتان، وتركت بسم الله الرحمن الرحيم لقول من قال إنهما سورة واحدة، فرضي الفريقان، وثبت حجتهما في المصحف 

/
[29/3 23:23] Aing: I'rab surat Al-ikhlas
I’RAB
الإعراب:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(katakanlah 
Dia Allah Yang Maha Esa)
قُلْ

fi’il amr, 
mabni 'ala sukuni, disembunyikan wawunya karena 
bertemunya 2 sukun, 
failnya adalah 
dhamir mustatir wajiban yang taqdirnya أَنْتَ 
(anta, kamu, orang yang diajak bicara)
هُوَ اللَّهُ
هُوَ
 dhamir munfashil, mubtada’, 
fi mahalli raf’in, 
mabni 
karena dhamir.
اللَّهُ
 lafdhul jalaalah, 
marfu’  dengan tanda rafa’ dhammah, 
mubtada’ yang kedua, atau badal dari dhamir هُوَ
أَحَدٌ
 khabar dari mubtada’ اللَّهُ , marfu’ dengan tanda rafa’nya 
adalah dhammah, 
karena merupakan 
isim mufrad.

اللَّهُ الصَّمَدُ
(Allah 
adalah Tuhan yang 
Maha bergantung kepada-Nya segala sesuatu)

susunan mubtada’ dan khabar. 
keduanya marfu’ 
dengan tanda rafa’ dhammah, 
yang pertama 
lafdhul jalaalah 
yang kedua adalah 
isim mufrad.





لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
(Tidak beranak dan 
tidak pula diperanakkan)
لَمْ
 laam merupakan huruf nafi, majzum
يَلِدْ
 fi’il mudhari’ mazjum, 
tanda jazmnya adalah sukun, 
mazjum karena ada لَمْ sebelumnya yang mempunyai amil menjazmkan fiil mudhari’. 

Failnya dhamir mustatir takdirnya هو, 
kembalinya kepada اللَّهُ
وَ wawu athaf kepada لَمْ yang pertama
لَمْ
 laam merupakan huruf nafi, majzum 
(seperti لَمْ yang pertama)
يُولَدْ
 fi’il mudhari’ pasif, mazjum, tanda jazmnya adalah sukun, 
mazjum karena ada لَمْ sebelumnya yang mempunyai amil menjazmkan fiil mudhari’. 

Naibul failnya dhamir mustatir takdirnya هو , kembalinya kepada اللَّهُ

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ
(Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia)
وَ wawu athaf kepada لَمْ
 yang pertama
لَمْ laam merupakan huruf nafi, majzum 
(seperti لَمْ yang pertama)
يَكُنْ
 fi’il mudhari’ naqish, merafa’kan isim dan menashabkan khabar mubtada’. 
mazjum karena didahului dengan لَمْ
لَهُ
 jar wa majrur, 
mutta’alliq dengan khabar يَكُنْ yaitu كُفُواً
كُفُوا
 khabar
 يَكُنْ
 yang didahulukan, manshub, 
tanda nashabnya adalah fathah, 
isim mufrad.
أَحَدٌ isim
 يَكُنْ
 yang diakhirkan, marfu’, tanda rafa’nya adalah dhammah, 
merupakan isim mufrad.

kalimat: «قل ...» 
tidak ada kedudukan untuknya karena 
merupakan permulaan.

kalimat: «هو اللّه أحد ...» 
fi mahalli nashbin 
(pada kedudukan nashab), apa yang dikatakan.

kalimat: «اللّه أحد ...» 
fi mahalli raf’in 
(pada kedudukan rafa’), merupakan khabar 
dari mubtada هُوَ

kalimat: «اللّه الصمد ...» 
fi mahalli raf’in 
(pada kedudukan rafa’), merupakan khabar kedua dari mubtada هُوَ

kalimat: «لم يلد ...» 
fi mahalli raf’in 
(pada kedudukan rafa’), merupakan khabar ketiga dari mubtada هُوَ

kalimat: «لم يولد ...» 
fi mahalli raf’in 
(pada kedudukan rafa’), mengikuti kalimat لم يلد

kalimat: «لم يكن له كفوا أحد» 
fi mahalli raf’in 
(pada kedudukan rafa’), mengikuti kalimat لم يلد
[29/3 23:34] Aing: Menentukan 
Isim Fi'il Huruf 
dalam Surat Al-Ikhlas



 

Setelah belajar menentukan isim, 
fi'il, dan 
huruf 
beserta 
i'rabnya 
pada surat Al-Fatihah , 
maka sekarang saya belajar menentukan hal yang sama dalam surat al-ikhlash.


 







قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

- قُلْ (qul)
adalah fi'il amr, 
yang artinya katakanlah.

Fi'il madhinya 
adalah قَالَ (qaala), 
yang artinya 
dia (telah) berkata.

Fi'il mudhari'-nya 
adalah يَقُوْلُ  (yaquulu)


-  هُوَ
 adalah isim 
(dhamir munfashil/
kata ganti orang ketiga)



- اللَّهُ
adalah isim marfu' 
karena sebagai khabar (mubtada' nya هُوَ )


- أَحَدٌ
adalah isim marfu', 
karena ia sebagai badal 
dari kata sebelumnya (اللَّهُ)


================================

================================


اللَّهُ الصَّمَدُ 

- اللَّهُ
adalah لفظ الجلالة 
dan ia marfu'


- الصَّمَدُ
adalah isim marfu' 
karena ia khabar 
(mubtada' nya اللَّهُ )



لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ

- لَمْ
adalah huruf nafi (حرف نفي) dan 
salah satu huruf jaazimah yaitu 
huruf yang membuat 
fi'il mudhari menjadi majzum.


- يَلِدْ
adalah fi'il mudhari majzuum (فعل مضارع مجزوم ), ia majzum karena didahului huruf  lam (لَمْ)

 



يَلِدْ
asalnya dari 
fi'il mudhari ma'lum 
(kata kerja aktif) =>  يَلِدُ
Oleh karena ada 
huruf jazm لَمْ , 
maka يَلِدُ menjadi يَلِدْ

Fi'il madhi nya adalah وَلَدَ
Fi'il mudhari nya adalah يَلِدُ

- وَ
 adalah huruf  athaf 
( حرف عطف )


- لَمْ
 adalah huruf  (حرف نفي)


- يُوْلَدْ
adalah fi'il mudhari majhul (kata kerja pasif) 
yang majzuum, 
karena didahului oleh 
huruf jazm (لَمْ)

Asal katanya adalah 
fi'il mudhari majhul => يُولَدُ
Oleh karena ia berubah menjadi majzum, 
maka يُولَدُ menjadi يُوْلَدْ


================================

================================


 وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

- وَ
adalah huruf athaf.

- لَمْ
adalah lam nafiy 
yang merupakan huruf  jazm

- يَكُنْ
adalah 
fi'il mudhari majzum

Termasuk dalam bahasan كَانَ (kaana), 
yang terdiri dari 
isim kaana 
dan 
khabar kaana.

Isim kaana itu marfuu' sedangkan 
khabar kaana itu manshuub.

Ia majzum karena ada لَمْ , sehingga 
yang semula يَكُونُ 
menjadi يَكُنْ

================================

================================


- لَهُ
terdiri dari huruf jar (ل) 
dan kata ganti orang ketiga tunggal (هو) yang berupa isim.

- كُفُوًا
adalah isim manshub, karena 
merupakan khabar kaana (khabar dari يَكُنْ). 
Tanda manshubnya 
adalah dengan fat-hah.

 


- أَحَدٌ
adalah isim marfu', 
karena 
merupakan isim kaana 
(isim dari يَكُنْ). 
Tanda marfuu' nya adalah dhammah.
[29/3 23:37] Aing: Menentukan 
fiil isim dan huruf 
dalam 
surah al alaq
[29/3 23:43] Aing: ayat pertama fiil: اقرأ، خلق isim: اسم،رب،ك،الذي huruf: ب

ayat 2 fiil: خلق isim: الانسان،علق huruf: من

ayat 3 fiil: اقرأ isim: رب،ك،الأكرم huruf: و

ayat 4 fiil : علّم isim: الذي،القلم huruf: ب

ayat 5 fiil: علّم،يعلم isim: الانسان،ما huruf: لم

ayat 6 fiil: يطغى isim: الانسان hurug: كلّا،إنّ

ayat 7 fiil: رءا،استغنى isim: ه huruf: أن

ayat 8 fiil: - isim: رب،ك،الرجعى huruf:إنّ،إلى

ayat 9 fiil: رءا،ينهى isim: ت،الذي huruf: أ

ayat 10 fiil: صلّى isim: عبدا,إذا huruf:-

ayat 11 fiil: رءا،كان isim: ت،الهدى huruf: أ،إن،على

ayat 12 fiil: أمر isim: التقوى huruf: أو،ب

ayat 13 fiil: رءا،كذّب،تولى isim: ت huruf: أ،إن،و

ayat 14 fiil: يعلم،يرى isim: الله huruf أ،لم،ب،أنّ

ayat 15 fiil: ينتهي،نسفع isim: الناصية huruf: كلّا،لئِن،لم ب

ayat 16 semua isim

ayat 17 fiil يدع isim: نادي،ه huruf: ف

ayat 18 fiil: ندع isim: الزبانية huruf: س

ayat 19 fiil: تطع،اسجد،اقترب isim:ه huruf:
[30/3 00:33] Aing: TAFSIR AL-IKHLAS 
DALAM KITAB ALBAYAN

BAB I
PENDAHULUAN

Tafsir menurut bahasa adalah 
penjelasan atau keterangan,. 

ucapan yang telah ditafsirkan berarti 
ucapan yang tegas dan jelas. 

Menurut istilah, 
pengertian tafsir adalah 
ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah 
yang diturunkan kepada Nabi SAW., 

berikut penjelasan maknanya serta hikmah-hikmahnya.[1]

Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah 
ilmu yang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia. 

Secara lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagai penjelasan sesuatu yang diinginkan oleh kata.[2]

Dengan mengetahui pengertian tafsir diatas, maka tafsir yang penulis maksud adalah 
penafsiran surat al-ikhlas dalam kitab Baidlowi. 

Jadi segala sesuatu ucapan /  kandungan surat al-Ikhlas yang dipertegas dan diperjelas oleh pengarang kitab tafsir baidhowi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.       الإخلاص : ( 1 ) قل هو الله أحد
 )قل هو الله أحد( الضمير للشأن كقولك هو زيد منطلق وارتفاعه بالابتداء وخبره الجملة ولا حاجة إلى العائد لأنها هي هو أو لما سئل عنه (صلى الله عليه وسلم) أي الذي سألتموني عنه هو الله إذ روي أن قريشا قالوا يا محمد صف لنا ربك الذي تدعونا إليه فنزلت وأحد بدل أو خبر ثان يدل على مجامع صفات الجلال كما دل الله على جميع صفات الكمال إذ الواحد الحقيقي ما يكون منزه الذات عن أنحاء التركيب والتعدد وما يستلزم أحدهما كالجسمية والتحيز والمشاركة في الحقيقة وخواصها كوجوب الوجود والقدرة الذاتية والحكمة التامة المقتضية للألوهية وقرئ هو الله بلا )قل( مع الأتفاق على أنه لا بد منه في  (قل يا أيها الكافرون) ولا يجوز في تبت ولعل ذاك لأن سورة الكافرون مشاقة الرسول أو موادعته لهم وتبت معاتبة عمه فلا يناسب أن تكون منه وأما هذا فتوحيد يقول به تارة ويؤمر بأن يدعو إليه أخرى.[3]
Secara global, 
lafadz ayat pertama artinya adalah 
“Katakanlah: 
"Dia-lah Allah, 
yang Maha Esa”. [4]

Dalam kitab Baidowi, penjabarannya adalah pengakuan untuk mengesakan Allah 
secara Agung / meng-esa-kan kesempurnaan dalam 
sifat Robbi 
dengan ketauhidan 
yang hakiki 
dari apa yang ada dalam sifatnya Allah 
yaitu 
dengan cara membersihkan / menghilangkan dzat Allah dari susunan 
(Allah tidak terdiri atas berbagai susunan/komposisi yang tersusun), bilangan 
(adanya Allah 
bukan dari kelompok / golongan / jenis / jumlah/keragaman yang menyatu) dan 
bersih dari sesuatu yang lahir dari salah satu itu, seperti 
jisim (materi), 
tahayuz (Bentuk), 
serikat pada kekhususannya seperti 
wajibnya sifat wujud, kekuasaan dzatiyyah, hikmah kesempurnaan 
yang menunjukan 
sifat ketuhanan.

Dalam ayat ini, 
sebagaian ulama ada yang membacanya tanpa lafadz “qul”, 
hal ini berbeda dengan lafadz “qul” 
pada ayat ““qul” yaa ayuhal kaafiruun” 
yang dimufakati 
wajib dilafadzkannya dan wajib tidak melafadzkan “qul” pada ayat “taabat …..”, kemungkinan itu semua dikarenakan 
surat al-Kafirun adalah menunjukan kesusahan rasul atau perpisahannya rosul dengan orang kafir, 

sedangkan lafadz “tabbat…..” mencela paman rosul sehingga tidak pantas menggunakan lafadz 
“qul”. 

Adapun surat ini menunjukan surat tauhid yang suatu ketika 
Beliau (rosul) mengatakan lafadz “qul”.

B.       الإخلاص : ( 2 ) الله الصمد.
(الله الصمد)  السيد المصمود إليه في الحوائج من صمد إليه إذا قصد وهو الموصوف به على الإطلاق فإنه يستغنى عن غيره مطلقا وكل ما عداه محتاج إليه في جميع جهاته وتعريفه لعلمهم بصمديته بخلاف أحديته وتكرير لفظة  (الله(  للإشعار بأن من لم يتصف به لم يستحق الألوهية وإخلاء الجملة عن العاطف لأنها كالنتيجة للأولى أو الدليل عليها.

Secara global arti dari ayat ke dua ini adalah 
“Allah adalah Tuhan 
yang bergantung kepada-Nya 
segala sesuatu”.

Pada ayat ini, 
menerangkan tentang kebutuhan/hak yang dikhususkan kepada Allah untuk mencapai tujuan. 

Allah ini memiliki sifat As-Shomad   
secara mutlak 
karena sesungguhnya 
Allah tidak butuh dzat lain dan 
semua hal selain Allah 
pasti membutuhkan-Nya dalam semua aspek/dimensi sebab mereka tahu akan adanya 
sifat Shomadiyyahnya Allah, 

berbeda dengan 
sifat Ahadiyyah Allah. 

Mengulang lafadz Allah pada ayat ini sebagai pemberitahu bahwa 
dzat yang tidak memiliki sifat Ash-somad 
maka tidak berhak menjadi Tuhan. 

Pada ayat ini tidak menggunakan harful ‘athof karena ayat ini adalah kesimpulan dari 
ayat pertama 
atau yang menunjukan kepada ayat kesatu.

C.        الإخلاص : ( 3 ) لم يلد ولم . . . . .
(لم يلد)  لأنه لك يجانس ولم يفتقر إلى ما يعينه أو يخلف عنه لامتناع الحاجة والفناء عليه ولعل الاقتصاد على لفظ الماضي لوروده ردا على من قال الملائكة بنات الله أو المسيح ابن الله أو ليطابق قوله (ولم يولد( وذلك لأنه لا يفتقر إلى شيء ولا يسبقه عد م.
Makna secara utuh dalam ayat ini adalah 
“Dia tiada beranak 
dan tidak pula diperanakkan”.

Pada ayat ini menyatakan bahwa 
dzat Allah tidak menyamai (golongan) 
dan tidak butuh 
pada sesuatu hal 
yang memberi pertolongan. 

Allah tidak butuh terhadap pemberi pertolongan (anak) atau 
pengganti (putra mahkota). 

Redaksi Ayat ini menggunakan kata 
yang menunjukan zaman lampau (madhi) 
karena 
untuk menyangkal orang-orang yang mengatakan bahwa 
malaikat adalah 
anak perempuan Allah 
dan 
Almasih adalah 
putra Allah atau untuk membanding ayat 
“Walam yuulad”.

Walam yuulad ini sebagai pernyataan bahwa 
Allah tidak membutuhkan sesuatu 
dan tidak didahului 
sifat ‘adam yang mana 
Allah belum pernah 
tidak ada dalam 
suatu dimensi apapun.

D.       الإخلاص : ( 4 ) ولم يكن له . . . . .
( ولم يكن له كفوا أحد)  أي ولم يكن أحد يكافئه أو يماثله من صاحبة أو غيرها وكان أصله أن يؤخر الظرف لأنه صلة (كفوا)   لكن لما كان المقصود نفي المكافأة عن ذاته تعالى قدم تقديما للأهم ويجوز أن يكون حالا من المستكن في (كفوا)  أو خبرا ويكون  (كفوا)  حالا من  ( أحد) ولعل ربط الجمل الثلاث بالعطف لأن المراد منها نفي أقسام المكافأة فهي كجملة واحدة منبهة عليها بالجمل وقرأ حمزة ويعقوب ونافع في رواية كفوا بالتخفيف وحفص ) كفوا ( بالحركة وقلب الهمزة واوا ولاشتمال هذه السورمع قصرها على جميع المعارف الإلهية والردعلى من ألحد فيها جاء في الحديث أنها تعدل ثلث القرآن فإن مقاصده محصورة في بيان العقائد والأحكام والقصص ومن عدلها بكله اعتبر المقصود بالذات من ذلك وعنه (صلى الله عليه وسلم) أنه سمع رجلا يقرؤها فقال وجبت قيل يا رسول الله وما وجبت قال وجبت له الجنة.

Makna secara utuh dalam surat ini adalah 
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Dalam ayat ini dibahas tentang 
tidak adanya sesuatu hal yang membandingi menyamai Allah 
seperti isteri ataupun 
yang lain. 

Asal tarkibnya 
adalah 
mengakhirkan dzarof ( kalimat lahu) 
karena lafadz lahu 
menjadi silah (persambungan) 
dari lafadz kufuan, 
namun ketika yang dimaksud adalah meniadakan perbandingandari dzat Allah maka 
lafadz “Lhau” didahulukan sebab lebih penting, 
dan boleh lafadz lahu menjadi khal dari dhomir yang tersimpan dari lafadz kufuan 
atau menjadi khobar sedangkan lafadz kufuan menjadi khal 
dari lafadz ahad. 

Tiga jumlah tersebut dirangkai dengan huruf ‘atof mungkin karena 
yang dimaksud adalah meniadakan macam-macam perbandingan. 

Maka jumlah tersebut seperti halnya satu jumlah yang mengingatkan macam-macam perbandingan.

Sohabat Hamzah, Yakub, Nafi’, dalam satu riwayat membaca lafadz kufuan dengan cara  di tahfif / diringankan (kufwan), 

kemudian Imam Hafs membaca lafadz kufuan dengan harokat dan merubah hamzah menjadi wawu ( kufuan). 
Karena surat yang pendek ini mengandung semua pengetahuan tentang ketuhanan 
dan penyangkalan pada orang yang menentang hakikat Allah 
maka dalam 
hadits Rosulullah menyatakan bahwa 
surat ini membandingi sepertiga Al-Qur’an. 

Sesungguhnya maksud Al-Qur’an diringkas dalam keterangan tentang 
aqidah, hukum dan kisah. 

Rosulullah juga pernah menjumpai seseorang sedang membaca surat ini kemudia beliau 
mewajibkannya atas dia untuk masuk surga.



BAB III
KESIMPULAN

Ayat ini merupakan 
ayat tauhid yang didalamnya membahas tentang 
keesaan Allah 
untuk menepis segala definisi tentang Tuhan sebagai sesembaan. 

Allah dalam surat Ini merupakan 
tujuan dan pengharapan atas segala kebutuhan sekalipun 
Allah tidak butuh dengan keberadaan yang lain.

Keistimewaan surat ini diantaranya adalah membandingi sepertiga al-Qur’an 
dan rosulpun mewajibkan pada yang membaca surat ini untuk masuk surga.

.
[30/3 00:50] Aing: DO’A / NIAT ZAKAT FITRAH

1. Niat zakat Fitrah 
    untuk diri sendiri
نَوَيْتُ أَنْ اُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

2. Niat zakat Fitrah 
    untuk Istri
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَ وْجَتِيْ فَرْضًا لِلَّهِ  تَعَالَى

3. Niat zakat Fitrah 
    untuk anak laki-laki atau 
    perempuan
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ, ……… / بِنْ / + تـِيْ ………… فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

4. Niat zakat Fitrah 
    untuk orang yang Ia wakili
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (…..) فَرْضًا للهِ تَعَالَى

5. Niat zakat Fitrah 
    untuk diri sendiri dan 
    untuk semua orang yang 
    ia tanggung nafkahnya
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّىْ وَعَنْ جَمِيْعِ مَا يَلْزَمُنِـيْ نَفَـقَـاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

6. Do’a Menerima Zakat
ءَاجَرَكَ اللهُ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَبَارَكَ فِيْمَا اَبْقَيْتَ وَجَعَلَ اللهُ لَكَ طَهُوْرًا
.
[30/3 00:52] Aing: Do'a Minta Turun Hujan
اَللَّهُـمَ اَسْـكِـنَـا غَيـْشَا مُغِـيْـشَا (.) وَلَا تَـجْـعَـلْنـَا مِنَ الْقَانِطِيْن (.) اِسْـتَغْـفِـرُوا رَبَـكُمْ اِنَّــهُ كَانَ غَـفَّـارًا (.) يُـرْسِلِ السَّـمَـاءَ عَلَيْـكُمْ مِـدْرَارًا (.) وَيُـمْدِدْ كُمْ بِـأَمْـوَالٍ وَبَنِيْنَ وَيـَجْعَـل لَّكُمْ جَـنَّاتٍ وَيـَجْعَـل لَّكُمْ اَنْـهَـارًا
[30/3 00:57] Aing: Istighosah


Kumpulan Doa-doa
1.         اَلْـفَـاتِحَـه . . . . . . . .   3  X
2.         أَسْتـَغْـفِـرُ اللهَ الْعَــظِيْـمِ . . . . . . . .   10 X
3.         لَا حَوْلَ وَلَاقُـوَةَ إِلَا بِاللهِ العَلِـيِ الْـعَـظِـيْـمِ . . . . . . . .   10 X
4.         اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِدِ نَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سَيِدِ نَا مُحَمَّدٍ . . . . . . . .   10 X
5.         يَـا اللهُ يَـا قَـدِيـْـم . . . . . . . .   100 X
6.         يـَا سَمِـيْـعُ يـَا بَـصِـيـْرُ . . . . . . . .   100 X
7.         يـَا مُـبـْدِئُ يـَا خـَالِـق . . . . . . . .   100 X
8.         يـَا حَـفِـيـظُ يـَا نَــصِـيْـرُ يـَا وَكـِيْلُ يـَااللهُ . . . . . . . .   40 X
9.         يـَا حَــيُّ يـَا قَـيُـوْمُ بِـرَحْــمَتـِكَ اَسْتَــغِـيْــثُ . . . . . . . .   40 X
10.       يـَا لَـطِيـْـفُ . . . . . . . .   100 X
11.       رَبِ اشْـرَحْ لِـى صَـدْرِ وَيـَسِرْلِـِى اَمْرى . . . . . . . .   40 X
12.       سُبْحـَـانَـكَ لاَ عِـلْـمَ لَـنَـا اِلَّا مَاعَـلَّـمْـتَـنَـااِنَّـكَ اَنْتَ الْـعَـلِـيْـمُ الْحَكِـيْـمُ . . . . . . . .   40 X
13.       لَا اِلـَهَ اِلَّاالله . . . . . . . .     100X
14.       اَلْـفَـاتِحَـه . . . . . . . .   1  X
SHALAWAT NARIYAH

اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كاَمِلَةً وَّسَلِمْ سَلاَماً تاَمّاً عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ نِالَّذِى تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَ تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَ تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الْرَّغَائِبُ وَ حُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَ عَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَّ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ .
Doa Setelah membaca al-Quran

اَللَّهُمَّ ارْحَمْنِا بِاْلقُرْآنْ, وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًا وَرَحْمَةْ, أَللَّهُمَّ ذَكِّرْنا مِنْهُ مَا نَسِيْناَ وَعَلِّمْنَا مِنْهُمَا جَهِلْنَا
وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ الْلَيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارْ, وَاجْعَلْهُ لَناَ حُجَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمْيِنَ.
Ya ALLAH kasihilah kami dengan membaca Al Qur'an, jadikanlah Al Qur'an bagi kami sebagai panutan, cahaya, petunjuk dan rohmat. Ya ALLAH ingatkan-lah kami andaikan terlupa dari ayat-ayat Al Qur'an, ajarkan kami dari padanya yang kami belum tahu, karuniakanlah kami untuk bisa membaca Al Qur'an di tengah malam dan siang hari jadikanlah Al Qur'an bagi kami sebagai pedoman Wahai Tuhan semesta alam.




LAFADZ TAKBIR IDDAIN
الله اكبر- الله اكبر- الله اكبر
لااله الاالله والله اكبر
 الله اكبر ولله الحمد.
اللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ لِلهِ كَثِيْرًا. وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لَااِلَهَ اِلااللهُ وَلَانَعْبُدُ اِلَاإِيَّاهُ, مُخلِصِينَ لَهُ الدِّ يْنَ, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُونَ, وَلَوْ كَرِهَ المُنَافِقُوْنَ , وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لَااِلَهَ اِلَا اللهُ وَحدَه, صَدَقَ وَعْدَه, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأعَزَّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لَااِلَهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَلِلهِ الحَمْد.
Lafadz Niat Zakat Fitrah
1. Niat zakat Fitrah untuk diri sendiri
 
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَالْفِطْرِ عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
"NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘ANNAFSII FARDHAN LILLAHI TA’AALAA.."
"Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas diri saya sendiri, Fardhu karena Allah Ta’ala.."

2. Niat zakat Fitrah untuk Istri
 
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَالْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
"NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘AN ZAUJATII FARDHAN LILLAHI TA’AALAA.."
"Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya, Fardhu karena Allah Ta’ala.."

3. Niat zakat Fitrah untuk anak laki-laki atau perempuan
 
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَالْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ…….. … / بِنْتِيْ……… فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
"NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘AN WALADII…..… / BINTII……….. FARDHAN LILLAHI TA’AALAA.."
"Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya.. (sebut namanya) / anak perempuan saya.. (sebut namanya), Fardhu karena Allah Ta’ala.."

4. Niat zakat Fitrah untuk orang yang ia wakili
 
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَالْفِطْرِ عَنْ (……...) فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
"NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘AN (……) FARDHAN LILLAHI TA’AALAA.."
"Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas ……….…(sebut nama orangnya), Fardhu karena Allah Ta’ala.."
5. Do’a ketika menyerahkan Zakat Fitrah

 اَللَّهـُمَ اجْـعَـلْهـَا مَـعْـنَمـًا وَلَا تَـجْعَـلْـهـَا مَـعْـرَمًـا
ALLAHUMAJ’ALHAA MA’NAMAN WALAA TAJ’ALHAA MA’ROMANN
"Ya Allah Jadikanlah ia sebagai simpanan yang menguntungkan dan jangan jadikan pemberian yang merugikan"
6. Do’a ketika menerima Zakat Fitrah

اَجْـرَكَ اللهُ فِـيْـمَـا اَعْـطَيـْتَ, وَبـَارَكَ لـَكَ فِيْـمَـا اَبْـقَـيْـتَ, وَاَجْـعـَلْـهُ لَـكَ طَهُـوْرًا  
Ajarakallahu Fiimaa  A’thaita Wa Baaraka Fiimaa Abqaitawa Ja’ala Laka Tohuuraa

"Semoga Allah memberi pahala atas apa yg telah kau berikan, menjadikannya penyuci (jiwa dan harta) untukmu, dan melimpahkan berkah terhadap harta yang tersisa."
 -------------------------------------------------------------------------------------
.
[30/3 00:58] Aing: Niat jama’ taqdim 
dengan qoshor 
dan 
Niat jama’ takhir 
dengan qoshor
[30/3 00:59] Aing: Niat jama’ taqdim 
dan qoshor)--

أُصَليِ فَرْضَ الْظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تعالى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOD DHUHRI RIKNGATAENI MAJMU’AN BIL ‘NGASRI JAM’A TAKDIMI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).


أُصَليِ فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْظُّهْرِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOD NGASRI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL DHUHRI JAM’A TAKDIMI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ  رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL MAGHRIBI SALAASA ROKAATIM MAJMU’AN BIL ISAI JAM’A TAKDIMI [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْمَغْرِبِ جَمْعَ تَقْدِيْـمِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL ISAI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL MAGHRIBI JAM’A TAKDIMI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).
[30/3 01:00] Aing: Niat jama’ takhir dan qoshor)--
أُصَليِ فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْظُّهْرِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL NGASRI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL DHUHRI JAM’A TA’HIRI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَأْخِيْرِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOD DHUHRI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL ‘NGASRI JAM’A TA’HIRI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَجْمُوْعًا بِالْمَغْرِبِ جَمْعَ تَأْخِيْرِ قَصْرًا (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL ISAI ROKNGATAENI MAJMU’AN BIL MAGHRIBI JAM’A TA’HIRI QOSRON [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).

أُصَليِ فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ  رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ (مَأْمُوْمًا \ إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَالَى اللهُ اَكْبَرْ
(USHOLI FARDHOL MAGHRIBI SALAASA ROKAATIM MAJMU’AN BIL ISAI JAM’A TA’HIRI [MA’MUMAN / IMAMAN] LILAHI TA’ALA).
[30/3 01:00] Aing: UCAPAN SALAM KETIKA DI MAKAM WALI ALLAH)--
أَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَاوَلِيَّ اللَّهِ..... صَاحِبَ الْكَرَامَةِ جِئْنَاكَ زَائِرِيْنَ وَعَلَي مَقَامِكَ وَاقِفِيْن