Rabu, 11 Mei 2022

Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal


kemis,11 syawal 1443 H

Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal


Alhamdulillah kita telah sampai pada dars yang ke 4, (pelajaran yang ke 4) dimana insyaAllah ta'ala kita akan membahas tentang pembagian fi'il ditinjau dari huruf-huruf penyusunnya. Sebelumnya kita telah mempelajari 
bahwa fi'il terbagi menjadi 3:

1. fi'il madhi

2.  fi'il mudhori'

3. fi'il amr.

Dimana 
fi'il madhi 
adalah kata kerja lampau, 

fi'il mudhori 
kata kerja untuk perbuatan yang sedang atau akan terjadi 

kemudian 
fi'il amr 
adalah kata kerja perintah, 

contohnya kita ambil 
satu kata كَتَبَ 
yang artinya telah menulis, 
ini adalah fi'il madhi, 

fi'il mudhori' nya يَكْتُبُ 
sedang menulis 

dan 
fi'il amr nya أُكْتُبْ 
tulislah. 

Ini contoh jenis-jenis fi'il 
(fi'il madhi, fi'il mudhori' dan fiil amr). 

Seluruh fiil ini nantinya akan terbagi lagi menjadi 2 
bila ditinjau dari huruf-huruf penyusunnya.

1. fi'il shohih,

2. fi'il mu'tal

Jadi, 
fi'il ditinjau dari huruf penyusunnya 
dibagi menjadi 2 ada 
fi'il shohih kemudian ada 
fi'il mu'tal. 

Apa itu fi'il shohih dan 
apa itu fi'il mu'tal? 

Fi'il shohih 
adalah fi'il yang huruf penyusunnya 
tidak mengandung huruf illat, 

sebaliknya 
fi'il mu'tal 
adalah fi'il yang huruf penyusunnya mengandung huruf 'illat.

Apa itu huruf 'illat?
Huruf 'illat dalam definisi ilmu nahwu dan shorof ada 3, 
yang pertama alif, 
yang kedua waw dan 
yang ketiga adalah ya. 

Jadi apabila dalam huruf penyusun fi'il 
ada huruf, ada salah satu afau lebih huruf-huruf 'illat ini (alif, waw dan ya) 
atau kita singkat awy, 
maka fiil tersebut merupakan 
fi'il mu'tal.

Namun perlu dicatat 
bahwa alif yang dimaksud pada huruf 'illat berbeda dengan hamzah
saya ingatkan kembali 
bahwa alif bukanlah hamzah. 

Bila kita ingin bedakan secara mudah 
alif dengan hamzah 
maka sederhananya bisa kita katakan 
bahwa alif yang berharakat baik 
fathah, dhommah, kasroh atau sukun 
itu disebut dengan hamzah, 

sedangkan alif sendiri tidaklah berharokat melainkan dia fungsinya hanya untuk 
huruf mad (memanjangkan kata), 
contohnya 
قَالَ qoola yang artinya telah berkata, 
qoola setelah huruf qof ada alif, 
ini yang disebut dengan 'illat.

Adapun pada contoh أَكَلَ akala 
yang artinya telah makan, 
maka itu bukan alif melainkan hamzah. 

Sehingga kita boleh mengatakan qoola 
sebagai fi'il mu'tal 
karna ada huruf 'illat nya (alif) 

tetapi kita tidak boleh mengatakan أَكَلَ 
sebagai fi'il mu'tal 
karna itu bukan alif melainkan hamzah. 

Contoh lain untuk 
fi'il shohih sangat banyak dan memang sebagian besar fi'il itu shohih 
artinya tidak mengandung huruf 'illat, contohnya yang tadi saya sebutkan 
كَتَبَ (telah menulis) 
jelas bahwa telah menulis 
(menulis dalam bahasa arab ini, 
kataba tidaklah mengandung huruf 'illat, 
ka ta ba) 
maka kataba disebut dengan fi'il shohih. 

Contoh lain 
نَظَرَ yang artinya telah melihat, 
nazhoro bukan fi'il mu'tal 
tapi fi'il shohih 
karna tidak ada huruf 'illatnya, 
ini contoh fiil shohih.

Adapun contoh fi'il mu'tal yang pertama tadi sudah saya sebutkan qoola, 
di mana mu'talnya? 
Setelah huruf qof ada alif 
maka qoola menjadi mu'tal, 
disebut dengan fiil mu'tal. 

Kemudian contoh lainnya صَامَ, 
shooma yang artinya puasa, 
telah berpuasa, 
kita lihat setelah huruf shod ada alif, 
shooma 
maka kata shooma, fi'il madhi 
shooma itu termasuk fi'il mu'tal. 

Contoh yang ke-3 misalkan وَجَدَ, 
wajada ini artinya telah mendapatkan, 
wajada ini fi'il mu'tal. 
Kenapa? 
Karna ada huruf waw di depan, 
sebelum huruf jim, 
wajada, 
sehingga wajada disebut juga dengan 
fi'il mu'tal. 

Jadi, fi'il shohih contohnya كَتَبَ, نَظَرَ 
kemudian fi'il mu'tal 
contohnya 
قَالَ، صَامَ، وَجَدَ. 

Jadi membedakan 
fi'il mu'tal dari fi'il shohih 
sangat mudah, 
dengan melihat apakah ada huruf 'illat 
alif, waw ataupun ya. 

Kemudian satu contoh lagi, 
tadi saya baru menyebutkan contoh fi'il mu'tal yang alif dan waw saja, 
صَامَ itu yang alif, 

kemudian yang waw وَجَدَ, 

satu lagi yang ya 
contohnya fi'il madhi رَضِيَ rodhiya 
artinya adalah telah meridhoi. 
Kita lihat disitu ada huruf ya 
di akhir fi'il tersebut 
sehingga rodhiya 
termasuk fi'il mu'tal juga.

Lalu apa manfaat kita 
mengetahui suatu fi'il itu shohih atau mu'tal? Manfaatnya 
adalah dengan mengetahui 
suatu fi'il shohih atau mu'tal, 
maka 
kita akan mengetahui tashrifnya. 

Kenapa? 
Karna tashrif fi'il shohih 
dengan tashrif fi'il mu'tal itu berbeda.

Tashrif atau perubahan kata fi'il shohih 
dengan perubahan kata fi'il mu'tal itu berbeda, contohnya 
untuk kataba, fi'il madhi كَتَبَ, 
fiil mudhori'nya adalah يَكْتُبُ yaktubu. 

Lihat, كَتَبَ يَكْتُبُ, ka ta ba 
ada 3 huruf 
dan ketiga-tiga nya berharokat fathah.

Kemudian يَكْتُبُ , yaktubu 
kalau kita lihat cara membuatnya 
adalah :
1. kataba ditambahkan ya di depannya
2. kemudian huruf ya nya diberi harokat fathah 
    dan
3. kaf nya disukunkan,
4. ta nya didhomahkan dan
5. ba nya didhomahkan
   menjadi yaktubu, 
   kataba yaktubu. 

Jadi jelas perubahannya terlihat, 
kataba yaktubu.

Tetapi ketika kita membahas 
huruf fi'il mu'tal 
maka di sini ada sedikit perbedaan, 
contohnya قَالَ , qoola 
ini memang 3 huruf 
tetapi lihat bahwa 
kata qoola ini berharokat cuma 2 
yakni qof dan lam saja 
sedangkan alifnya 
tidak berharokat. 

Qoola seakan-akan dia bukan fi'il 
(kmrn kita ketahui 
bahwa fi'il madhi wajib 
tersusun dari 3 huruf 
dan pada bentuk asalnya 
semua harus berharokat fathah), 

makanya kalau kita lihat contoh-contoh 
fi'il madhi di bagian terkahir 
dari buku panduan ilmu shorof 
untuk pemula yang kita jadikan 
sebagai buku diktat, 
semua fi'il yang ada di contoh tersebut barisnya fathah semua 
dan semua 3 huruf, 

contohnya 
كَتَبَ telah menulis, 
نَظَرَ telah melihat، 
ضَرَبَ telah memukul, 
نَصَرَ btelah menolong, 
قَئَدَ telah duduk, 
itu semuanya 3 huruf 
dan semuanya berharokat fathah. 

Berbeda dengan fi'il mu'tal 
dimana dia tidak terlalu nampak 3 hurufnya dan tidak nampak harokatnya, 
contohnya 
قَالَ, memang 3 huruf qof alif dan lam 
tp kita tidak bisa melihat dengan jelas 
bentuk fi'il madhi nya 
karna yang berharokat hanya 2 saja 
(qof dan lam).

Nah ini salah satu manfaatnya kita mempelajari fi'il shohih dan fi'il mu'tal 
dimana nanti akan kita pelajari 
bahwa perubahan kata pada fi'il mu'tal tidaklah sama antara satu kata dengan kata yang lain. 

Berbeda dengan fi'il shohih 
yang sudah ada aturan bakunya.

Ya, saya rasa untuk pengenalan fi'il shohih dan fi'il mu'tal cukup sampai di sini 
dan untuk pemula yang penting kita mengetahui bedanya fi'il shohih 
dengan fi'il mu'tal 
dan memang dalam kelas ilmu shorof 
untuk pemula ini kita tidak akan membahas panjang lebar tentang fi'il mutal, 
semua fi'il yang kita bahas dalam pelajaran ilmu shorof untuk pemula ini 
merupakan fi'il shohih saja, 
sedangkan fi'il mu'tal kita abaikan dulu.
Kenapa? 
Krn fi'il shohih ini ada rumusnya 
sedangkan fi'il mu'tal meskipun ada rumusnya akan tetapi tidak seragam. 

Jadi lebih kepada hafalan. 
Akan tetapi nanti insyaAllah setelah selesai pembahasan ilmu shorof secara tuntas, insyaAllah nanti akan kita belajar fi'il-fi'il mu'tal.
Kemudian yang terakhir, 
sebetulnya nanti fi'il shohih sendiri 
terbagi lagi menjadi 3 ;
1. ada fi'il shohih salim,
2. ada fi'il shohih mahmuz,
3. ada fi'il shohih mudho'af.

Begitupun dengan 
fi'il mu'tal terbagi lagi menjadi 5 ;
1. ada fi'il mu'tal mitsal,
2. ada fi'il mu'tal ajwaf
3. kemudian fi'il mu'tal naaqish,
4. fiil mutal lafif makruk
5. fi'il mu'tal lafif makrun.

Akan tetapi sebagaimana yang saya katakan tadi untuk tahapan pertama kita tidak perlu mengetahui nama-nama atau istilah-istilah yang lebih spesifik dari fi'il shohih dan 
fi'il mu'tal.

InsyaAllah dengan hanya mengetahui 
fi'il ini yang shohih, 
ini fi'il yang mu'tal itu cukup untuk fase pertama dalam mempelajari ilmu shorof.

Kesimpulan dari pelajaran kali ini 
bahwa fi'il ditinjau dari  huruf penyusunnya terbagi mmenjadi fi'il shohih dan fi'il mu'tal.

Fi'il shohih 
adalah fi'il yang huruf penyusunnya 
tidak mengandung huruf alif, waw dan ya.

Sedangkan 
fi'il mu'tal 
adalah fi'il yang huruf penyusunnya mengandung huruf alif waw dan ya.