ISIM DAN CIRI-CIRINYA
Dalam bahasa Arab isim/kata benda mempunyai pembahasan yang khusus, di ilmu nahwu ini isim menjadi pembahasan yang hampir di setiap bab itu ada, karena isim adalah pondasi suatu kalimat dalam bahasa Arab, isim menurut kitab al-jurumiyah yaitu :
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنَى فِي نَفْسِهَا وَ لَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ
"kata yang menunjukan suatu makna pada dirinya dan tidak terkait dengan waktu" , jadi jika disimpulkan secara pemahaman kita, isim adalah semua jenis kata benda, baik itu benda mati atau benda hidup, baik itu yang dapat dijangkau oleh panca indera (nampak) atau yang yang bersifat abstrak (tidak nampak), dan tentunya tidak berkaitan dengan waktu.
Dalam bahasa indonesia tidak ada ciri-ciri khusus untuk mengenali kata benda, intinya selagi kata tersebut tidak berkaitan dengan waktu maka itu disebut kata benda. Nah dalam bahasa Arab kata benda (isim) mempunyai ciri-ciri khusus untuk mengenalinya
Berikut ini adalah ciri-ciri isim (kata benda) :
Dibaca jer (biasanya ditandai dengan dibaca kasroh atau kasrotain).
Contoh : ذَهَبَ مُحَمَّدٌ إلَى المَسْجِدِ
Ciri-ciri pertama adalah dibaca jer, apa itu jer? Jer adalah keadaan suatu kata yang umumnya ditandai dengan menggunakan harakat kasroh di akhir katanya seperti kata المَسْجِدِ , secara otomatis kata tersebut sudah tergolong kata benda (isim) dalam bahasa Arab.
Dibaca tanwin
Contoh : جَاءَ مُحَمَدٌ
Ciri yang kedua yaitu dibaca tanwin, tanwin adalah harakat yang dibaca di akhir kata, bentuknya bisa pada dhomah (menjadi dhommatain), fathah (menjadi fathatain), atau kasroh (menjadi kasrotain). Semua kata yang kemasukan tanwin maka dia termasuk isim.
Kemasukan alif dan lam (ال)
Contoh : هَيَّا عَلَى الصَّلَاةِ
ciri selanjutnya yaitu kemasukan alif dan lam (ال), ciri ini sangat banyak ditemui pada teks Arab, jadi semua kata yang didahului dengan alif dan lam (ال) maka itu termasuk isim. Yang perlu diperhatikan adalah tidak semua isim bisa kemasukan alif dan lam, diantaranya : nama orang, isim dhomir (kata ganti orang seperti هُوَ هُمَا هِيَ أنْتَ أنْتِ أنَا), isim isyaroh (kata tunjuk seperti هَذَا هّذِهِ تِلْكَ ذَلِكَ ).
Kemasukan huruf jer.
Contoh : نَظَرْتُ إلَى الجَبَلِ
Nah ciri yang terakhir adalah kemasukan atau sebelumnya ada huruf jer, yang kemudian membuat kata tersebut dibaca jer. Perhatikan kata yang saya tandai merah “ إلَى” , itu adalah huruf jer. Dan kata yang saya tandai hijau “ الجَبَلِ” adalah isim.
FI’IL DAN CIRI-CIRINYA
“Ciri-ciri fi‘il adalah didahului oleh qad, huruf sīn, saufa, dan huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.”
SYARAH
Fi‘il dapat dibedakan dari isim dan ḥurūf melalui empat ciri. Setiap kita dapati salah satu ciri ini melekat pada satu kata, maka kata tersebut adalah sebuah fi‘il. Ciri-ciri tersebut adalah didahului dengan (قَدْ), (السِّيْنُ) huruf sīn yang dibaca “sa” jika bergandeng dengan fi‘il, didahului (سَوْفَ), (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ) huruf tā’ ta’nīts sākinah.
1. Qad (قَدْ).
(قَدْ) digunakan pada dua jenis fi‘il, yaitu pada fi‘il mādhī dan fi‘il mudhāri‘.
a. Jika (قَدْ) masuk pada fi‘il mādhī, maka makna yang ditunjukkan olehnya adalah salah satu di antara dua makna, yaitu at-taḥqīq (penegasan) atau at-taqrīb (kedekatan waktu/hampir).
Contoh kalimat yangmenunjukkan pada makna at-taḥqīq adalah firman Allah ta‘ālā:
(قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ) – Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. (al-Mu’minūn: 1).
(لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ) – Sungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang yang beriman. (al-Fatḥ: 18).
dan perkataan kita:
(قَدْ حَضَرَ مُحَمَّدٌ) – Muḥammad sungguh telah hadir.
(قَدْ سَافَرَ خَالِدٌ) – Khālid telah melakukan perjalanan jauh.
Contoh kalimat yang menunjukkan pada makna at-taqrīb adalah ucapan mu’adzdzin ketika mengumangdangkan iqamat:
(قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ) – Shalat hampir ditegakkan.
dan perkataanmu:
(قَدْ غَرَبَتِ الشَّمْسِ) – Matahari hampir terbenam.
b. Apabila huruf qād (قَدْ) masuk pada fi‘il mudhāri‘, maka makna yang ditunjukkan adalah salah satu di antara dua makna, yaitu taqlīl (menunjukkan sedikit/jarang atau kadang-kadang) atau taktsīr (menunjukkan sering).
Contoh kalimat yang menunjukkan makna taqlīl (التَّقْلِيْلُ):
(قَدْ يَصْدُقُ الْكَذُوْبُ) – Terkadang pendusta itu berkata jujur.
(قَدْ يَجُوْدُ الْبَخِيْلُ) – Terkadang orang yang kikir bersifat dermawan.
(قَدْ يَنْجَحُ الْبَلِيْدُ) – Terkadang orang yang dungu itu berhasil lulus.
Contoh kalimat yang menunjukkan makna taktsīr (التَّكْثِيْرُ):
(قَدْ يَنَالُ الْمُجْتَهِدُ بُغْيَتَهُ) – Orang yang bersungguh-sungguh sering berhasil mencapai tujuannya.
(قَدْ يَفْعَلُ التَّقِيُّ الْخَيْرَ) – Orang yang bertakwa itu sering mengerjakan amalan kebaikan.
Sīn (السِّيْنُ) dan saufa (سَوْفَ).
(السِّيْنُ) sīn dan (سَوْفَ) saufa hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘. Kedua huruf ini menunjukkan makna tanfīs, yang berarti di-istiqbāl (makna: masa yang akan datang). Ada perbedaan di antara kedua huruf itu. Kata (السِّيْنُ) dipakai untuk masa akan datang yang sudah dekat, sedangkan (سَوْفَ) menunjukkan masa akan datang yang masih jauh.
Contoh kalimat yang menggunakan (السِّيْنُ) adalah firman Allah ta‘ālā:
(سَيَقُوْلُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ) – Orang-orang yang dungu dari sebagian manusia akan berkata. (al-Baqarah: 142).
(سَيَقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ) – Orang-orang yang tertinggal itu akan berkata kepadamu. (al-Fatḥ: 11).
Contoh kalimat yang menggunakan (سَوْفَ) pada fi‘il mudhāri‘ adalah firman Allah ta‘ālā:
(وَ لَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى) – Rabbmu akan memberimu sehingga kamu ridha. (adh-Dhuḥā: 5).
(سُوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارًا) – Kami akan melemparkan mereka ke dalam neraka. (an-Nisā’: 56).
(سَوْفَ يُؤْتِيْهِمْ أُجُوْرَهُمْ) – Dia (Allah) akan memberikan pahala-pahala mereka. (an-Nisā’: 152).
3. Tā’ ta’nīts sākinah (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ)/huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.
Huruf ini hanya masuk pada fi‘il mādhī. Tujuan diletakkan huruf ini pada fi‘il mādhī untuk menunjukkan bahwa pihak yang melakukan pekerjaan itu adalah jenis perempuan, baik dia berkedudukan sebagai fā‘il atau nā’ib-ul-fā‘il.
Contoh kalimat dengan tā’ ta’nīts sebagai fā‘il:
(قَالَتْ عَائِشَةُ أُمُّ الْمُؤْمِنِيْنَ) – ‘Ā’isyah Umm-ul-Mu’minīn berkata.
Contoh sebagai nā’ib-ul-fā‘il:
(فُرِشَتْ دَارُنَا بِالْبُسُطِ) – Rumah kami digelari karpet.
Huruf tā’ yang di-sukūn merupakan asal penggunaannya. Berarti terkadang huruf tā’ ini bisa berharakat jika bertemu dengan huruf yang di-sukūn. Contohnya pada firman Allah:
(وَ قَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ) – Dia (istri al-‘Azīz) berkata: “Keluarlah, nampakkan dirimu kepada mereka.” (Yūsuf: 31).
(وَ قَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ) – Istri Fir‘aun berkata. (al-Qashash: 9).
(قَالَتَا أَتِيْنَا طَائِعِيْنَ) – Keduanya (langit dan bumi) menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”(Fushshilāt: 11).
Setelah membaca penjelasan penulis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri fi‘il ada tiga:
Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mādhī yaitu (تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ) tā’ ta’nīts sākinah.
Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘ yaitu (السِّيْنُ) huruf sīn dan (سَوْفَ) saufa.
Ciri yang dapat masuk pada fi‘il mādhī dan mudhāri‘ yaitu (قَدْ).
Pada pembahasan ini penulis tidak menyebutkan ciri fi‘il amr, yaitu menunjukkan makna ath-thalab (tuntutan/permintaan) dan dapat memberima huruf yā’ mukhāthabah (يَاءُ الْمُخَاطَبَةِ) atau nūn taukīd (نُوْنُ التَّوْكِيْدِ).
Contoh fi‘il amr: (قُمْ) berdirilah, (اُقْعُدْ) duduklah, (اُكْتُبْ) tulislah, (اُنْظُرْ) lihatlah. Keempat kata tersebut menuntut agar perbuatan yang disebutkan, yaitu berdiri, duduk, menulis, dan melihat dilakukan oleh orang yang diperintah.
Seperti telah disebutkan, kata ini dapat menerima yā’ mukhāthabah. Contohnya pada kalimat:
(قُوْمِيْ) – Berdirilah!
(apabila objek yang diperintah adalah seorang perempuan, maka kata (قُمْ) yang di atas disisipkan dengan huruf (ي) yang disebut dengan huruf yā’ mukhāthabah, ed.)
(اُقْعُدِيْ) – Duduklah!
(objek yang diperintah adalah seorang perempuan).
Fi‘il amr dapat menerima nūn taukīd (huruf nūn yang disisipkan dalam fi‘il dan berfungsi untuk mempertegas makna), seperti:
(اُكْتُبَنَّ) – Tulislah dengan sebenar-benarnya.
(اُنْظُرَنَّ إِلَى مَا يَنْفَعُكَ) – Perhatikanlah dengan cermat segala sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat bagimu.
Pengertian I’rab dalam Ilmu Nahwu
Pengertian I’rab
Para ulama’ Nahwu berbeda-beda dalam mendefinisikan i’rab. Tetapi dalam perbedaan pendapat tersebut antara ulama’ satu dengaan yang lainnya mengarah ke pada satu tujuan dan maksud yang sama. Menurut Syekh Zaini Dahlan dalam kitab Matan al-Jurumiyah menjelaskan, bahwa i’rab adalah perubahan keadaan akhir kata karena perbedaan beberapa amil (penyebab perubahan akhir kata) yang menyertainya, baik secara lafal maupun perkiraan.[1]
Sedangkan menurut pendapat Musthafa al-Ghalayain dan Ahmad al-Hasyimi. Mereka menyatakan bahwa i’rab adalah perubahan akhir kata karena perbedaan amil-amil yang masuk pada kata yang dimaksud. Dari pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa segala sesuatu yang berubah karena suatu amil maka disebut mu’ra.[2]
Di dalam buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy di jelaaskan, bahwa I’rab adalah;
الاعراب هو تغيير اواخر الكلم لاختلاف العوامل الدّاخلة عليها لفظا او تقديرا
“I’rab ialah perubahan akhir kalimat karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafazh ataupun secara perkiraan.
Maksudnya; I’rab itu mengubah syakal (harakat) tiap-tiap akhir kalimat disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.
Contoh perubahan secara lafadz;
جَاءَ زَيْدٌ = Zaid telah datang
رَاَيْتُ زَيدًا = Aku telah melihat Zaid
مَرَرْتُ بِزَيْدٍ = Aku telaah bertemu dengan Zaid
يَضْرِبُ = Dia memukul
لَنْ يَضْرِبَ = Dia tidak akan dapat memukul
لَمْ يَضْرِبْ = Dia tidak memukul
Contoh perubahan secara diperkirakan keberadaan;
يَخْشَى = Dia merasa takut.
لَنْ يَخْشَ = Dia tidak akan merasa takut.
لَمْ يَخْشَى = Dia tidak merasa takut.
جَاءَ الْفَتَى = Telah datang seorang pemuda.
رَاَيْتُ الْفَتَى = Aku telah melihat seorang pemuda.
مَرَرْتُ بِالْفَتَى = Aku telah bertemu dengan seorang pemuda.
اعرابهم تغيير اخر الكلم * تقديرا او لفظا لعامل علم
“I’rab Menurut mereka (Ahli Nahwu) ialah perubahan akhir kalimat, baik secara perkiraan maupun secara lafadz, karena ada amil masuk yang dapat diketahui keberadaannya
Pembagian I’rab
“I’rab itu terbagi menjadi empat macam, yaitu i’rab rafa’, i’rab nasab, i’rab nasab, i’rab khaffadz (jer), i’rab jazem.
Di antara contoh dari i’rab-i’rab tersebut ialah, sebagai berikut;
I’rab Rafa’, seperti; زَيْدٌ قَائِمٌ
I’rab Nasab, seperti; رَاَيْتُ زَيْدًا
I’rab Khafadh (jer), seperti; مَرَرْتُ بِزَيْدٍ
I’rab Jazem, seperti; لَمْ يَضْرِبْ
anda-tanda i’rab rafa’
Adapun ciri atau tanda dari i’rab rafa’ adalah, sebagai berikut;
Harakat Dhammah
Harakat dhammah menjadi ciri i’rab rafa’ terdapat di empat tempat, yaitu;
قَرَأَ مُحَمَّدٌ القرأنَ
jamak taksir yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikt pada objek perempuan maupun laki-laki. Biasanya, bentuk ini merupakan sistem sima’i dari penutur aslinya (orang-orang Arab). Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu lafadz yang menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya. Misalnya; طلب menjadi طلاب , contoh;
جاء الطلاب في المدرسةِ
جائتْ المسلماتُ في المسجدِ
يذهبُ فلانٌ الى السوقِ
Huruf Wawu
Huruf wawu menjadi tanda atau ciri i’rab rafa’ pada hakikatnya adalah sebagai pengganti dari tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua tempat, yaitu;
Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu dan nun (و ن) pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun (ين) pada tingkah nasab dan jer. Contoh;
اولئك هم المفلحون
Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni (اب، اخ، حم، فو، ذو). Contoh;[3]
جَاءَ اَبُوْكَ، اَخُوْكَ، حَمُوْكَ، فُوْكَ، ذُوْ مَالٍ.
Huruf Alif
Huruf alif menjadi ciri atau tanda i’rab rafa’ pada hakikatnya sebagai pengganti dari tanda harakat dhammah. Huruf alif sebagai tanda i’rab rafa’ bertempat di satu tempat, yaitu isim tatsniyah.
Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua. Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nun (أ ن) ketika rafa’, dan di akhiri ya’ dan nun (ين) ketikaa tingkah nasab dan jer. Contoh;[4]
احمدٌ وحسنٌ طالبان جديدان
Huruf Nun
Nun menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan;
Dhamir tastniyah, contoh;
يفعلان، تفعلان
Dhamir jamak, contoh;
يفعلون، تفعلون
Dhamir muannas mukhatabah, contoh;[5]
تفعلين
Bab 4
Pengertian Kalimat Fiil Madhi Serta Contohnya
Kalimat Fiil Madhi
– Bentuk kalimat fiil berdasarkan waktunya dibedakan ke dalam 3 kategori waktu, yaitu fiil madhi, mudhari dan amar. Pada tulisan ini kita akan belajar mengenai bantuk fiil berdasarkan waktunya yang pertama yaitu fiil madhi. Sebelum memahami kedua bentuk fiil selanjutnya, kita hendaknya memahami apa itu yang dimaksud dengan fiil madhi, bagaimana pengunaannya dalam bahasa arab dan bagaimana contoh-contohnya supaya kita lebih mudah untuk memahaminya. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya :
Materi Bahasa Arab Tentang Fiil Atau Kata Kerja
Pengertian kalimat fiil madhi secara bahasa adalah “kata kerja yang lampau”, maksudnya adalah sebuah kata kerja yang menunjukan masa lampau. Pengertian fiil madhi secara bahasa ini sejalan dengan pengertiannya menurut istilah ilmu nahwu dalam bentuk bahasa arab yaitu :
مَا دَلَّ عَلى حَدَثٍ مَضَى وَانْقَضَى
Artinya : Lafadz yang menunjukan kejadian di masa lampau.
Jadi, setiap kejadian yang terjadi di masa lampau maka itulah yang dimaksud dengan fiil madhi.
Misalnya :
قَرَأْتُ الكِتَابَ
“saya membaca buku”
Kata “قرأ” pada kalimat di atas termasuk kalimat fiil madhi karena kegiatan membacanya dilakukan pada masa yang sudah lewat dan sekarang sudah tidak sedang membaca lagi, jika kegiatan membaca itu sedang terjadi maka namanya bukan fiil madhi akan tetapi fiil mudhari (untuk penjelasan fiil mudhari akan kita bahas pada tulisan selanjutnya).
Lalu, Bagaimana caranya supaya kita mengetahui apakah itu fiil madhi atau fiil mudhari? ini adalah salah satu pertanyaan yang penting dan banyak ditanyakan oleh teman-teman saya ketika hendak belajar bahasa arab. Ada dua hal yang bisa kita lakukan untuk mengetahui apakah itu fiil madhi atau fiil mudhari, yaitu :
Pertama, dengan mengetahui artinya berdasarkan konteks sebelumnya (siyaqul kalam).
Kedua, dilihat dari bentuk wazannya. Karena setiap kalimat fiil memiliki bentuk wazan masing-masing yang berbeda-beda, akan tetapi untuk mengetahui bentuk wazan tersebut kita harus mempelajari ilmu sharaf (insyaallah akan kita bahas pada tulisan selanjutnya).
A . Fi'il Tsulatsi Mujarrad
الفعل الثلاثي المجرد
Fi'il Tsulatsi Mujarrod فعل ثلاثي مجرد yaitu fi'il yang huruf-huruf asli pada fi'il madhi-nya terdiri dari tiga huruf, dan tidak mendapatkan tambahan huruf apapun.
Contoh :
حَسُنَ – ذَهَبَ – عَلِمَ – مَشَى – دَعَا
Pola-pola/ wazan fi'il mujarrod tsulatsi / فعل مجرد ثلاثي !
Ada enam wazan. Perhatikan wazan/pola-pola berikut ini!
Pola | Wazan | Contoh | Nama Pola |
I | فَعَلَ - يَفْعُلُ | نَصَرَ - يَنْصُرُ | فَتْحُ ضَمٍّ |
II | فَعَلَ - يَفْعِلُ | ضَرَبَ - يَضْرِبُ | فَتْحُ كَسْرٍ |
III | فَعَلَ - يَفْعَلُ | فَتَحَ - يَفْتَحُ | فَتْحَتَانِ |
IV | فَعِلَ - يَفْعَلُ | عَلِمَ - يَعْلَمُ | كَسْرُ فَتْحٍ |
V | فَعُلَ - يَفْعُلُ | حَسُنَ - يَحْسُنُ | ضَمُّ ضَمٍّ |
VI | فَعِلَ - يَفْعِلُ | حَسِبَ - يَحْسِبُ | كَسْرَتَانِ |
Keterangan :
Penyebutan nama pola didasarkan pada harakat ain fi'il madhi dan ain fi'il mudharinya.
Contoh wazan I yaitu kaidah فتح - ضم !
No | Wazan | Contoh | Arti |
1 | فَعَلَ - يَفْعُلُ | قَعَدَ – يَقْعُدُ | Duduk |
2 | أَخَذَ - يَأْخُذُ | Mengambil |
3 | قَالَ - يَقُوْلُ | Berkata |
4 | غَزَا - يَغْزُو | Berperang |
5 | مَـرَّ – يَـمُرُّ | Melewati |
Contoh wazan II yaitu kaidah فَتْحُ - كَسْرٍ !
No | Wazan | Contoh | Arti |
1 | فَعَلَ - يَفْعِلُ | ضَرَبَ – يَضْرِبُ | Memukul |
2 | وَعَدَ - يَعِدُ | Berjanji |
3 | سَارَ - يَسِيْرُ | Berjalan |
4 | وَقَى - يَقِي | Menjaga |
5 | أَوَى – يَأْوِي | Berlindung |
6 | أَتَى - يَأْتِي | Datang |
7 | خَفَّ - يَخِفُّ | Ringan |
Keterangan :
- Apabila fa fi'ilnya hamzah atau wawu, maka kebanyakan menggunakan wazan II diatas.
- Fi'il-fi'il mudhoaf yang pasif/lazim biasanya menggunakan wazan II ini.
Contoh wazan III yaitu kaidah فتحتان !
No | Wazan | Contoh | Arti |
1 | فَعَلَ - يَفْعَلُ | ذَهَبَ – يَذْهَبُ | Duduk |
2 | وَضَعَ - يَضَعُ | Meletakkan |
3 | يَفَعَ – يَيْفَعُ | Mendaki |
4 | سَأَلَ - يَسْأَلُ | Bertanya |
5 | قَرَأَ – يَقْرَأُ | Melewati |
Keterangan :
Untuk pola ini biasa terdiri dari fi'il-fi'il yang ain atau lam fi'ilnya adalah huruf-huruf halqi ( ح –خ - ء – ع – غ - ﮬ ), sedangkan kalaupun ada selain dari itu, hal itu jarang sekali.
Ø Berikan contoh wazan IV yaitu kaidah كسر - فتح !
No | Wazan | Contoh | Arti |
1 | فَعِلَ - يَفْعَلُ | فَرِحَ – يَفْرَحُ | Gembira |
2 | قَوِيَ - يَقْوَى | Kuat |
3 | حَزِنَ - يَحْزَنُ | Kering |
4 | خَافَ - يَخَافُ | Takut |
5 | عَوِرَ – يَعْوَرُ | Menjadi buta sebelah mata |
6 | شَبِعَ - يَشْبَعُ | Menjadi kenyang |
7 | عَطِشَ - يَعْطَشُ | Haus |
8 | سَوِدَ - يَسْوَدُ | Menghitam |
Keterangan :
- Untuk pola ini biasa terdiri dari fi'il-fi'il yang menunjuk rasa senang atau lawannya, penuh atau kosong, warna, sesuatu yang cela, ciptaan yang tampak.
- Fi'il dengan pola ini lebih banyak yang bermakna lazim (pasif) daripada muta'addi (aktif).
Contoh wazan V yaitu kaidah ضَمَّ – ضَمٍّ
No | Wazan | Contoh | Arti |
1 | فَعُلَ - يَفْعُلُ | شَرُفَ – يَشْرُفُ | Mulia |
2 | يَمُنَ - يَيْمُنُ | Beruntung |
3 | أَسُلَ – يَأْسُلُ | Lemas |
4 | كَبُرَ – يَكْبُرُ | Besar |
5 | صَغُرَ – يَصْغُرُ | Kecil |
6 | لَؤُمَ – يَلْؤُمُ | Hina |
7 | قَبُحَ – يَقْبُحُ | Buruk |
8 | حَسُنَ - يَحْسُنُ | Baik |
Keterangan :
- Untuk pola ini biasanya terdiri dari fi'il-fi'il yang menunjuk sifat, tabiat, prilaku.
Contoh wazan VI yaitu kaidah كسرتان!
No | Wazan | Contoh | Arti |
1 | فَعِلَ - يَفْعِلُ | حَسِبَ – يَحْسِبُ | Mengira |
2 | وَرِمَ – يَرِمُ | Bengkak |
3 | وَمِقَ - يَمِقُ | Mencintai |
Fi’il Mujarrad Ruba’i
Fi’il mujarrad ruba’i mempunyai satu wazan, yaitu فَعْلَلَ.
Contoh:
تَرْجَمَ – وَسْوَسَ – بَعْثَرَ – دَهْوَرَ – زَلْزَلَ
Ketika mudhari’ huruf mudhara’ahnya selalu didhammah dan huruf sebelum terakhir dikasrah.
Contoh:
يُتَرْجِمُ – يُوَسْوِسُ – يُبَعْثِرُ – يُدَهْوِرُ
Fi’il Mazid
Fi’il mazid adalah setiap fi’il yang ditambahkan kepada huruf-huruf aslinya satu huruf atau lebih.
Contoh:
قَاتَلَ – صَدَّقَ – اِجْتَازَ – تَقَاضَى
Huruf tambahan adalah salah satu dari huruf-huruf berikut:
سَأَلْتُمُونيهَا
atau dari jenis ‘ain atau lam fi’il.
Contoh:
اِسْتَعْلَمَ : (Asal fi’ilnya عَلِمَ, disandarkan padanya huruf-huruf dari سَأَلْتُمُونيهَا )
حَرَّمَ : (Asal fi’ilnya حَرُمَ, disandarkan padanya satu huruf dari jenis ‘ain fi’il)
اِصْفَرَّ : (Asal fi’ilnya صَفِرَ, disandarkan padanya salah satu huruf dari سَأَلْتُمُونيهَا dan satu huruf dari jenis lam fi’il)
Tsulatsi Mazid
Fi’il tsulatsi bisa ditambahkan satu, dua atau tiga huruf.
– Tambahan satu huruf ada 3 wazan, yaitu:
أَفْعَلَ
Contoh:
أَكْرَمَ – أَحْسَنَ – أَشْعَلَ
فَاعَلَ
Contoh:
شَاهَدَ – طَارَدَ – سَامَحَ
فَعَّلَ
Contoh:
قَدَّمَ – كَرَّمَ – عَلَّمَ
– Tambahan dua huruf ada 3 wazan, yaitu:
اِنْفَعَلَ
Contoh:
اِنْطَلَقَ – اِنْصَرَفَ – اِنْدَفَعَ
اِفْتَعَلَ
Contoh:
اِجْتَمَعَ – اِقْتَرَبَ – اِنْتَصَرَ
اِفْعَلَّ
Contoh:
اِحْمَرَّ
اِخْضَرَّ
اِعْوَجَّ
تَفَعَّلَ
Contoh:
تَقَدَّمَ – تَقَرَّبَ – تَعَلَّمَ
تَفَاعَلَ
Contoh:
تَبَاعَدَ – تَبَارَى – تَدَارَكَ
– Tambahan tiga huruf ada 3 wazan, yaitu:
اِسْتَفْعَلَ
Contoh:
اِسْتَغْفَرَ
اِسْتَقْبَلَ
اِسْتَخْرَجَ
اِسْتَحَمَّ
اِفْعَوْعَلَ
Contoh:
اِغْرَوْرَقَ
اِخْشَوْشَنَ
اِفْعَالَّ
Contoh:
اِحْمَارَّ – اِخْضّارَّ – اِصْفَارَّ
2. Ruba’i Mazid
Fi’il ruba’i bisa ditambahkan satu huruf atau dua huruf dan fi’il mazid tidak lebih dari 6 huruf.[1]
– Tambahan satu huruf ada satu wazan, yaitu:
تَفَعْلَلَ
Contoh:
تَبَعْثَرَ – تَدَهْوَرَ – تَدَهْرَجَ
اِفْعَلَلَّ
Contoh:
اِقْشَعَرَّ – اِطْمَأَنَّ
اِفْعَنْلَلَ
Contoh:
اِفْرَنْقَعَ
(Bermakna تَفَرَّقَ)
اِحْرَنْجَمَ
(Bermakna تَجَمَّعَ)
Fi’il Tsulatsi Mazid:
Ada yang ditambah satu huruf, seperti أَفْعَلَ (dengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’ Fi’il). فَاعَلَ (ada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). فَعَّلَ (ada tambahan ‘Ain, menjadi double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i
Ada yang ditambah dua huruf, seperti تَفَاعَلَ (tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). انْفَعَلَ (tambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il). تَفَعَّلَ (tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). افْتَعَلَ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Ta’ diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). افْعَلَّ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi
Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: اسْتَفْعَلَ (ditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il). افْعَالَّ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif sebelum ‘Ain Fi’il dan Double Lam). افْعَوْعَلَ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum Lam Fi’il). افْعَنْلَلَ (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Lam sesudah Lam Fi’il). افْعَنْلَى (ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Alif Layyinah sesudah Lam Fi’il). افْعَوَّلَ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau sebelum Lam Fi’il). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi
Untuk lebih mudahnya kita lihat wazan-wazan tabel berikut:
WAZAN | MAUZUN |
أَفْعَلَ يُفْعِلُ إفْعَالاً | أَكْرَم يُكْرِم إكْراماً |
فَعّلَ يُفَعِّلُ تَفْعيلاً | فَرَّحَ يُفَرِّحُ تَفْرِيحاً |
فَاعَلَ يُفَاعِلُ مُفَاعَلَةً وفِعَالاً وفِيْعَالاً | قَاتَلَ يُقَاتِلُ مُقَاتَلَةً وقِتَالاً وقِيْتَالاً |
انْفَعَلَ يَنْفَعِلُ انْفِعَالاً | انْكَسَرَ يَنْكَسِرُ انْكِسَارَاً |
افْتَعَلَ يَفْتَعِلُ افْتِعَالاً | اجْتَمَعَ يَجْتَمِعُ اجْتِمَاعَاً |
Fi’il Ruba’i Mazid:
Ada yang ditambah satu huruf, seperti تَفَعْلَلَ (dengan ditambahi Ta’ didepan Fa’ Fi’il). Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Khumasi
Ada yang ditambah dua huruf, seperti افْعَنْلَلَ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Nun diantara ‘Ain Fi’il dan Lam Fi’il pertama). افعَلَلَّ (tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double Lam pada Lam Fi’il kedua). Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Sudasi.
Wazan Fiil Ruba’i Mazid ada 3 Bab, sebagaimana tabel berikut:
WAZAN | MAUZUN |
تَفَعْلَلَ يَتَفَعْلَلُ تَفَعْلُلاً | تَدَحْرَجَ يَتَدَحْرَجُ تَدَحْرُجَاً |
افْعَنْلَلَ يَفْعَنْلِل افْعِنْلالاً | احْرَنْجَمَ يَحْرَنْجَمُ احْرِنْجَامَاً |
افعَلَلَّ يَفْعَلِلُّ افْعِلالاً | اقْشَعَرَّ يَقْشَعِرُّ اقْشِعْرَارَاً |
MACAM-MACAM BINA’
1.Bina’ Shahih
Bina’ Shahih adalah setiap kalimah yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan terdiri dari Huruf Illat ( ﻭ – ﺍ – ﻱ ), bukan Huruf Hamzah ( ﺀ ), juga ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan huruf kembar. Contoh:
ﻧَﺼَﺮَ – ﺿَﺮَﺏَ – ﻓَﺘَﺢَ
Pengertian huruf-huruf tersebut diukur dan wazan fi’ilnya. Apabila kalimah tsb tergolong Fi’il Tsulatsi, maka tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil dan Lam Fiil. Sedangkan golongan Fi’il Ruba’i, tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil, Lam Fiil Pertama dan Lam Fiil Kedua.
2. Bina’ Mudha’af
Bina’ Mudha’af adalah Kalimah yang A’in fi’il dan Lam fi’ilnya terdiri dari huruf kembar. Contoh:
ﻣَﺪَّ – ﻗَﺮَّ – ﺩَﻝَّ
Adapun Mudho’af untuk Fi’il Ruba’iy adalah Kalimah yang Fa’ fiil dan Lam fi’il pertama terdiri dari huruf kembar dan Ain fi’il dan Lam fi’il kedua juga terdiri dari huruf sama kembar. contoh:
ﻗَﻠْﻘَﻞَ – ﻭَﺳْﻮَﺱَ – ﻃَﺄْﻃَﺄَ
Demikian ini, di dalam Ilmu Tashrif ada Kalimah semisal contoh ﻓَﺮَّﺡَ tidak dinamakan Bina’ Mudha’af sekalipun dua huruf yang sama berkumpul, karena huruf yang kedua adalah huruf zaidah/tambahan. Jadi dapat disimpulkan: untuk menentukan Bentuk Bina’ pada tiap Kalimah, harus dilihat dari sebelum ada huruf tambahan. sebagimana lafadz ﻓَﺮَّﺡَ sebelum adanya tambahan asal bentuknya adalah ﻓَﺮَﺡَ
3. Bina’ Mahmuz
Bina’ Mahmuz artinya: Kalimah yang asal huruf-hurufnya ada Huruf Hamzah. Apabila posisi Huruf Hamzah menempati Fa’ Fi’il, maka dinamakan Bina’ Mahmuz Fa’ . Contoh:
ﺃَﻣَﻞَ
Apabila Huruf Hamzah berada pada ‘Ain Fi’il, dinamakan Bina’ Mahmuz ‘Ain . Contoh :
ﺳَﺄَﻝَ
Apabila Huruf Hamzah menempat posisi Lam Fi’il, maka disebut Bina’ Mahmuz Lam . Contoh :
ﻗَﺮَﺃَ
Perlu diingat :
1. Pengertian Huruf Hamzah, termasuk juga Alif yang mempunyai Harakah/syakal. Artinya, setiap Alif yang diberi Harakat, menurut Ahli Nahwu juga dinamakan Hamzah.
2. Bentuk Bina’ pada Fi’il Ruba’i (Kalimah Asal empat huruf), hanya ada dua bentuk Bina’, yaitu Bina’ Shahih dan Bina’ Mudho’af.
4. Bina’ Mitsal
Bentuk Kalimah Bina’ Mitsal adalah Kalimah yang fa’ fiilnya berupa Huruf ‘Illat. Apabila Huruf ‘Illat-nya berupa huruf wau ( ﻭ ) maka dinamakan:
Bina’ Mitsal Wawi. contoh:
ﻭَﻋَﺪَ – ﻭَﺿَﻊَ – ﻭَﺟِﻞَ
Apabila fa’ fi’ilnya berupa huruf illat Ya’ ( ﻱ ), maka dinamakan:
Bina’ Misal Ya-i . contoh:
ﻳَﺴَﺮَ – ﻳَﺒِﺲَ – ﻳَﻔَﻊ
5. Bina’ Ajwaf
Pengertian Kalimah bentuk Bina’ Ajwaf adalah Kalimah yang ‘Ain Fiil nya berupa huruf ‘illah. Bilamana pada Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah Wau ( ﻭ ) maka dinamakan:
Bina Ajwaf wawiy contohnya:
ﺻَﺎﻥَ – ﻗَﺎﻝَ – ﺧَﺎﻑَ
ِِAsal bentuk huruf nya adalah ﺻﻮﻥ – ﻗﻮﻝ – ﺧﻮﻑ
Bilamana Huruf Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah ya’ ( ﻱ ), maka disebut:
Bina’ Ajwaf Yaiy contohnya:
ﺳَﺎﺭَ – ﻫَﺎﺏَ – ﺑَﺎﻉَ
Asal bentuk huruf nya adalah ﺳﻴﺮ – ﻫﻴﺐ – ﺑﻴﻊ.
6. Bina’ Naqish
Macam-macam Kalimah Bina’ Naqis adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf illah. Jika huruf illat nya wau, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh
ﻏَﺰَﺍ – ﺳَﺮُﻭَ – ﺭَﺟَﺎ
Asal bentuknya: ﻏﺰﻭ – ﺭﺟﻮ
Dan bilamana Huruf Illat nya dari Huruf Ya’, disebut Bina’ Nakis Ya’i contohnya:
ﺳَﺮَﻯ – ﺭَﻣَﻰ – ﺭَﺿِﻲَ
Asal bentuk nya ﺳﺮﻱ – ﺭﻣﻲ
7. Bina’ Lafif
Apa itu Kalimah Bina’ Lafif? Bina Lafif adalah setiap Kalimah yang kedua huruf nya terdiri dari huruf ‘illah. Dua huruf illat tersebut, bilamana menempati pada Fa’ fiil dan Lam fi’il, dinamakan Bina’ Lafif Mafruq contoh nya :
ﻭَﻗَﻰ – ﻭَﺟِﻲَ – ﻭَﻟَﻰ
ِAslnya : ﻭﻗﻲ – ﻭﻟﻲ
Apabila kedua huruf illah itu menempati pada ‘Ain fiil dan Lam fiil, disebut Bina’ Lafif Maqrun contohnya
ﺷَﻮَﻯ – ﻗَﻮِﻱَ – ﺭَﻭِﻱَ Bentuk asal : ﺷﻮﻱ
BAB 5
MARFU’ATUL ASMA’
ISIM – ISIM YANG DIBACA RAFA’
Kalimat yang dibaca rafa’ ada 7, yakni:
1. Fail (فاعل), contoh: قام زيد
2. Naibul Fail (Pengganti Fail) (نائب الفاعل) contoh: ضُرِبَ عمرو (ضرب زيد عمرا)
3. Mubtada’ (مبتداء) contoh : زيد قائم
4. Khobar زيد قائم,(خبر) ,
5. Isimnya كان زيد قلئما كان
6. Khobarnya إن زيدا قائم إنّ
7. Tabi’ 4
جاء زيد العاقل- (نعت)
جاء زيد و عمرو- (عطف)
جاء زيد نفسه- (توكيد)
اكلت الوغيف ثلثه- (بدل)
1. Fail asdalah kalimat isim yang dibaca rafa yang jatuh setelah fiil (pelaku pekerjaan (subjek))زَيْدٌ عَمْرًا . ضَرَبَ
Fiil yang mempunyai fail dinamakan fiil yang mabni fail
2. Naibul Fail (Pengganti) Fail adalah Maf’ul bih atau yang lainnya yang menempati tempatnya fail yang dibuang dan diberi hukum2nya fail.
Fiil yang mempunyai naibul fail dinamakan fiil mabni maf’ul.
Cara membuat fiil mabni fail menjadi mabni maf’ul:
- Fiil Madhi yakni dengan membaca dzummah huruf awalnya dan membaca kasroh huruf sebelum ahir. (ضم اوله و كسر ما قبل الأخير)
ضَرَبَ menjadi ضُرِبَ
- Fiil Mudhori’ yakni dengan membaca dzummah awalnya dan membaca fathah huruf sebelum ahir. (ضم اوله و فتح ما قبل الأخير )
يَضْرِبُ menjadi يُضْرَبُ
3. Mubtada’ yakni kalimat isim yang dibaca rafa yang sepi dari amil lafdhi. زَيْدٌ قَائِمٌ
Dan yang merafa’kan mubtada disebut dengan amil ma’nawi ibtida’.
4. Khobar yakni kalimat isim yang dibaca rafa’ yang jatuh setelah mubtada’
5. Isimnya كانdan saudara – saudara nya.
كان merupakan amil nawasih sughro yakni amil yang merusak tarkib mubtada’ dan khobar.
Jadi pengamalanكان adalah merubah status mubtada’ menjadi isimnya كان yang dibaca rafa, dan merubah status khobar menjadi khobarnya كان yang dibaca Nasob (tarfa’ul isma wa tansibul khobar). زَيْدٌ قَائِمٌ menjadi زَيْدٌ قَائِما كان
6. Khobarnya إنَّ sama dengan كان yang juga merupakan amil nawasih sughro. Tapi berbeda dengan dengan كان pengamalan إن sebaliknya yakni menasobkan isimnya dan merafa’kan khobarnya. (tansibul Isma wa tarfaul khobar). زَيْدٌ قَائِمٌ menjadi زَيْدا قَائِمٌ إن
7. Tabi’ lil Marfu’ yakni kalimat – kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti matbuknya yang juga dibaca rafa’
a. Na’at (نعت) artinya “Kang“ merupakan sifat. جاء زيدٌ العاقلُ
Naat adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ yang mengikuti man’utnya yang juga dibaca rafa’
Lafadz العاقلُ dibaca rafa’ sebagai naat yang mengikuti man’utnya lafadz زيدٌ
b. Athof (عطف)
Athof adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti ma’thufnya yang dibaca rafa’, dengan menggunakan perantara huruf athof yang jumlahnya ada 10
c. Taukid (توكيد): yo
Taukid adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengkuti muakkad yang dibaca rafa’dengan kalimat tertentu. Yakni jumlahnya ada 4 :
أجمعٌ,كلٌ,عينٌ,نَفْسٌ
خاء زيدٌ نفسه
d. Badal (بدل) : Rupane/ Suwijine
Badal adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti mubdal minhu yang dibaca rafa’yang bertujuan untuk menerangkan mubdal minhu nya.jika, mubdal minhu berupa kalimat isim maka badal juga harus berupa kalimat isim contoh : جاء زيد اخوك
Dan jika mubdal minhu berupa kalimat fiil maka, badal juga harus kalimat fiil. Contoh : ومن بفعل ذلك يلف اثاما مضاعف له العذاب
BAB 6
Mashubatul Asma Isim Isim Yang Di Baca Nasab
Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah marfu’aat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub adalah manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot.
Misal
Pada kalimat تـَعَـلـَّمَ أَحمَدُ اللغةَ العربيةَ في المسجدِ (ta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata fil masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata أَحمَدُ ber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya). Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata أَحمَدُ tersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).
Kata اللغةَ ber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-I’rob nashob, maka kata kata اللغةَ tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).
Kata المسجدِ ber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu في) dengan tanda kasroh. Karena ber-I’rob jar, maka kata kata المسجدِ tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan, diantaranya “didahului huruf jar”.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, manshub, atau majrur
Isim-isim yang marfu’
Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:
Mubtada’ (المبتدأ)
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.
Misal : الكتابُ جديدٌ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata الكتاب (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.
Khobar Mubtada’ (الخبر)
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
Pada kalimat الكتابُ جديدٌ di atas, kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan makna mubtada’
Isim kaana ( اسم كان) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.
Misal : كان الكتابُ جديدًا (Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata الكتابُ (= buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
Khobar Inna (خبر إنّ) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.
Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar inna”
Fa’il (الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata الطالبُ (= siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.
Naibul Fa’il (نائب الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
Misal : قـُرِأتْ الرسالةُ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Kata الرسالةُ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu dibaca)
Isim-isim yang manshub
Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:
Khobar Kaana (خبر كان)
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.
Misal : كان الكتابُ جديدًا ( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata جديدًا (= baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar kaana”.
Isim Inna (اسم إن)
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.
Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata الكتابَ (= buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”
Maf’ul Bih (المفعول به)
Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek.
Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata رسالةً (= surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu sebagai objek (maf’ul bih).
Maf’ul Muthlaq ( المفعول المطلق)
Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.
Misal : حفظتُ الدرسَ حـِفظاً (hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal pelajaran.
Kata حـِفظاً (penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal”
Maf’ul Li ajlih ( المفعول لأجله)
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)
Misal : حَضَرَ عليُّ إكراماً لِمحمدٍ (hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena memuliakan Muhammad.
Kata إكراماً (penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( إكراماً) Muhammad.
Maf’ul Ma’ah ( المفعول معه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk menunjukkan kebersamaan.
Misal : استيقظتُ و تغريدَ الطيور (istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung.
Kata تغريدَ (=kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.
Maf’ul Fih ( المفعول فيه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau “dimana” perbuatan tersebut terjadi).
Misal : سافرتْ الطائرةُ ليلا (saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam hari.
Kata ليلا (= malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).
Haal (الحال)
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut)
Misal : جاء الولد باكيا (jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan menangis.
Kata باكيا (=menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.
Mustatsna (المستثنى)
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.
Misal : حَضَرَ الطلابُ إلا زيداً (hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali Zaid
Kata زيداً (= Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh إلا (=kecuali) yang merupakan alat istitsna.
Munada’ (المنادى)
Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).
Misal : يا رجلا (yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!
Kata رجلا (= seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh يا (= wahai) yang merupakan salah satu alat nida’.
Tamyiiz (التمييز)
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat sebelumnya yang rancu.
Misal : اشتريتُ عشرين كتابا (Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku.
Kata كتابا (= buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua puluh”.
Isim-isim yang majrur
Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:
Di dahului oleh huruf jar (سبقه حرف جر)
Misal : خرجتُ من المنزلِ (khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.
Kata المنزلِ (= rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh مِن (min = dari) yang merupakan huruf jar.
Mudhof Ilaih (مضاف إليه)
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.
Misal : اشتريتُ خاَتِمَ حديدٍ (Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Kata حديدٍ (= besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada خاَتِمَ (= cincin) yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.
Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (تابع).
Misal :
جاء رجلٌ كريمٌ (jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia
رأئتُ رجلاً كريماً (ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia
مررُ برجلِ كريمٍ (marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.
Perhatikan setiap kata كريم (kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu رجلٌ ) ber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu رجلاً) ber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu رجلِ ) ber-i'rob jar.
Taabi’ (تابع) ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (النعت), athof (العطف), taukid (التوكيد), dan badal (البدل).
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.
BAB 7
Isim-Isim Yang Dibaca Jar
–Setelah di bab-bab sebelumnya kita mengenal dan mempelajari posisi-posisi kalimah isim dibaca rafa’‘ dan nashob, sekarang kita mempejari kelompok isim yang dibaca jar.
Tidak seperti marfu’atul asma atau manshubatul asma, jumlah mahfudhotul asma terhitung lebih sedikit, yakni hanya ada tiga macam:
1. Mudlof ilaih
Contoh: بَيۡتُ مُحَمَّدٍ
2. Majrur oleh huruf jer
Contoh: كَتَبۡتُ بِالۡقَلَمِ
3. Tabi’ kepada isim yang dibaca jer
Contoh:
مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ وَعَمۡرٍی(athof)
كَتَبۡتُ بِالقَلَمِ اَلۡجَدِيۡدِ(naat)
مََرَرتُ بِزَيۡدٍ نَفۡسِهِ(taukid)
مَرَرۡتُ بِزَيۡدٍ اَبِيۡكَ(badal)