5 Macam Pembagian Man (مَنْ) Dalam Bahasa Arab
Ketika kita belajar bahsa arab, pastinya kita tidak asing dengan kata man, atau ketika kita membaca ayat al-Qur'an, al-Hadist, kitab kuning dan lain lain sebagainya, pasti kita perna menemukan kata man. Namun, meskipun kita sering belajar bahasa arab, membaca al-Qur'an, al-Hadist maupun kitab kuning tidak banyak diantara kita (sedikit) yang mengetahui pembagian dari kata man. Berikut ini kami akan menjelaskan tentang 5 macam pembagian man (مَن) dalam bahasa arab beserta penjelasannya.
Dalam kitab al-Mu'jam al-Mufassol Fi al-I'rab kata man (مَن) dibagi menjadi 5 bagian ialah sebagai berikut:
- Man syartiyyah (مَنْ شَرْطِيَّة)
- Man istihamiyyah (مَنْ إِسْتِفْهَامِيَّة)
- Man mausuliyah (مَنْ مَوْصُوْلِيَّة)
- Man naqiroh mausufah (مَنْ نَكِرَة مَوْصُوْفَة)
- Man zaidah (مَنْ زَائِدَة)
مَنْ يَجْتَهِدْ يَفُزْ
"Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan sukses"
Penjelasan
Lafadz مَنْ pada contoh diatas itu temasuk man syartiyah karena ia berada diawal jumlah dan secara arti ini pantas apabila diartikan dengan (barang siapa/siapa) dan ia membutuhkan fi'il syarat dan jawab syarat. adapun lafadz yang menjadi fi'il syarat adalah (يَجْتَهِد) sedangkan yang menjadi jawab syarat adalah lafadz (يَفُزْ).
Adapun ketentuan kata مَنْ sebagai ialah sebagai berikut:
Lafad (مَنْ) termasuk amil jazam, yang menjazamkam dua fi'il mudhore', fi'il yang pertama disebut fi'il syarat sedangkan fi'il yang kedua disebut jawab syarat jika masuk pada fi'il madhi, maka fi'il yang pertama mahal jazam karena menjadi fi'il syarat dan yang kedua juga mahal jazam karena sebagai jawab syarat. seperti contoh dibawah ini:
مَنْ جَدَّ وَجَدَ
"Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkan"
Adapun lafad man (مَنْ) berkedudukan sebagai mubtada' dan menggunakan i'rab mahal rafa' jika:
- Terletak setelah fi'il lazim. seperti (من يصبر ينل)
- Terletak setelah fi'il muta'addi. seperti (من يعمل صالحا ينل ثواب الآخرة)
- Terletak setelah fi'il naqis yang memiliki isim serta khobarnya. seperti (من يكن صاحب فضل يعش سعيدا)
Kedua, Man Istifhamiyyah adalah kata yang menujjukan arti pertanyaan yang digunakan untuk sesuatu yang berakal. lafadz (مَنْ) sebagai man istifhamiyah apabila berada di awal kalimat dan pada umumnya masuk pada kalimat isim. selain itu, man istifhamiyah selalu menujjukan arti pertanyaan. seperti contoh dibawah ini:
مَنْ أُسْتَاذُكَ ؟
"Siapa ustadmu?"
lafadz مَنْ pada contoh diatas termasuk kategori man istifhamiyah karena berada diawal kalimat, dari segi makna menujjukkan arti pertanyaan yakni "siapa?".
Ketentuan-ketentuan man istifhamiyah ialah sebagai berikut:
- Kata tanya yang digunakan untuk sesuatu yang berakal seperti orang, mengecualikan sesuatu yang tidak berakal seperti hewan, benda, dan lain lain sebagainya.
- Hukumnya mabni sukun.
- Lafadz مَنْ berkedudukan sebagai mubtada' serta menggunakan i'rab mahal rofa', jika:
- Terletak setelah fi'il lazim. seperti من غرق؟
- Terletak setelah fi'il muta'addi. seperti من أرسلك؟
- Teletak setelah kalimat isim. seperti من الطّارق؟
- Terletak setelah jumlah ismiyyah. seperti من هو صاحبكم؟
- Terletak setelah jer majrur/dzorof. seperti من في الحديقة؟، من عندكم؟
- Terletak setelah fi'il naqis. seperti من كان يكتب الفرض؟
- lafadz مَنْ berkedudukan sebagai maf'ul bih serta menggunakan i'rab mahal nasob, jika:
- Terletak setelah fi'il mu'taddi yang setelah fi'il tersebut tidak ada maf'ul bih. jadi lafadz مَنْ sebagai maf'ul bihnya. seperti من تكافىء؟
- Lafadz مَنْ di i'rabi mahal jer, apabila:
- Jika kemasukan huruf jer. Seperti: إلى من ترسل الرّسالة؟
- Jika menjadi mudof ileh. seperti: شعر من قرأت؟
Ketiga, Man Mausuliyah adalah kata مَنْ yang berfungsi sebagai penghubung antar kalimat. Lafadz مَنْ dianggap sebagai man mausuliyyah apabila ia berada di tengah kalimat dan yang jatuh setelahnya itu berupa jumlah (silatul mausul) serta didalam jumlah tersebut terdapat dhomir ('aid) yang kembali kepada isim mausul (مَنْ). jika ditinjau dari segi makna, man mausuliyyah memiliki arti (seseorang atau orang). Seperti contoh dibawah ini:
رَأَيْتُ مَنْ يَكْتُبُ الرِّسَالَة
"Saya melihat seseorang yang sedang menulis surat"
Penjelasan
Pada contoh diatas lafdz مَنْ termasuk kategori man mausuliyyah dikarenakan berada ditengah-tengah kalimat dan kalimat yang jatuh setelahnya itu berupa jumlah (shilatul mausul). yang menjadi shilatul mausul pada contoh diatas adalah jumlah pada lafadz (يَكْتُبُ الرِّسَالَة) sedangkan 'aidnya adalah domir mustatir jawaz yang terdapat pada kalimat (يَكْتُبُ). karena lafadz مَنْ pada contoh diatas disebut sebagai man mausuliyyah.
Keempat, Man Nakiroh Mausufah adalah lafadz مَنْ yang menujjukan arti nakiroh (umum) serta disifati pada kata setelahnya. man nakiroh mausufah ini sangat jarang digunakan, seperti pekataan syair:
ْرُبَّ مَنَ أَنْضَيْتُ غَيْظًا قَلْبَكَ # قَدْ تَمَنِّي لِيَ مَوْتًا لَمْ يُطَع
Kelima, Man Zaidah adalah man yang berfungsi sebagai tambahan (pelengkap). Seperti contoh:
كفى بك جاها عمّن غيرك
Refrensi
Al-Mu'jam al-Mufassoh Fi al-I'rab Hal. 431
تأتي «من» بخمسة أوجه
أ ـ شرطيّة : اسم شرط جازم، تجزم فعلين مضارعين، يسمّى الأوّل فعل الشرط والثاني جواب الشرط، نحو : «من يجتهد يفز»، فإذا دخلت على فعلين ماضيين، فالأوّل في محلّ جزم فعل الشرط والثاني في محلّ جزم جواب الشرط. وتكون في محل رفع مبتدأ:
١ـ إذا وقع بعدها فعل ناقص استوفى اسمه وخبره، نحو: من يكن صاحب فضل يعش سعيدا
٢ـ إذا جاء بعدها فعل لازم، نحو: من يصبر ينل
٣ـ إذا وقع بعدها فعل متعدّ استوفى مفعوله، نحو : من يعمل صالحا ينل ثواب الآخرة
.وخبر «من» في هذه الحالة جملة فعل الشرط أو جوابه، أو الفعل والجواب معا
ـ وتكون في محلّ نصب مفعول به، إذا وقع بعدها فعل متعدّ لم يستوف مفعوله، نحو: من يدرس ينجح
ـ وتكون في محلّ جرّ بحرف، إذا سبقت بحرف جرّ، نحو: إلى من تذهب أذهب
ـ وتكون في محلّ جرّ مضاف إليه، إذا سبقت باسم نكرة، نحو : شعر من تقرأ أقرأ
ب ـ استفهاميّة : اسم استفهام، يستعمل للعاقل، مبنيّ على السكون في محلّ
ـ رفع مبتدأ
ـ إذا وقع بعدها فعل لازم، نحو: من غرق؟
ـ إذا وقع بعدها فعل لازم، نحو: من غرق؟
ـ إذا وقع بعدها فعل متعدّ استوفى مفعوله، نحو: من أرسلك؟
ـ إذا وقع بعدها اسم (هو المستفهم عنه)، نحو: من الطّارق؟
ـ إذا وقعت بعدها جملة اسميّة، نحو: من هو صاحبكم؟
ـ إذا وقع بعدها جار ومجرور أو ظرف، نحو: من في الحديقة؟، من عندكم؟
ـ إذا وقع بعدها فعل ناقص، نحو: من كان يكتب الفرض؟
ـ نصب مفعول به، وذلك إذا جاء بعدها فعل متعدّ لم يستوف مفعوله، نحو: من تكافىء؟
ـ جرّ بحرف الجرّ، وذلك إذا سبقت بحرف جرّ، نحو: إلى من ترسل الرّسالة؟
ـ جرّ بالإضافة، وذلك إذا سبقت باسم نكرة، نحو: شعر من قرأت؟ج ـ موصوليّة : اسم موصول بمعنى: الّذي تستعمل للعاقل، أو لما نزّل منزلته، مبني على السكون في محلّ رفع أو نصب أو جرّ حسب موقعه في الجملة، نحو: «ودّعت من سافر» «من»: اسم موصول مبنيّ على السكون في محلّ نصب مفعول به لفعل «ودّع»: ونحو قوله تعالى: (وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِطَوْعاً وَكَرْهاً). «من» : اسم موصول مبنيّ على السّكون في محلّ رفع فاعل لفعل «يسجد»
د ـ نكرة موصوفة : وهي قليلا ما تستعمل، نحو قول الشاعر
ربّ من أنضجت غيظا قلبه # قد تمنّى لي موتا لم يطع
«من» : اسم نكرة مبنيّ على السكون في محلّ جرّ بـ «ربّ»
« ز ـ زائدة : نحو : «كفى بك جاها عمّن غيرك