Jumat, 06 Mei 2022

Terjemah Syarah Kitab Alfiyah Bab Kalam


Terjemah Syarah Kitab Alfiyah Bab Kalam

اَلْكَلاَمُ وَمَا يَتَأَلَفُ مِنْهُ

(Kalam dan Kelompoknya) 

كَلاَمُنَا لَفْظٌ مُفِيْدٌ مُسْنَدُ ** وَاسْمٌ وَفِعْلٌ ثُمَّ حَرْفٌ الْكَلِمْ

Terjemah

Kalam menurut kami (pakar nahwu) adalah lafadz yang memberi pengertian seperti lafadz إِسْتَقِمْ

Penjelasan Syarah

Definisi kalam menurut ulama nahwu adalah lafadz yang mufid seperti lafad إِسْتَقِمْ.

(لفظ) ialah suara yang mengandung huruf hijaiyyah, seperti lafadz زَيْد yang mengandung huruf za', ya’ dan dal. Jika hanya berupa tulisan, berupa suara gendang, suara lonceng dan lain-lain sebagainya maka tidak disebut dengan lafadz. jadi, suara yang mengandung huruf hijaiyyah adalah suara yang keluar dari Makhraj lisan.

(مفيد) ialah lafad yang memberikan pengertian sempurna kepada mukhotob (lawan bicara) seperti mubtada’ sudah menyebutkan khobarnya, fi’il syarat sudah menyebutkan jawab syarat, seperti contoh : 

إِنْ جَاءَ زَيْدٌ جَاءَ عَمْرُو  (jika zaid datang datang maka ‘amr pun juga datang).

(الكلمKalim adalah kumpulan dari tiga kalimat (isim, fi’il dan huruf) seperti إِنْ قَامَ زَيْدٌ. sebenarnya arti kalim adalah berkumpulnya tiga kalimat, baik berupa isim semua, fi’il semua, huruf semua atau campuran, baik berfaidah ataupun tidak.

Keterangan Penting

Lafadz yang mufid itu adakalanya yang sudah malum (diketahui) bagi mukhotob (lawan bicara) seperti اَلنَّارُحَارَّةٌ (api itu panas) اَلسَّمَاءُ فَوْقَنَا (langit itu ada diatas), maka menurut Syaikh Abi Hayyan tetap dikatakan kalam. Sedangkan menurut Syaikh Ibnu Malik tidak dikatakan kalam, sebab beliau mensyaratkan harus mufid (harus diketahui antar orang yang berbicara dan orang yang mendengar) bukan hanya mukhotob saja.

Dalam kitab-kitab lain definisi kalam adalah lafadz, mufid dan murakkab. akan tetapi Syaik Ibnu Malik memberikan definisi hanya dengan lafadz dan mufid saja, dengan alasan apabila suatu lafadz itu sudah mufid pasti murakkab.

وَاحِدُهُ كَلِمَةٌ وَالْقَوْلُ عَمَّ ** وَكِلْمَةٌ بِهَا كَلاَمٌ قَدْ يُؤَمُّ

Terjemah

Satuan dari “kalim” dinamakan kalimat. Adapun kata “qaul” adalah umum. Dan terkadang yang dimaksudkan dengan kalimat ialah kalam.

Penjelasan Syarah

Satuan dari kalim itu disebut kalimat. Arti dari kalimat adalah kata yang mempunyai makna dan tidak disusun dengan kata yang lain seperti ٌإِنْ قَامَ زَيْد

(والقول عمّ) Qaul itu menunjjukkan umum artinya kalimat itu bisa disebut qaul, begitu juga dengan kalam dan kalim bisa disebut dengan qaul. Oleh karena itu definisi dari qaul adalah lafad yang bermakna baik lafdz itu satu ataupun banyak.

(وَكِلْمَةٌ بِهَا الخ) kalam itu terkadang bisa disebut dengan kalimat tetapi bukan secara istilah, seperti ucapan orang Arab : لااله الا الله disebut kalimat tauhid bukan kalam tauhid, sedangkan lafadz لااله الا الله sudah dianggap kalam.   

بِالْجَرِّ وِالتَّنْوِيْنِ وَالنِّدَا وَأَلْ ** وَمُسْنَدٍ لِلْإِسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ

Terjemah

Dengan sebab i’rab jar, tanwin, nida’, al dan menjadi musnad, pembeda kalimat Isim berhasil.

Penjelasan Syarah

Kalimat isim bisa dibedakan dari kalimat-kalimat lainnya dengan beberapa alamat (tanda).

  1. I’rab jar seperti بِسْمِ اللهِ
  2. Tanwin seperti رَجُلٌ
  3. Diawali Hurus Nida’ (panggilan) seperti يَا زَيْدُ
  4. Kemasukan Al seperti اَلرَّجُلُ
  5. Menjadi musnad ileh (mubtada’ fa’il, naibul fa’il) seperti إِنْسَانٌ حَيَوَانٍ، جَاءَ بَكْرٌ، ضُرِبَ عَمْرُو, lafadz إِنْسَانٌ itu isim karna menjadi mubtada’, lafadz بَكْرٌ disebut isim karena jadi fai’il, lafadz عَمْرُو disebut isim karena menjadi na’ibul fa’il.

بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَافْعَلِى ** وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْلٌ يَنْجَلِى

Terjemah

Dengan ta’nya lafadz فَعَلْتَ dan أَتَتْ, ya’nya lafadz افْعَلِيْ dan Nunnya lafadz أَقْبِلَنَّ, kalimat fi’il menjadi jelas.

Penjelasan Syarah

Apabila ada kalimat bisa ditemui dengan ta’ fa’il atau ta’ taknis yang mati atau ya’ muannas mukhothobah atau nun taukid maka, kalimat tersebut dinamakan kalimat fi’il seperti ضَرَبَ, dinamakan kalimat fi’il sebab bisa ditemui ta’fa’il atau ta’ taknis yang mati lalu dibaca ضَرَبْتَ، ضَرَبَتْ. Dan lafadz إِضْرِبْ juga disebut kalimat fi’il sebab bisa ditemui dengan ya’ muannas mukhotobah atau nun taukid (tsaqilah maupun khofifah) seperti إِضْرِبِي، إِضْرِبَنْ، إضْرِبَنَّ.

سِوَاهُمَا الْحَرْفُ كَهَلْ وَفِي وَلَمْ ** فِعْلٌ مُضَارِعُ يَلِي لَمْ كَيَشَمْ

Terjemah

Selain dari keduanya (kalimat isim dan fi’il) dinamakan kalimah Huruf, seperti lafadz  فِيْ, هَلْ,danلَمْ   ciri-ciri fi’il mudhore’ adalah dapat mengiringi لَمْ, seperti lafadz يَشَمَ

Penjelasan Syarah

Kalimat huruf itu berbeda dengan kalimat isim dan fi’il. Maksudnya tanda-tanda kalimat isim dan fi’il itu dapat dilihat (وُجُوْدِيٌّ). Sedangkan tanda kalimat huruf itu tidak dapat dilihat (عَدَمِيٌّ). Oleh karena itu, apabila ada kalimat yang tidak bisa diberi tanda-tandanya kalimat isim atau fi’il maka disebut dengan kalimat huruf, seperti huruf هَلْ، فِيْ، لَمْ

(فِعْلٌ مُضَارِعٌ) fi’il mudhore’ adalah fi’il yang dapat dimasuki huruf لَمْ seperti : يَعْلَمُ، يَشَمُّ maka kalau digabung menjadi لَمْ يَعْلَمْ، لَمْ يَشَمَّ

وَمَاضِيَ الْأَفْعَالِ بِالتَّمِزْ وَسِمْ ** بِالنُّوْنِ فِعْلَ الْأَمْرِ إِنْ أَمْرٌ فُهِمْ

Terjemah

Dan bedakanlah fi’il madhi dengan ta’. Dan tandailah fi’il amar dengan tanda nun taukid apabila arti printah dapat difahami (darinya). 

Penjelasan Syarah

Apabila ada kalimat fi’il bisa ditemui dengan ta’ fa’il atau ta’ taknis maka fi’il tersebut dinamakan dengan fi’il madhi seperti نَصَرَ menjadi نَصَرْتَ، نَصَرَتْ.

(وسم بالنون) apabila ada kalimat fi’il yang menujjukkkan arti perintah dan bisa ditemui dengan nun taukid maka disebut dengan fi’il amar seperti  إِضْرِبْ dan إِضْرِبَنَّ

وَالْأَمْرُ إِنْ لَمْ يَكُ لِلنُّوْنِ مَحَلْ ** فِيْهِ هُوَ اسْمٌ نَحْوُ صَهْ وَحَيَّهَلْ

Terjemah

Kata perintah jika tidak dapat menerima nun taukid, itu adalah kalimat isim fi'il, sepertصَهْ dan حَيَّهَلْ

Penjelasan Syarah

Apabila ada kalimat yang bermakna perintah akan tetapi tidak dapat ditemui dengan nun taukid, maka kalimat tersebut tidak dinamakan fi’il amar, akan tetapi dinamakan isim fi’il amar seperti صَهْ bermakna (diamlah), حَيَّهَلْ bermakna (datanglah).

Keteranga Penting

Isim fi’il itu ada 3 :

  • Isim fi’il madhi ialah kalimat yang bermakna fi’il madi akan tetapi tidak bisa ditemui dengan tanda-tandanya fi’il madhi. Seperti  هَيْهَاتُbermakna  بَعُدَ
  • Isim fi’il mudhore' ialah kalimat yang bermakna fi’il mudhore’ akan tetapi tidak bisa ditemui dengan tanda-tandanya fi’il mudhore’. Seperti أَوَّاهْ bermakana أَتَوَجَّعُ
  • Isim fi’il amar ialah kalimat yang bermakna fi’il amar akan tetapi tidak bisa ditemui dengan tanda-tandanya fi’il amar’. Seperti صَهْ bermakna )diamlah)