Rabu, 04 Mei 2022

Inilah 3 Tahapan Belajar Ilmu Nahwu


Inilah 3 Tahapan Belajar Ilmu Nahwu

NGAJISALAFY.com - Setiap orang yang akan atau sedang belajar ilmu pengetahuan pasti akan mengalami proses, yang dikenal dengan proses atau tahapan belajar. Di pondok pesantren terdapat beberapa tahapan yang pasti akan dilalui oleh pelajar/santri dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan baik al-Qur'an, ilmu nahwu, usul fiqih, fiqih, hadist dan lain lain sebagainya. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami akan memaparkan 3 tahapan dalam mempelajari ilmu Nahwu.

Tahapan Belajar Ilmu Nahwu
1. Tahap menghafal (الحفظ) 
Tahap ini adalah tahapan awal yang pasti dialami oleh pelajar/santri yang baru pertama kali mengenal ilmu Nahwu. Mengingat materi ilmu nahwu yang harus dikuasai oleh peserta didik agar ia dapat membaca kitab atau memahami teks Arab, maka tugas awal yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah menghafal materi ilmu Nahwu secara tuntas mulai dari materi yang pertama sampai materi yang terakhir.

Pada tahapan al-hifdhu (الحفظ) ini mungkin saja terjadi sebuah realita dimana peserta didik kurang memahami materi yang telah dihafalnya. Realitas semacam ini merupakan sebuah kewajaran karena memahami materi ilmu Nahwu seringkali membutuhkan proses yang tidak sebentar. Tahapan menghafal ini biasanya paling lama tuntas diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun.

2. Tahap memahami (الفهم) 
Setelah peserta didik menghafal semua materi yang ada, dari materi yang pertama sampai materi yang terakhir, maka tahapan berikutnya adalah al-fahmu atau berusaha memahami materi yang telah dihafalnya. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam rangka memahami materi ilmu Nahwu yang telah dihafal, yaitu:


Dengan cara mengajarkan apa yang telah dihafalnya kepada teman-temannya yang menjadi peserta didik baru (tutor sebaya). Hal ini sesuai dengan kaidah yang diyakini oleh para santri di pesantren yang berbunyi: “lek awakmu kepingin faham, ngajaro" (kalau anda ingin faham, ngajarlah).
  1. Dengan cara menunjukkan aplikasinya di dalam teks Arab, baik yang berharakat, maupun yang tidak berharakat (kitab gundul). Hal ini dilakukan oleh seorang pembimbing pada saat membacakan kitab untuk peserta didiknya dengan cara menanyakan apa status kalimah yang sedang dibaca, apakah termasuk dalam kategori isim, fi'il atau huruf, apakah ia termasuk kalimah yang harus dibaca rafa', nashab, jer atau jazm. Setelah peserta didik memberikan jawaban, seorang pembimbing berkewajiban meluruskan atau memperjelas jawaban yang telah diberikan oleh peserta didik. Dengan cara seperti ini peserta didik akan cepat memahami materi ilmu nahwu yang telah dihafalnya.

Tahapan ini secara serius dan istiqamah mulai dilakukan pada saat usia pembelajaran peserta didik memasuki tahun kedua.
3. Tahap menerapkan (التطبيق) 
Tahapan ini dilakukan secara serius pada saat peserta didik sudah dianggap hafal dan faham semua materi yang telah diajarkan. Tahapan ini sebenarnya merupakan tahapan dimana peserta didik dipaksa untuk mampu menerapkan materi ilmu Nahwu yang telah dihafal dan difahaminya terhadap mufradat yang telah dihafalnya. Tahapan ini dilakukan dengan cara peserta didik diminta untuk menganalisis teks bahasa Arab yang baru (tidak pernah dibacakan oleh pembimbingnya).

Bentuk analisisnya seputar: kira-kira teks tersebut i'rabnya bagaimana? Dan murad atau maksudnya seperti apa?. Dalam menganalisis teks Arab yang dibebankan, seorang peserta didik diharuskan selalu berdampingan (membuka) kamus Arab-Indonesia. Pembebanan semacam ini menjadi penting mengingat karakter tulisan Arab tidak berharakat yang memungkinkan satu tulisan dibaca dengan banyak bacaan.

Sulit untuk dapat dimengerti dan dibayangkan, seseorang yang tidak hafal dan tidak faham materi ilmu Nahwu mulai dari materi yang pertama sampai materi yang terakhir dalam tataran aplikatif mampu menganalisis i'rab dan kemudian juga mampu menyimpulkan murad atau maksud dari teks Arab yang dibacanya, oleh sebab itu tiga tahapan di atas (al-hifdhu, al-fahmu dan al-tathbiq) menjadi tahapan yang rasional dan tak terhindarkan. Memang untuk teks yang mudah yang tidak memerlukan analisis untuk memahaminya, hafal dan faham materi ilmu Nahwu tidak begitu penting, namun untuk teks yang njlimet (sulit) maka hafal dan faham materi ilmu nahwu mutlak dibutuhkan.