Pengertian Jumlah Ismiyah, Fi'liyah, Dzorfiyah, Syartiyah dan Dzatu Wajhain
Jumlah (جملة) adalah lafadz yang tersusun, baik berfaidah maupun tidak. Yang berfaidah seperti جَاءَ اَلْأُسْتَاذُ أَحْمَدُ فَأَنَا أُصَافِحُهُ (jika ustadz Ahmad telah datang maka aku akan berjabat tangan dengannya). Sedangkan contoh yang tidak berfaidah seperti إِنْ جَاءَ أَبِيْ (jika ayahku datang). Adapun jumlah sifatnya lebih umum dari pada kalam, oleh karena itu setiap kalam tentu bisa disebut jumlah karena sudah tersusun dan setiap jumlah belum tentu disebut dengan kalam karena belum tentu berfaidah.
Dalam nadzom Qawaaidul I'rab disebutkan bahwa jumlah ada 5 macam:
- Jumlah Ismiyah (جُمْلَةْ إِسْمِيَّةْ)
- Jumlah Fi'liyah (جُمْلَةْ فِعْلِيَّةْ)
- Jumlah Dzorfiyah (جُمْلَةْ ظَرْفِيَّةْ)
- Jumlah Dzatu Wajhain (ذَاتُ وَجْهَيْنِ)
- Jumlah Syartiyah (جُمْلَةْ شَرْطِيَّةْ)
Terjemah:
Jumlah itu ada jumlah ismiyah, fi'liyah, dzorfiyah, dzatu wajhain dan syartiyah.
1). Jumlah Ismiyah
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang dimulai oleh kalimat isim, baik kalimat isim itu nampak dengan jelas, seperti: زَيْدٌ قَائِمٌ atau di ta'wil (dibelokkan dari lahirnya), seperti: وَأَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَكُمْ taqdirnya: صَيَامُكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ (kamu berpuasa lebih baik bagi dirimu), atau berupa isim fi'il, seperti: رُوَيْدَكَ إِذَا سِرْتَ (pelan-pelanlah jika engkau berjalan)
2). Jumlah Fi'liyah
Jumlah fi'liyah adalah jumlah yang di mulai oleh kalimat fiil, baik nampak dengan jelas, seperti: كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا، قُمْ يَا زَيْدُ، قَامَ الأَسْتَاذُ atau di kira-kirakan, seperti: يَا أَحْمَدُ taqdirnya: أُدْعُوْ أَحْمَدُ (saya memanggil Ahmad).
yang di maksud dengan dimulai oleh kalimat fi'il adalah sesuai urutan aslinya, maka jumlahnya lafadz رَاكِبًا جَاءَ الأُسْتَاذُ (dengan berkendaraan guru itu datang) dan عَمْرًا ضَرَبْتُ (pada Amar saya memukul) itu dinamakan jumlah fi'liyah, karena isim yang mendahului di jumlah itu urutannya berada di akhir.
Keterangan:
Jumlah yang di mulai oleh kalimat huruf itu, maka yang di lihat adalah kalimah yang terletak sesudah kalimah huruf tersebut, apabila berupa kalimah isim maka di sebut jumlah ismiyah. Seperti إِنَّ الأُسْتَاذَ قَادِمٌ (Bapak guru benar-benar telah datang) dan apabila berupa kalimah fi'il maka disebut dengan jumlah fi'liyah. Seperti مَا جَاءَ إِلاَّ عَمْرٌو (tidak ada yang datang kecuali Amar).
3). Jumlah Dhorfiyah
Jumlah dhorfiyyah adalah jumlah yang di mulai oleh dhorof atau huruf jar dan isim yang di jarkan Contoh: هَلْ عِنْدَكَ زَيْدٌ (apakah Zaid ada di samping mu), هَلْ فيِ الدَّارِ أَبُوْكَ (apakah ayah mu ada di rumah). Apabila lafadz زَيْدٌ dan أَبُوْكَ dikira-kirakan menjadi failnya dhorof atau jar-majrur,
dan bukan menjadi failnya lafadz إِسْتَقَرَّ yang terbuang dan bukan menjadi mubtada' yang mana dhzorof atau jar-majrur itu menjadi khobarnya yang di dahulukan.
4). Jumlah Dzatu Wajhain (jumlah yang memiliki dua wajah)
Jumlah dzatu wajhain adalah jumlah yang di mulai oleh dhorof atau huruf jar dan isim yang dijarkan, Contoh: هَلْ عِنْدَكَ زَيْدٌ / هَلْ فيِ الدَّارِ أَبُوْكَ. Apabila lafadz زَيْدٌ dan أَبُوْكَ dikira-kirakan menjadi fail nya lafadz إِسْتَقَرَّ atau مُسْتَقِرٌّ yang terbuang, dan tidak di kira-kirakan menjadi fail nya dhorof atau jar-majrur.
Apabila yang di kira-kirakan itu kalimah fi'il maka termasuk jumlah fi'liyah, namun apabila yang di kira-kirakan itu kalimat isim maka termasuk jumlah ismiyah.
Adapun pengertian lain dari Jumlah Dzatu Wajhain adalah jumlah yang permulaannya berupa jumlah ismiyah dan bagian akhir nya berupa jumlah fi'liyah. Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ (Zaid ayah nya telah berdiri), jika kamu melihat bagian depan maka berupa jumlah ismiyah, dan jika melihat bagian akhir nya maka berupa jumlah fi'liyah.
Atau jumlah yang permulaannya berupa jumlah fi'liyah dan bagian akhirnya berupa jumlah ismiyah. Contoh: ظَنَنْتُ زَيْدًا أَبُوْهُ قَائِمٌ (aku menduga ayahnya Zaid berdiri), jika kamu melihat bagian depan maka berupa jumlah fi'liyyah dan jika melihat bagian akhirnya berupa jumlah ismiyyah.
5). Jumlah Syartiyah
Jumlah Syartiyah adalah jumlah yang menjadi fi'il syarat. Contoh: إِنْ جَاءَ زَيْدٌ جَاءَ عَمْرٌو (jika Zaid datang maka 'Amar datang). Jumlahnya lafadz جَاءَ زَيْدٌ adalah jumlah syartiyah, atau لَوْ جَاءَنِيْ زَيْدٌ لَأَكْرَمْتُهُ (jika Zaid datang padaku tentu aku menghormatinya). Adapun jumlahnya pada contoh جَاءَنِيْ زَيْدٌ adalah jumlah syartiyah.