Jumat, 06 Mei 2022

Penjelasan Nadzom Imrity Bab I'rob Beserta Contohnya

Penjelasan Nadzom Imrity Bab I'rob Beserta Contohnya

Nadzom Imrity

باب الإعراب

(Bab I’rab)

إِعْرَابُهُمْ تَغْيِيْرُ اَخِرِ الْكَلِمْ  (27)  تَقْدِ يْرًا أَوْ لَفْظًا لِعَامِلٍ عُلِمْ

Terjemah

I’rab menurut ulama nahwu adalah berubahnya akhir kalimat berbeda beda, baik perubahan tersebut dalam segi taqdiri (perkiraan) atau lafadnya (ucapanya) dikarenakan adanya amil yang masuk.

Penjelasan

Pada bait ini menjelaskan definisi i’rab menurut ulama nahwu adalah perubahan (yang berupa harakat/huruf) di akhir kata, baik dalam segi lafad/dzhohir/tampaknya maupun dalam segi taqdir/perkiraannya disebabkan adanya amil yang masuk. Seperti contoh dibawah ini:

  • Perubahan dalam segi lafad dengan harakat

يَنْسَحُ عَبْدُ الله التَّقْيِيْدَاتِ النَّحْوِيَّةَ مِنْ كِتَابِي

(Abdullah menyalin catatan-catatan ilmu Nahwu dari kitab saya)

لَنْ نُعَادِيَ عَبْدَ اللهِ (kami tidak memusuhi Abdallah)

لَنْ أَنْظُرَ إِلىَ عَبْدِ اللهِ (Saya tidak melihat Abdillah)


Pada lafad yang bergaris bawah diatas merupakan bentuk perubahan dalam segi lafad dengan menggunakan harakat. Fokus pada lafad yang bergaris bawah (عَبْد) mengalami perubahan yakni bunyi huruf terakhir itu bisa dibaca dhommah, fathah atau kasroh itu semua tidak terlepas karena adanya amil yang masuk. Maqsud dari amil adalah sesuatu yang menyebabkan perubahan suatu kalimat (kata). Seperti pada lafadz (عَبْدُ) dibaca rofa’ dengan harakat dhommah disebabka oleh amil yang menuntut untuk dibaca rafa’ yakni karena menjadi Fa’il (sabjek/pelaku). Pada lafadz (عَبْدَ) dibaca nasob dengan harakat fathah dikarenakan menjadi Maful Bih (objek/sasaran pekerjaan). Pada lafad (عَبْدِ) dibaca jer dengan harakat kasrah dikarenakan kemasukan huruf jer (إِلىَ).

  • Perubahan dalam segi lafad dengan huruf

التِّلْمِيْذَانِ يَدْرُسَانِ الْعُلُوْمَ الشَّرْعِيَّةَ وَالْعَصْرِيَّةَ بِهَذَا الْمَعْهَدِ

(Dua murid laki laki itu belajar Agama dan umum di Pesantren ini)

إِنَّ الْتِلْمِذَيْنِ لَنْ يُدْرُسَا الْعُلُوْمَ الْعَصْرِيَّةَ فَقَطْ

(Sesungguhnya dua murid laki laki itu tidak akan belajar ilmu umum saja)

عَجِبْتُ مِنَ التِّلْمِذَيْنِ اللَّذَيْنِ لَمْ يُدْرُسَا الْعُلُوْمَ الشَّرْعِيَّةَ

 (Saya heran kepada dua murid laki-laki yang tidak belajar ilmu Agama)

Pada lafad bergaris bawah ialah merupakan bentuk perubahan dalam segi lafadz dengan menggunakan huruf. Seperti pada lafadz التِّلْمِيْذَانِ dibaca rofa’ karena menjadi mubtada’ tanda rofa’nya dengan menggunakan alif & nun karena berupa Isim Tasniyyah. Kemudian pada contoh berikutnya pada lafadz إِنَّ الْتِلْمِذَيْنِ itu dibaca nashob karena menjadi isimnya Inna, dibaca nasob dengan menggunakan huruf ya’ & nun dikarenakan berupa isim tasniyah. Selanjutnya, pada lafadz مِنَ التِّلْمِذَيْنِ di baca Jer karena kemasukan huruf jer (مِنْ) dibaca Jer dengan menggunakan huruf ya’& nun dikarnakan berupa isim Tasniyyah.

  • Perubahan dalam segi taqdirnya (perkiraanya)

يَخْشَى الْمُصْطَفَى رَبَّهُ

(Mustofa takut kepada tuhanya)

لَنْ يَخْشَى النَّاسُ الْمُصْطَفَى إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِعِلْمِهِ

(Orang orang tidak akan takut kepada mustofa jika ia tidak mau mengamalkan ilmunya)

أُجِبْتُ بِالْمُصْطَفَى لِأَنَّهُ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهِ

(Saya kagum kepada Musthofa karena ia tidak takut kecuali kepada Allah) 

Fokus pada lafadz yang bergaris bawah (الْمُصْطَفَى) itu semua mengalami perubahan hanya dengan perkiraan (dikira-kirakan sesuai amil yang masuk) semisal pada contoh pertama يَخْشَى الْمُصْطَفَى رَبَّهُ dengan mengira-ngirakan sesuai tuntutan amil yang masuk maka kalau dikira-kirakan menjadi (الْمُصْطَفَىُ) dibaca rofa' karna menjadi Fa’il (subjek/pelaku) dengan mengira-ngirakan harakat dhommah.

                 

أَقْسَا مُهُ أَرْبَعَةٌ فَلْتُعْتَبَرَ  (28)  رَفْعٌ وَنَصْبٌ وَكَذَا جَزْمٌ وَجَرْ

Terjemah

 I'rab memiliki 4 macam yaitu: (1). Rofa’ (2). Nashob (3). Jar (4). Jazem

Penjelasan

Adapun jumlah keseluruhan dari I’rab ada 4 yakni: (1). Rofa’ (2). Nashob (3). Jar (4). Jazem

Alasan penamaan i’rab diatas ialah sebagai berikut : Rofa’ karena dua bibir naik ketika mengucapkan alamat rofa’, dinamai Nashob karena tegaknya kedua bibir ketika mengucapkanya, dinamai Jar karena turunya bibir ke bawah ketika mengucapkanya, dinamai Jazam karena putusnya harakat ketika mengucapkanya.

وَالْكُلُّ غَيْرَ الْجَزْمِ فِى الْاَسْمَا يَقَعْ (29)    وَكُلُّهَا فِى الْفِعْلِ وَالْخَفْضُ امْتَنَعْ

Terjemah

Semua i’rob selain jazam itu bisa masuk pada kalimat isim, dan semua i’rob (selain khofadz/jar) itu bisa masuk pada fiil.

Penjelasan

Kesemua macam i’rab diatas itu bisa masuk pada kalimat isim kecuali i’rab jazam dan bisa masuk pada kalimat fi’il kecuali i’rab jar/khofadz. Maksudnya, dari keempat macam i’rab tersebut yang masuk pada kalimat isim hanya ada 3 :

  • Rofa’ : مُحَمَّدٌ عَالِمٌ
  • Nashob  إِنَّ مُحَمَّدًا عَالِمٌ
  • Jar  مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ

Sedangkan yang masuk pada kalimat Fi’il juga ada 3 :

  • Rofa’ يَقْرَأُ  مُحَمَّدٌ الْقُرْأَنَ كُلَّ يَوْمٍ
  • Nashob يَسُرُّنِي أَنْ يَقْرَأَ القُرْأَنَ كُلَّ يَوْمٍ
  • Jazam : لَمْ يَقْرَأْ مُحَمَّدٌ الْقُرْأَنَ فِي الْحَمَّامِ

Jadi, i’rab rofa’ dan nashob bisa masuk pada isim dan fi’il dan disebut juga dengan i’rab mustarok (i’rab yang selalu ada pada kalimat isim dan fi’il), sedangkan i’rab jar hanya khusus masuk pada kalimat isim saja dan disebut dengan i’rab mukhtas bil ‘asma, adapun i’rab jazam hanya khusu masuk pada kalimat fi’il saja, dan disebut dengan i’rab mukhtas bil a’fal.

وَسَائِرُ الْاَسْمَاءِ حَيْثُ لاَشِبَهْ (30)    قَرَّبَهَا مِنَ الحْرُوْفِ مُعْرَبَهْ

Terjemah

Semua kalimat isim, sekiranya tidak ada keserupaan yang mendekatkan pada kalimat huruf itu hukumnnya mu’rob.

Penjelasan

Semua kalimat isim hukumnya mu’rab apabila tidak serupa dengan kalimat huruf dengan keserupaan yang kuat, jadi apabila ada kalimat isim terdapat keserupaan yang kuat pada kalimat huruf maka dihukumi mabni.

  • Isim-isim mabni sebagai berikut:

  1. Isim Dhomir, seperti: هُوَ هُمَا هُمْ، هِيَ هُمَا هُنَّا، أَنْتَ أَنْتُمَا أَنْتُمْ، أَنْتِ أَنْتُمَا أَنْتُنَّ، اَنَا نَح
  2. Isim Syarat, Seperti:  مَنْ، مَا، مَهْمَا، حَيْثُمَا
  3. Isim Fi’il, Seperti:  صَهْ، صَهٍ، هَيْهَاتَ، أَوَّهْ، آمِيْنَ
  4. Isim Isyaroh, Seperti:  هَذَا، هَذِهِ، ذَلِكَ، تِلْكَ....الخ
  5. Isim Mausul, Seperti:  اَلَّذِيْ، اَلَتِيْ، اَلَّذِيْنَ
  6. Isim Istifham, Seperti:  مَا، مَنْ، اَيْنَ، كَيْف
  • Selain isim dari keenam diatas itu hukumnya mu’rab
  • Yang dimaksud dengan mabni ialah bunyi akhirnya hanya menetapi satu keadaan saja, baik dalam harakat atau sukunya. Maksudnya, jika akhir lafadz tersebut diharakati fathah, maka harus selalu di fathahkan tidak bisa dirubah menjadi dhommah atau kasroh meskipun dimasuki oleh amil yang berbeda-beda dan begitu seterusnya.

وَغَيْرُذِىْ الْاَسْمَاءِ مَبْنِىٌّ خَلاَ (31)   مُضَارِعٍ مِنْ كُلِّ نُوْنٍ قَدْ خَلاَ

Terjemah

Selain kalimat isim (kalimat huruf, kalimat fiil ) itu hukumnya mabni, kecuali fiil mudhori yang tidak bertemu dengan nun (nun jamak inas dan nun taukid).

Penjelasan

Isim  itu ada yang mu’rab (yang asal) dan ada yang mabni (yang cabang dari mu’rab) begitu juga dengan fi’il ada yang mu’rab dan ada yang mabni (yang asal). adapun fi’il yang mabni ialah sebagai berikut:

  • Fi’il Madhi, seperti: نَصَرَ، نَصَرُوْا، نَصَرْتَ
  • Fi’il ‘Amar, Seperti: إِفْتَحْ، إِفْتَحَنَّ، إِفْتَحُوْا
  • Fi’il Mudhore’ yang bertemu dengan nun taukit (tsaqilah/khofifah) atau nun jama’ muannas, seperti:يَضْرِبَنَّ، يَضْرِبَنْ، يَضْرِبْنَ  

Sedangkan fi’il yang mu’rab (cabang dari yang mabni) adalah setiap fi’il mudhore’ yang tidak bertemu dengan nun taukid (tsaqilah/khofifah) atau nun jama’ muannas. Seperti: يَنْصُرُ، يَضْرِبُ.

Sumber:

  • Syarah Nadzom Imrity
  • Kitab Ajjurumiyyah